Chapter-- 17

84 11 0
                                    


Hari ini kadar mood Jisung turun sampai ke akar-akarnya. Entah kenapa, ia juga tidak tahu. Mendengar berita dari Sungkyung bahwa gadis itu masih tetap menjalin hubungan dengan Mark, sementara ia dan Dabin harus berakhir? Apa karena alasan itu, mood Jisung hancur?

Hah, yang benar saja!

Tetapi mau disangkal pun, sepertinya memang benar. Jisung iri dengan hubungan Mark dan Sungkyung. Apa dia harus kembali mengemis cinta pada Dabin?

Tidak. Tidak. Tidak.

Jisung tidak boleh menjilat kembali ludahnya. Lagipula ia sudah sadar, selama ini ia telah menjadi benalu bagi gadis itu. Yah, Jisung hanya bisa mendoakan yang terbaik. Semoga saja Dabin memang jodohnya.

Jisung nampak menyunggingkan senyum saat Na Jaemin datang bersama Chenle sembari membawa dua bubble tea di tangannya, dan jangan lupakan Chenle yang juga berjalan bersama laki-laki itu.

Keduanya langsung menempati posisi di depan Jisung yang sedang duduk di lapangan depan. Beberapa menit yang lalu kelas 1-1 baru saja melaksanakan pelajaran Penjaskes bersama Guru Oh di lapangan. Lalu Chenle pamit membantu Jaemin membawakan bubble tea untuk Jisung. Sahabat yang baik, Jisung sangat beruntung.

Tanpa takut kepanasan, Jaemin yang mengenakan seragam formal ikut duduk di atas permukaan lapangan yang berumput. "Yakh! setelah ini aku ada kelas Minseok saem, kalian sudah pernah ulangan, kan?" Setelahnya pria bermarga Na itu menyedot keras minumannya karena ada bubble yang tersangkut.

"Jangan harap dapat bocoran soal, kau kan tahu kalau Minseok saem yang membuat soal... maka jangankan kau yang beda kelas, aku saja dengan Jisung beda soal." Sanggah Chenle. Ia masih sangat ingat bagaimana soal-soal matematika itu membuat kepala besarnya bertambah berat.

"Ah, serius? Wah... aku harus benar-benar berusaha kali ini."

"Kupikir kau siswa terpintar di kelasmu."

Jaemin menurunkan bahunya, terlalu syok mendengar penuturan Chenle. "Aku pintar, tapi bukan untuk pelajaran matematika, Sorry."

"Hahah... bisa aja." Chenle selalu dibuat tertawa jika ada Na Jaemin.

Saat mereka asik tertawa, mereka tersadar karena Jisung tidak juga membuka suara. Chenle menepuk paha Jisung cukup keras.

"Kau ini, memikirkan apa sih?" Tanya Chenle serius. Jaemin menunggu dengan serius pula.

"Hh..." Jisung menghela napasnya sambil menegakkan tubuh. Ia dapat merasakan bagaimana sinar matahari menyorot kaos olahraganya yang berkeringat. "Aku putus dengan Dabin noona."

"Apa?!" Teriak Jaemin dan Chenle bersamaan. Mata mereka seperti bola yang akan keluar dari pengaitnya dan siap melahap Jisung hidup-hidup.

"Kok bisa?" Lagi, Chenle penasaran.

"Ya bisa, karena aku melepaskannya."

"Yakh, yakh.." Jaemin menyerobot dengan pukulan-pukulan kejamnya di lengan Jisung. "Apa rumornya benar, kalau Dabin sunbae menyukai Jeno sunbae?"

"Iya, aku juga mendukungnya." Jawab Jisung terlalu pasrah. Dia juga tidak mengerti, sebenarnya ia sudah rela atau belum?

Karena sungguh, tadi pagi saja melihat Dabin tersenyum bersama Mina, Jisung masih bisa merasakan bagaimana jantungnya bergetar dengan cepat.

"Dasar, bodoh. Kau yakin dengan keputusanmu itu?" Cecar Chenle.

"Pantas saja dia diam saja sejak pagi, sikapnya aneh." Lanjut Jaemin.

Couple Exchange [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang