Bag. 18

27 1 0
                                    

Pagi ini Damar bertekat menemui Rewinta. Gejolak hatinya sudah tak bisa dibendung lagi. Antara rindu, kecewa dan rasa bersalah.

Selepas subuh, Damar mencoba menelpon Rewinta lagi. Tapi tetap saja jawaban diseberang sana memberitahukan bahwa nomer yang dituju tak bisa dihubungi. Dia putuskan untuk menemui gadis yang membuatnya gelisah itu. Sedemikian beratkah pernyataan yang ia sampaikan? Sampai-sampai Rewinta mematikan hp nya?

Kampus yang asri komentar Damar dalam hati saat ia masuk ke area kampus Rewinta. Pohon ketapang banyak ditanam di sana. Dibawahnya ditata kursi-kursi dan meja dari beton yang banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berdiskusi atau sekedar bercengkrama dengan sesama mahasiswa. Damar melangkah mencari masjid. Kata hatinya menuntun ia untuk menuju masjid. Ia tidak tahu dorongan itu begitu kuat dan ketika ia hampir sampai ia bertanya pada mahasiswi yang lewat didepannya.

"Maaf mb. Kenal dengan Rewinta?" tanya Damar pada mahasiswi itu.

"Kenal mas, kebetulan saya teman dikelasnya." Alhamdulillah, batin Damar.

" Ada yang bisa dibantu mas?" tanyanya pada Damar.

" Dimana saya bisa menemuinya mb?" sebenarnya dari segi umur gadis didepannya itu lebih muda darinya. Tapi panggilan mbak adalah bentuk penghormatan untuk orang yang belum kita kenal.

"Wah.. Dimana ya mas?" gadis itu mengeritkan keningnya seperti memikirkan sesuatu.

"Mas tunggu dibangku itu saja, saya coba bantu cari Rewinta," kata gadis baik hati itu.

"Wah terimakasih banyak ya mb" gadis itu mengangguk dan berlalu dari hadapan Damar.

Damar melangkah kearah bangku panjang dibawah pohon yang ditunjukkan gadis teman Rewinta. Ia duduk membelakangi arah gadis itu pergi karena bangku beton itu ada sandarannya dan menghadap ke arah berlawanan.

Hati Damar tidak tenang. Dadanya berdebar seperti orang yang akan wawancara kerja. Bukan..bukan.. Ada sensasi lain yang tak ada ketika ia menunggu wawancara kerja dulu. Ada rindu yang membuncah, ada kuatir, takut. Aaahhh... Sulit untuk menggambarkan suasana hatinya saat ini. Apalagi setelah ini ia akan jauh dari gadis impiannya. Kembali ke Jakarta yang Damar tidak tahu apakah ia bisa tenang disana nanti.

Beberapa kali Damar menengok kebelakang. Memastikan apakah Rewinta sudah datang atau belum. Ya Allah..kenapa waktu berputar begitu lambat? Dan kenapa Rewinta ngga datang-datang? Jangan-jangan ia tidak mau menemuiku?.. Tiba-tiba ia merasakan tangannya dingin. Berulangkali ia mengusap wajahnya, mengambil nafas agar debaran jantungnya lebih tenang.

Dan seperti ada yang menariknya ketika kemudian Damar menoleh kebelakang, ia melihat Rewinta sudah berdiri agak jauh dibelakangnya.

"Wiwiiit...." mulutnya memanggil nama Rewinta secara reflek. Ada penekanan disana. Sesuatu yang ia tahan. Rasa rindu dan kuatir yang bercampur aduk.

Gadis itu berdiri mematung saat tahu yang mencarinya adalah Damar.

"Damar.." lirih sepeti terkejut ketika tahu yang mencarinya adalah orang yang berusaha ia hindari. Tapi gerakan bibir mungil gadis itu tertangkap penglihatan Damar. Ia terpaku sejenak. Ada gestur yang ia baca bahwa Rewinta terkejut dengan kehadirannya. Ada kekakuan yang kemudian muncul seolah mereka adalah orang asing yang tidak pernah kenal sebelumnya.

Mengejar Cinta HalalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang