Jung Dabin menjulurkan daging yang baru saja matang di depan mulut Jeno. Pria itu dengan cepat memakan suapan dari gadisnya dengan tersenyum hangat. Dabin merasa senang karena Jeno menyukai itu.
Suasana malam tahun baru terasa seribu kali lebih menyenangkan bersama dengan keluarga Jeno. Mereka memperlakukan Dabin dengan baik, apalagi ibu Jeno--Kim Taeyeon. Ah, wanita itu sudah seperti malaikat saja.
"Kenapa aku tidak melihat adikmu--Sungkyung?" Taeyeon baru saja kembali dari dapur setelah mengambil beberapa saus barbeque yang habis kemudian menghampiri Dabin, wanita paruh baya itu membantu calon menantunya memanggang daging.
Mendapati pertanyaan itu, Dabin langsung mendongak. "Dia ada acara sendiri bersama temannya, eomma."
"Sayang sekali ya, padahal aku sangat ingin bertemu dengannya. Sejak Jeno menceritakan tentang Sungkyung, aku jadi semakin ingin bertemu dengannya."
"Nanti aku akan mempertemukanmu dengannya, eomma."
"Ide yang bagus, Nak. Oh lihat, dagingnya mulai matang semua."
Dabin secepatnya memindahkan daging dari pemanggangnya ke piring yang sudah disiapkan. Sementara Taeyeon mulai menggunting daging lain yang siap untuk dipanggang.
"Uwah... daging ini sangat lezat. Aku tidak pernah memakan daging selezat ini sebelumnya. Dabin kita memang sangat jago, benar, kan sayang?" Lee Donghae--suami Taeyeon datang memakan daging yang telah tersaji di piring.
"Tentu saja. Kita sangat beruntung memilikinya."
Sohwa yang tadi duduk sendiri di karpet sambil menghias lampu-lampu kecil di sekitarnya, langsung berlari menghampiri Jung Dabin. "Wah... eonni, appa benar. Wah... kau sangat hebat dalam memanggang."
"Eonni yang terbaik." Ujar Sohwa sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Terima kasih, Sohwa."
Dabin senang sekali mendapati perlakuan baik dari kedua orangtua Jeno, dan adik Jeno. Membuat perasaannya sedikit nyeri karena teringat tentang ibunya.
Tidak, Jung Dabin. Malam ini kau tidak perlu menangis.
"Eomma, Appa, Sohwa, aku ingin menemani Jeno." Pamitnya kemudian dengan membawa daging yang telah ia sisihkan di piring yang lain.
Jeno baru selesai menerima telefon, saat ia berbalik ia sudah menemukan Dabin berdiri dengan mengangkat piring berisikan daging.
Pria itu menarik gadisnya untuk duduk berdua di karpet yang sudah diletakkan di hamparan rumput depan rumah. Mereka mengadakan pesta baebeque di halaman depan rumah Jeno yang luas. Terdapat satu tenda yang cukup besar untuk mereka berempat yang memutuskan tidur di sana.
"Kau bertelefonan dengan siapa?" tanya Dabin.
"Kau curiga aku menghubungi gadis lain?"
"Aku tidak bilang begitu."
"Tadi itu aku baru saja menghubungi Mark dan memintanya untuk datang kemari."
Seolah dapat membaca raut wajah Dabin, Jeno menangkup wajah gadis itu lalu tersenyum. "Dia datang sendiri, tidak dengan Bibi Tiffany. Jangan khawatir ya."
Ada perasaan lega di hati Dabin setelah Jeno menjelaskan. Syukurlah, ia sungguh masih sangat canggung untuk bertemu dengan ibu Mark. Meskipun belum pernah bertemu secara langsung, tetapi setiap ia mendengar nama itu ia merasa sangat gelisah.
"Jung Dabin, apa kau senang menghabiskan pesta bersama keluargaku?"
Dabin mengangguk-angguk cepat. "Aku senang sekali. Bersama ayahmu, ibumu, dan Sohwa yang memperlakukan aku seperti keluarga mereka sendiri, aku jadi merasa punya keluarga yang lengkap. Terima kasih, Jen."

KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Exchange [Completed]
ФанфикKita dua kasih yang terpisah bukan karena usai, tapi karena sadar sudah menemukan kenyamanan yang sesungguhnya. Jika kita dua hal yang bersatu tapi harus berpisah namanya apa? Sulit itu ketika kita merindukan tempat berteduh orang lain... Jung Dabi...