"Paman pasti bercanda, kan? paman tidak mungkin menipuku, kan?"
"Ja.. jangan lakukan ini, Paman. Aku mohon... tolong kembalikan semuanya, kembalikan saja milikku dan berikan untuk eomma, kumohon."
"Mereka menderita karena aku, Park Jisung."
"Aku hanya menjadi penghalang di tengah-tengah kebahagiaan mereka. Selama ini mereka tersiksa karena aku, jadi mulai sekarang aku akan membayar apa yang sudah aku perbuat selama ini."
"Selamat tinggal, Mark oppa."
"Terima kasih, dan maaf..."
"Renjun bangun dong, kita kan mau menikah. Renjun bangun, ayo kita menikah."
"Lihat, Renjun. Kata Gaby aku sangat cantik memakai gaun ini, kenapa kau malah menutup mata? kau tidak ingin melihatku?"
"Renjun, jangan tinggalkan aku, aku mohon..."
"Selamat tinggal, malaikat pelindungku..."
"Jangan pernah berkata seperti itu, Jisung!"
"Kau tahu? dari semua omong kosongmu itu, tidak ada satupun fakta yang benar. Renjun itu orang baik, kau tahu apa yang dia berikan padaku setiap hari?"
"Aku ingin berterima kasih pada kalian. Terima kasih sudah mau berteman denganku lagi. Aku pikir kalian akan marah karena aku pergi begitu saja."
"Jika harus ada yang menghilang dari dunia ini... hiks... itu aku... bukan kamu, Renjun."
"Terima kasih sudah berlari padaku."
"Yakh Park Jisung, dari mana kau belajar hal manis seperti itu?"
"Jisung... sebenarnya apa hubungan kita sekarang sepertinya bukan waktu yang tepat untuk memutuskan itu. Ada Bomi yang harus kau jaga hatinya. Aku tidak apa-apa kok, lagipula aku hanya penengah di antara kalian. Maaf ya..."
"Kau ternyata sangat kaya, ya? memangnya berapa penghasilanmu sebagai seorang profesor? tidak usah dijawab, aku sudah bisa membayangkannya."
"Yakh, kita harus ke rumah sakit sekarang juga. Bomi sakit, ayo!"
"Semuanya pasti akan baik-baik saja. Aku berjanji akan menyembuhkan Bomi, sesuai permintaanmu."
"Eomma berhenti!!"
"Eomma!!"
"Aku tidak bisa memutuskan jika harus memilih menyelamatkan salah satu dari mereka. Eomma... eonni... mereka harus selamat, Bibi..."
"Andai saja bisa, aku ingin sekali. Nanti aku ingin memperbaiki semuanya, aku tidak akan mempercayai Pengacara Song dan menerima tawaran Renjun."
"Tentu saja, ayo berteman, Bomi."
"Aku meminta agar kau sehat selalu, panjang umur, dan bahagia selamanya. Lalu, aku juga meminta agar eomma dan eonni segera bangun."
"Tolong selamatkan ibuku."
"Tolong, aku tidak bisa melihatnya kesakitan. Tolong dok..."
"Kenapa kita tidak diizinkan untuk menjadi ibu dan anak yang saling menyayangi, eomma?"
"Ini semua salahku... hiks."
"Akh... aku ini benar-benar pembawa sial, Jisung..."
"Semua yang dekat denganku, orang-orang yang aku sayang, semuanya pergi Jisung..."
"Iya, kau kan orang genius. Lagipula kau yang menciptakan mesin ini, sudah pasti kau akan mengingat semuanya. Jadi, kau hanya perlu mengingatkan aku jika aku tidak ingat apapun lagi."
"Aku tidak tahu, kau bilang banyak kemungkinannya aku akan menjadi bucinnya Mark oppa, kan? kurasa itu akan terjadi."
"Hahaha... aku hanya bercanda. Aku janji aku akan berusaha mengingat semua ini dan selalu berjalan di sisimu."
Gadis itu menunduk dalam sambil menangis, semua air mata tumpah bersamaan dengan rasa sakit yang terpendam dalam benaknya. Sungkyung merasa tiba-tiba saja lututnya lemas, ia ambruk. Gadis itu terduduk berlutut di depan layar putih besar yang beberapa saat lalu menampilkan kilasan masa hidupnya.
"Hai Kim Sungkyung."
Sungkyung mendongak. "Kau... siapa?"
"Aku adalah dirimu di masa depan, hai Kim Sungkyung." Sungkyung yang tengah berlutut memperhatikan dengan seksama wanita yang mengenakan jas putih di hadapannya.
"Jadi, aku benar-benar dari masa depan?"
Sungkyung dewasa mengangguk. "Dan aku datang menemuimu agar kau kembali mengingat semuanya. Kau beruntung sekali bisa memperbaiki masa lalu itu, jalani dengan lebih baik ya..."
"Tapi, aku rasa tidak sanggup."
"Jangan seperti itu, kau pasti bisa. Ayo bangkit dan mulai dari awal lagi. Dan, berjanjilah kau tidak akan menjadi Kim Sungkyung seperti aku--Kim Sungkyung yang penuh penyesalan."
"Tapi--"
"Semangat, Kim Sungkyung."
Saat Sungkyung berkedip, sosok dirinya yang lebih dewasa itu menghilang seperti sapuan cahaya.
Lama Sungkyung berdiam diri merenungi kalimat-kalimat dari dirinya yang lebih dewasa. Hingga sebuah suara tiba-tiba membuatnya tersadar dengan cepat.
"Sungkyung bangun, jangan buat aku sedih..."
"Sungkyung."
Dia Park Jisung, kan?
Sungkyung tersenyum setelah menghapus jejak-jejak air mata di kedua pipinya.
Aku akan memulainya dari awal bersamamu, Park Jisung...
***
Ini alam bawah sadar Sungkyung, ges😁
Jadi ada hikmahnya setelah dia terbentur batu, dia jadi ingat deh yeay 💃💃
Semoga part depan bisa cepet up ya 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Exchange [Completed]
FanfictionKita dua kasih yang terpisah bukan karena usai, tapi karena sadar sudah menemukan kenyamanan yang sesungguhnya. Jika kita dua hal yang bersatu tapi harus berpisah namanya apa? Sulit itu ketika kita merindukan tempat berteduh orang lain... Jung Dabi...