Bag. 28

37 2 0
                                    

Taksi berhenti disebuah taman. Taman Menteng, begitu tertulis relief depan taman. Rewinta mengikuti setiap langkah Damar. Pun ketika Damar memasuki gerbang taman dan membeli tiket masuknya.

Begitu berada didalam taman, Damar menoleh kearah Rewinta.

"Ini namanya taman Menteng. Salah satu kawasan hijau Jakarta. Disini biasanya menjadi tempat wisata keluarga yang murah dan sehat. Disebelah sana ada tempat futsal, ada rumah kaca yang biasanya dipakai pameran....". Damar bercerita panjang lebar tentang taman Menteng. Sepertinya ia sering ketempat ini, sampai setiap detail taman ini ia ketahui.

Rewinta menyimak cerita Damar dengan seksama. Apapun buatnya adalah ilmu. Ditempat yang baru ia harus banyak belajar dan tahu. Apalagi sebagai calon guru, berkunjung kesuatu tempat bisa menjadi bahan untuk berdiskusi dengan siswa les nya.

"Sekarang kita istirahat di dekat tempat futsal saja. Disana pasti ramai. Sambil melihat anak-anak bermain futsal. Biasanya ada beberapa keluarga juga yang suka joging dan istirahat ditempat teduh disekitaran lapangan futsal. Yuuk..Wit," Eiit hampir saja tangan Damar bergerak menggandeng tangan Rewinta sebelum sinyal refleknya mengingatkan. Hhhsss efek kehadiranmu luar biasa Wit. Menggerakkan seluruh perhatian dan rasa melindungi yang hampir tak bisa kukuasai. Cepat takdirkan ia untukku ya Allah agar apa yang tertahan ini bisa kutumpahkan dengan halal dan Engkau ridho.

Menenteng bekal yang Budhe Tanti berikan pada Rewinta, Damar melangkah dan tetap mengimbangi langkah Rewinta yang selalu saja ingin berjalan dibelakangnya.

Udara sejuk mengiringi langkah kaki mereka berdua hingga tiba dilapangan kecil yang ditanami rumput hijau. Disekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon rindang. Beberapa keluarga duduk melingkar beralaskan tikar. Anak remaja, anak-anak usia SD sedang bermain bola. Sedangkan yang balita dan ayahnya bermain bola fantasi yang ditiup. Mereka tampak menikmati hawa sejuk ditaman ini. Walaupun bila dibandingkan ditempat Rewinta masih terasa panas. Tapi masih dingin daripada di stasiun.

Damar memilih tempat didekat pohon besar yang rindang. Ia meletakkan bawaannya.

"Duduk sini aja ya Wit. Sambil lihat anak-anak tuh," kata Damar pada Rewinta sambil menunjuk anak-anak yang sedang bermain. Sedikit demi sedikit Damar mulai memahami Rewinta. Sepulang dari rumah Rewinta, ia sempat browsing tentang "pergaulan dalam Islam". Damar begitu takjub dengan semua aturan Allah Swt dalam Al Qur'an. Semua diatur sangat detail dengan satu tujuan agar manusia selamat dunia dan akhirat.

Terus terang ia semakin mantap memilih Rewinta. Gadis itu dengan segala keterbatasannya berusaha menerapkan nilai-nilai agama dalam keseharian. Damar yakin Rewinta adalah gadis yang sangat terjaga hati dan jasadnya. Mungkin banyak yang tidak memahami keputusannya berhijab dan cara bergaulnya dengan lawan jenis. Tetapi Rewinta gadis yang punya sikap dan pendirian. Ia akan berjalan terus dengan keyakinannya itu. Damar pun punya tekad yang sama. Ia akan belajar tentang agamanya lebih dalam lagi. Agar bekal hidupnya semakin lengkap.

Rewinta menoleh kearah Damar. Ia melihat cowok itu membersihkan tempat  itu dengan tangannya. Sesaat kemudian ia melihat kearah Rewinta dan tersenyum.

"Duduk....," kata Damar. Rewinta duduk ditempat yang tadi dibersihkan Damar. Cowok itu mengikuti langkah Rewinta untuk duduk berjarak 1 meter dari tempat Rewinta. Ditengah-tengah mereka berdua, ia letakkan bekal makanan yang tadi dibawanya.

"Mau makan sekarang?" tanya Damar sambil menatap gadis itu. Rewinta menggeleng.

" Nanti saja..," jawab Rewinta. Gadis itu sedang menikmati pemandangan didepannya. Para remaja tanggung yang sedang bermain futsal. Memperebutkan bola dengan riangnya. Kadang terselip adegan-adegan lucu. Gelak tawa selalu mengiringi gerakan mereka.

Mengejar Cinta HalalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang