Damar menunggu dengan sabar sampai dia melihat gadis pujaan hatinya keluar dari toko roti itu dengan wajah berbinar.
Ditangannya ada sebuah bungkusan dan terlihat olehnya dari kejauhan. Terlihat ia memasukkan beberapa lembar uang kedalam amplop dan dimasukkan kedalam tasnya. Gadis itu melangkah mendekati sepeda motornya dan menjalankannya menjauh dari toko roti itu.
Damar kembali mengikuti sepeda motor gadis yang telah mengganggu hidupnya itu. Tapi sial.... saat sampai di trafic light lampu menyala merah sedangkan Rewinta telah melewati trafficligh yang saat dia melintas masih menyala hijau.#########
Damar memasuki ruang rawat inap neneknya dengan lunglai. Setelah menutup pintu, dia duduk didekat Rahmat dan merebahkan badannya di sofa. Jari-jari tangannya beberapa kali mengusap wajahnya.
Disudut lain Bi Asih memperhatikan sikap Damar. Benar-benar anak yang jujur. Sampai-sampai bahasa tubuhnya pun sangat mudah dibaca, batin bi Asih.
Wanita lembut itu berjalan mendekati Damar dan duduk disebelahnya. Tangannya menepuk bahu keponakannya itu
“ Ada apa?” tanya Bi Asih. “ Sudah ketemu apa belum?” tanyanya menyungging senyum. Damar menggeleng sambil sesekali menghelas nafas.
“Sing sabar yo Le. “ kata bi Asih.
Bi Asih tersenyum penuh arti. Dia semakin yakin akan keseriusan anak kakaknya itu kepada gadis anak tetangganya itu. Tinggal menguatkan Damar agar berani mengungkapkan isi hatinya.
Dari pojok ruangan, Rahmat melihat bos nya dengan penuh antusias. Sepertinya topik yang dibicarakan tadi ada hubungannya dengan seorang gadis. Apakah gadis yang dimaksud adalah gadis yang dicintai Bosnya diam-diam itu ya? Belum sempat Rahmat menduga-duga lebih jauh, pintu kamar inap nenek Sarmi terbuka. Gadis dengan kulit sawo matang bersih, mata bulat dengan rambut se pinggang masuk ke ruangan. Gadis itu tadi sempat datang dan keluar lagi karena dimintai tolong bi Asih untuk suatu urusan.
"Assalamu'alaikum.." ucapnya memberi salam.
“Wiwiiit.....” spontan Damar bangkit dari rebahannya.
Gadis itu membawa sesuatu dan berjalan kearah bi Asih yang duduk disebelah Damar.
“Ini Bulik kue nya..,” Dengan sedikit menunduk Rewinta menyerahkan bungkusan berwarna coklat itu kepada bi Asih.
“Terimakasih ya Win...,” kata bi Asih menerima bungkusan itu dari tangan Rewinta. Panggilan Rewinta pada bi Asih memang beda dengan Damar yang memanggil adik ibunya itu dengan panggilan Bibi. Damar yang dari tadi terkejut dengan kedatangan gadis yang termyata Rewinta menjadi semakin bingung.
“Biiiii....” matanya menatap bibinya meminta penjelasan. Sedangkan Rewinta memilih duduk dikursi yang ada disebelah pembaringan nenek Sarmi.
“Wiiiit......???? Jelaskan padaku.. Tadi katanya sibuk dan tidak bisa menengok nenek?” ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekat disamping gadis itu duduk.
“Hari ini kuliahku memang full. Setelah pembelajaran selesai, aku masih ada pertemuan DK, karena kampusku mau mendatangkan mubaligh dr Jakarta jadi persiapannya harus matang. Tapi alhamdulillah bagianku sudah selesai lebih cepat jadi aku bisa nengok nenek..” ia memberi penjelasan. Posisi dirinya dengan Damar sangat dekat. Pemuda itu ada dibelakang punggungnya hanya berjarak 15 cm. Hufff...dada Rewinta berdebar aneh. Antara nyaman dan takut. Ya Allah bukankah bicara dari tempat duduknya tadi aku sudah dengar. Kenapa mesti mendekat seperti ini siic.“Lalu kenapa kamu justru keduluan winta kesininya Maar?? Bukannya kamu tadi kekampusnya. Mampir kemana saja kamu?” kali ini bi Asih yang terang-terangan membuat Damar mati kutu. Ketahuaaan....
“Kamu tadi kekampusku Yo?” Rewinta tak percaya. Tangan Damar mengacak rambut Rewinta. Antara malu dan bahagia, Damar mengangguk.
“Yang beneeeer??? Aku kok ngga tahu? Aah kamu pasti ngga kesana ....” Rewinta mengejar Damar dengan pertanyaan. Dia benar-benar penasaran. Seorang Damar mendatangi kampusnya tapi dia tidak melihat keberadaan Damar disana.
“Sudah ngga usah dibahas.” Damar menyudahi penasaran gadis pujaannya itu ,” Yang penting kamu sudah disini”.
“Aneh..” Rewinta cemberut dengan jawaban Damar.
Damar gemas dengan raut wajah gadis manis yg telah memporak porandakan hatinya ini.
“Kamu belum makan kan. Makan yuk... makanan dikantin rumah sakit ini enak lho. Tempatnya bersih lagi. Perlu kamu coba deh...yuuk” Belum juga menjawab penasarannya, Damar kembali membuat Rewinta bengong.
“Aa..aku..”
“Sudahlah Win, ikut Damar gih. Kapan lagi kamu akan ditraktir Damar. Mumpung dia lagi baik hati lho,” Bi Asih mengerling lucu menatap Rewinta yang gugup. Ayo le kamu tidak boleh menyia-nyiakan waktumu. Ungkapkan isi hatimu. Waktumu sangat terbatas. Duh Gusti mugi paringi gampil urusan ponakan kulo. Bi Asih memanjatkan doa dalam hati untuk ponakannya.
Karena merasa tidak enak dengan bi Asih, Rewinta mengikuti langkah Damar keluar ruangan itu. Diikuti pandangan bulik Asih, nenek Sarmi dan Rahmat. Rahmat kini tahu siapa gadis yang telah mengganggu pikiran Damar dan dia ikut mendoakan agar mereka berdua berjodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Halalmu
RomansaKau adalah sahabat kecilku Saat ku harus pergi jauh Kenapa bayangmu tak bisa hilang dari ingatanku Sampai datang saat itu Dan aku tak mau menyia-nyiakannya Damar Satria Anugrah Tiba-tiba kau hadir Dan tak bisa kupungkiri Bahwa hatiku telah kau bawa...