Chapter-- 14

103 10 27
                                    


"Kamu mengompol di celana, ya?"

Anak kecil berumur 4 tahun yang sedang memegang cokelat batang di tangannya itu menunjukkan barisan giginya yang terkontaminasi warna dari makanan manis kesukaannya.

"Tidak apa-apa, eomma tidak akan marah. Aku akan melindungimu, Kyung..."

"Eomma, tidak marah?" tanya Sungkyung kecil melangkahkan satu kaki dan mendekati kakak tirinya.

Anak kecil yang mempunyai selisih satu tahun darinya itu memegangi kedua bahu Sungkyung dan mengusapnya lembut.

"Tidak, karena eomma sayang Kyung juga. Sekarang ceritakan kenapa kau bisa mengompol?"

Pertama-tama Sungkyung meraup cokelat yang menempel di ujung bibirnya dengan lidah.

"Icung melawak, aku tidak tahu kenapa dia menarikan tarian mirip cacing hingga itu terlihat sangat lucu... dan aku tidak sadar celanaku basah."

"Haha... adikku lucu sekali." Gemas sang kakak.

"Ada cerita apa ini sampai kalian tidak sadar Appa datang?" Tiba-tiba suara berat seseorang menginterupsi tawa kakak beradik itu.

Yang lebih muda beringsut menyembunyikan tubuh kecilnya di belakang sang kakak. Sedangkan yang dijadikan objek persembunyian malah semakin meledakkan tawanya.

Adik barunya sangat lucu.

"Appa... jangan marahi Kyung karena dia mengompol di celana, aku yang akan membantunya mencuci celananya." Demi Tuhan, sang ayah sangat gemas melihat bagaimana cara anak sulungnya menjaga sang adik.

Sudut bibir Siwan terangkat dan tangannya terulur menarik lengan Sungkyung dari balik tubuh Dabin. Lalu mensejajarkan kedua putri kecilnya hingga ia hampir tidak bisa membedakan umur Dabin dan Sungkyung karena tinggi badan mereka yang sama.

"Sungkyung mengompol lagi?" tanya Siwan.

"Tidak sengaja, Appa." Bela gadis itu.

"Appa jangan marahi Kyung, aku mohon." Dabin sudah menyatukan kedua telapak tangannya untuk membujuk sang ayah.

Siwan lagi-lagi dibuat gemas, ia menyentuhkan tangan kanannya pada pipi kiri Dabin, lalu tangan kirinya pada pipi kanan Sungkyung.

"Appa tidak mungkin memarahi anak-anak yang selucu kalian, astaga...--"

"Dabin sayang sama Sungkyung?"

Dabin mengangguk-angguk cepat bahkan sebelum kalimat ayahnya berakhir. "Terima kasih udah mau jadi Appa buat aku, makasih udah beri aku adik yang selucu Kyung, dan terima kasih karena kalian udah jadi keluarga aku."

Sungkyung tertawa kecil dengan bunyi, "Hihihi..," yang selucu mermut.

"Iya sayang, Appa juga mau berterima kasih buat Dabin karena mau jadi anak Appa yang cantik dan lucu. Kita keluarga sayang, untuk selamanya ya."

Merasa sejak tadi ada kata yang tidak dimengerti, Sungkyung mengerjapkan kedua bola matanya. "Appa, tapi keluarga itu apa?"

Kini bergantian Dabin yang terkekeh mendengar kalimat polos adiknya.

"Keluarga adalah kita, sayang. Appa--" Siwan menunjuk dirinya sendiri, lalu menunjuk Dabin, "Dabin eonni--" yang terakhir menunjuk Sungkyung, "Sungkyung.., Eomma Hyejin dan Eomma Sumin."

"Dan keluarga adalah orang-orang yang akan selalu menjaga kita, sayang. Keluarga adalah rumah untuk kita, seperti rumah dalam arti sesungguhnya sebagai tempat untuk berteduh dari salju, istirahat--"

Couple Exchange [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang