Kedatangan mereka disambut gembira oleh Bi Asih. Rewinta mencium tangan bi Asih dengan takzim kemudian mendatangi tempat pembaringan nek Sarmi yang baru saja bangun dari tidurnya. Bi Asih pura-pura terkejut dengan kedatangan Damar bersama Rewinta.
"Kok kalian bisa bareng kesini, ketemu dimana?" tanya bi Asih memandang Damar dan Rewinta bergantian. Damar senyum-senyum melihat akting bibinya yang diakuinya jempol sekali.
"Tadi tidak sengaja kami bertemu dialun-alun kota, Bi. Setelah sholat Ashar sy maunya langsung pulang tapi Damar memaksa sy untuk ikut kesini," kata Rewinta mengadu pada bi Asih. Bi Asih tersenyum. "Wah, kebetulan sekali Damar membawamu kesini karena aku mau minta tolong untuk menunggu nenek Sarmi, sy mau keluar sebentar." Hah..bukannya ada Damar? Tanya Rewinta dalam hati.
"Aku ngga percaya sama Damar, Win. Dia bisanya cuma nungguin saja. Kalau nenek mau kekamar mandi atau apa, dia itu ngga bisa." kata bi Asih seolah tahu isi hati Rewinta. Damar mendengar itu langsung melotot kearah bibinya. Tapi dia segera sadar itu bagian dari skenario yang dibuatnya.
"Tuh kan, Wit. Bibiku saja ngga percaya sama aku. Padahal aku ini paling handal kalau suruh jaga orang sakit... Nasib dah.." Damar pura-pura merajuk. Sedangkan Rewinta menahan tawa melihat mimik Damar.
"Ya Bi siap" kata Rewinta pada bi Asih.
"Terimakasih ya Win" ucap Bibi Asih sambil tersenyum.
"Bu, aku keluar dulu ya. Kalau ada apa-apa bilang saja sama Wiwin" kata bi Asih kepada ibunya, nek Sarmi dan setelah mendapat anggukan dari nek Sarmi, bi Sarmi keluar dari ruangan itu.
Selanjutnya Rewinta mendekati tempat tidur nek Sarmi lalu mengambil tempat duduk dan duduk didekat nek Sarmi. Sedangkan Damar bergerak dan berdiri dibelakang Rewinta.
"Bagaimana keadaan nenek? Sudah baikan Nek?" kalimat lembut penuh perhatian keluar dari bibir Rewinta yang sukses membuat hati Damar bergetar. Bahagianya mendapat perhatian dari Rewinta. Bahasa tubuhnya adalah bahasa kasih sayang. Muncul begitu saja sehingga mudah Damar baca.
"Alhamdulillah sudah lumayan, Win. Kamu ngga kuliah?" tanya nek Sarmi masih tampak lemah.
"Kuliah, Nek. Nenek istirahat saja biar lekas sembuh" jawab Rewinta sambil mengelus-elus tangan nek Sarmi.
Nek Sarmi mengangguk.
"Mar, nanti kamu antar Rewinta kerumah ya.." kata nek Sarmi
"O ngga usah Nek. Sy bawa sepeda motor kok Nek.. Lagian sudah biasa pulang sendiri. Jalannya masih ramai" Rewinta tiba-tiba gugup mendemgar ucapan nek Sarmi.
"Biar diikuti Damar dari belakang, Win. Sekarang keadaan tidak aman," Nek Sarmi memandang Rewinta penuh kekhawatiran.
" Iya Nek. Nanti Rewinta aku anterin," kata Damar yang membuat Rewinta gelagapan. Rewinta memandang Damar dengan wajah cemberut. Tapi Damar justru tersenyum.
" Nenek istirahat dulu ya. Nenek masih tampak lemah. Winta tungguin disini. Atau nenek mau makan?" tanya Rewinta.
Nek Sarmi menggeleng. Nek Sarmi hanya meminta diambilkan minum dinakas. Rewinta mengambilkan minum nek Sarmi sedangkan Damar menopang tubuh nek Sarmi agar bisa minum tanpa tersedak.
Kekompakan Rewinta dan Damar tak lepas dari perhatian nek Sarmi. Nek Sarmi paham bahwa cucunya menaruh hati pada Rewinta. Dalam hati nek Sarmi berdoa semoga mereja berdua berjodoh karena nek Sarmi paham keseharian Rewinta.
Setelah meletakkan gelas dinakas, Rewinta berjalan menjauh dari tempat tidur nek Sarmi. Matanya melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. Sudah pukul 5 sore.
"Yo, sudah jam 5. Aku pulang ya." Damar melonjak kaget. " Tunggu bibiku dulu Wit. Nanti nenek yang nungguin siapa?" tanya Damar. "Kamu kan bisa nungguin Nenek" kata Rewinta.
"Trus kamu?" tanya Damar bodoh
"Aku bisa naik angkutan kota yang lewat didepan rumah sakit sampai ke alun-alun" kata Rewinta
Gawat!!!! Pikir Damar. Dia harus segera menghubungi bi Asih.
Tak alama kemudian bi Asih muncul masuk kedalam ruangan.
"Bi, maaf saya ijin pulang ya. Ini sudah jam 5. Takut kemalaman sampai dirumah nanti" pamit Rewinta pada bi Asih.
"Iya Win. Maaf ya agak lama. Doakan nenek lekas sembuh dan kalau nenek belum pulang dari rumah sakit tolonglah ditengok ya" kata bi Asih sambil melirik Damar. Sedangkan yg dilirik memberi kode ok pada bibinya.
"Insyaallah bi. Winta pulang dulu. Nek Winta pulang dulu ya..smg nenek lekas sembuh" kata Rewinta pada bi Asih dan nek Sarmi.
Nek Sarmi mengangguk. Sambil mencium tangan bi Asih dan nek Sarmi, Rwwinta berpamitan.
"Assalamu'alaikum.." salam Rewinta
"Wa'alaikumsalam" jawab binAsoh dan nek Sarmi.
"Besok kesini lagi ya Wit" kata Damar saat mereka perjalanan menuju masjid agung.
"Kegiatanku besok padat. Aku tidak bisa janji, Yo" kata Rewinta yang membuat Damar kecewa.
"Aku jemput deh.." Damar menggoda Rwwinta
"Ah kamu... Kayak orang ketagihan aja." kata Rewinta sambil tertawa.
"Memang iya.." Damaf menatap Rewinta lekat..
"Lihat besok saja deh," kata Rewinta tak tahan dengan tatapan Damar.
"Tapi janji.." Damar memaksa
"Ngga..."
"Janji.."
"Ngga. "
"Wiiit...please.."
"Insyaallah.." Rewinta akhirnya menyerah
"Sip..." Damar bahagia mendengar kalimat Rewinta. Semoga besok kegiatan Rewinta segera selesai dan bisa mampir ke rumah sakit.
Ah bahagianya hari ini... Damar semakin bersemangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Halalmu
RomanceKau adalah sahabat kecilku Saat ku harus pergi jauh Kenapa bayangmu tak bisa hilang dari ingatanku Sampai datang saat itu Dan aku tak mau menyia-nyiakannya Damar Satria Anugrah Tiba-tiba kau hadir Dan tak bisa kupungkiri Bahwa hatiku telah kau bawa...