Bag. 6

59 0 0
                                    

   Menunggu waktu iqomat, Damar melakukan sholat qobliyah Ashar. Setelah selesai salam tak sengaja Damar menangkap sosok Rewinta
ditempat jamaah  putri  yang bisa dilihat dari tempat dia duduk sedang sholat sunnah juga. Gerakannya tenang, tumakninah. Seolah begitu menikmati setiap bacaan dan gerakan sholatnya. Hati Damar menghangat. Damar jadi ingat bahwa antara adzan dan iqomah adalah waktu yang ijabah untuk berdoa. Maka Damar segera memperbaiki posisi menghadap qiblat. Mengharap dukungan Allah Swt akan pilihan hatinya.
   Sholat Ashar berjamaah telah usai dan sekarang Damar sdh duduk di serambi masjid menunggu Rewinta keluar. Dia keluarkan smartphonenya mengecek beberapa email yang masuk. Alhamdulillah hanya email biasa dari beberapa temannya di Jakarta terkait penawaran kerjasama dengan perusahaan yg dipimpinnya.
"Tiyo..." Ada suara yang memanggilnya dari belakang. Damar menoleh dan didapatinya Rewinta telah duduk dibelakangnya. Damar tersenyum dan mengubah posisi duduknya menghadap Rewinta.
"Sudah selesai sholatnya, Wit?" Rewinta mengangguk.
"Ayo kita jalan. Kemana dulu nih.. Kerumah sakit atau kerumah temanmu?"
Damar begitu ringan mengucapkan tanpa menyadari perubahan raut wajah Rewinta. Bukakah tadi Rewinta sudah menyampaikan ke Damar kalau dia mau naik sepeda motor saja. Rewinta akan kerumah temannya dulu baru kemudian kerumah sakit menjenguk nenek Sarmi.
"Aku mau kerumah temanku dulu Yo nanti setelahnya baru akau ke rumah sakit,"ujar Rewinta.
"Kalau begitu ayo sekarang saja..." Damar berdiri dari duduknya dan menunggu Rewinta memakai sepatunya. Damar mendekat dan meraih tangan Rewinta membawanya kearah mobilnya diparkir. Tiba-tiba tarikan Damar tertahan. Damar menoleh kearah Rewinta," Ada apa?" tanya Damar tak mengerti. "A..aku naik motor saja. Setelah dari rumah temanku aku janji langsung kerumah sakit jadi setelah sampai rumah sakita aku bisa langsung pulang..." Mata Rewinta mengerjap. Damar mendapati wajah takut, khawatir dari Rewinta. Damar memahami maka ditatapnya wajah gadis yang dicintainya itu dengan pandangan lembut "Jangan takut... Aku nanti akan mengantarmu kesini lagi dan kuusahakan kamu tidak terlambat sanpai dirumah. Kalaupun terlambat aku yang menjamin kamu tidak akan dimarahi ibumu. Ayo..." Rewinta menatap mata Damar mencari kebenaran ucapannya. Dan Rewinta mendapati kebenaran itu.
Dalam diam Rewinta berjalan diiringi Damar dan hatinya bertanya-tanya kenapa Damar begitu memaksanya. Apakah Rewinta boleh berharap itu perhatian lebih dari Damar? Ataukah karena Damar sudah lama tak bertemu dengannya. Ah.. Rewinta menepis anggapannya yang pertama. Jangan ge er Wit.. Kamu harus tahu diri.
Damar menyadari diamnya Rewinta tapi kapan lagi kalau tidak sekarang. Karena belum tentu besok ada kesenpatan seperti ini.
Saat akan menyeberang jalan secara spontan Damar menggandeng tangan Rewinta dan sukses membuat hati Rewinta bergetar. Tangan Damar menuntun Rewinta menyeberang jalan sampai kepintu mobil inova abu-abu yang dparkir di seberang jalan depan masjid. Damar membukakan pintu untuk Rewinta.
"Ayo masuk.." kata Damar lembut. Masih dalam diam Rewinta masuk kedalam mobil sedangkan Damar berlari memutar dan masuk dipintu sopir.
"Temanmu dimana rumahnya?" tanya Damar setelah menyalakan mesin mobilnya.
"Dijalan RE Martadinata.." jawab Rewinta.
"Ok kita kesana dulu ... Aku lupa-lupa ingat jalannya...tolong kamu pandu ya.." Ucap Damar tersenyum menatap Rewinta. Rewinta mengangguk sambil tersenyum..
Setelah memberikan uang parkir Damar melajukan mobilnya menjauh dari area masjid dan alun-alun.

Mengejar Cinta HalalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang