Bag. 21

31 1 0
                                    

Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.'” (Qs. An-Nuur: 31)


#####

Diakhir semester 3 ini, kegiatan Rewinta semakin padat. Kegiatan kuliah, remaja masjid, karang taruna terutama kegiatan dakwah kampus yang mulai ia nikmati. Kalau dulu Rewinta hanya mengikuti kajian umum. Kini karena sudah jadi pengurus, ia mulai mengikuti kajian rutin. Kajian rutin 1 pekan sekali itu semakin memantapkan niatnya untuk berhijab.

"Bapak badhe matur.." sore ini Rewinta mendekati pak Kartono yang sedang duduk diteras rumahnya sambil menikmati singkong goreng dan secangkir kopi. "Matur apa Win?" tanya pak Kartono. Rewinta mengambil kursi didekatkan ketempat duduk Bapaknya. " Winta pingin berjilbab.." Rewinta mengutarakan maksudnya pada pak Kartono. Is memang sangat fekat dengan Bapaknya. Setiap hal selalu diskusikan dengan Bapaknya walaupun kalau ada kaitannya dengan ibu Rewinta, pak Kartono selalu menyarankan untuk tetap menuruti apa kata ibunya. "Apa yang membuatmu ingin berjilbab?" tanya pak Kartono. Posisi duduknya diubah menghadap kearah Rewinta. Ia ingin tahu kesungguhan anak perempuannya berhijab. "Karena Berjilbab itu kewajiban Pak. Sama wajibnya dengan sholat dan puasa untuk anak perempuan yang sudah akil baligh," Rewinta menerangkan pada Bapaknya.

"Apa ilmu mu sudah mencukupi? Orang yang berjilbab itu harus mumpuni dalam hal ilmu agama. Banyak orang akan bertanya padamu segala hal tentang agama. Apa kamu sudah cukup ilmu untuk menjawab pertanyaan mereka?" tanya pak Kartono sambil menyeruput sedikit kopinya.

"Ya belum Pak. Tapi insyaallah Winta akan terus belajar agar mumpuni dan kalau Winta tidak bisa menjawab Winta akan tanyakan pada ustadzah Winta dikampus,"  kata Rewinta sambil ikut makan singkong goreng diatas meja.

"Apa seperti itu tidak malah membuat kamu disepelekan ndhuk? Secara fisik sudah senpurna pakaiannya tapi ternyata bekal agamanya sangat minim,"

"Nggih mboten Pak. Karena ketika turun perintah berjilbab itu ibu-ibu dimasa Rasulullah Swt itu langsung melaksanakan perintah itu Pak. Tidak peduli bagaimana pun keadaannya. Bahkan ada yang menggunakan taplak sebagai penutup auratnya lho Pak," Rewinta mengutip satu ayat yang ia catat dibuku taklimya;

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu & isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah utk dikenal, karena itu mereka tak di ganggu. & Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Dan srbagaimana yang ditunjukkan para wanita Anshar ketika perintah berhijab itu turun pada dimasa Rasulullah Saw:

Ketika turun satu ayat dalam surat An-Nur, “…dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya…”

Kaum lelaki segera menemui istri, anak perempuan dan saudara-saudara perempuan mereka untuk membacakan surat tersebut. Lalu, yang dilakukan wanita Anshar adalah bersegera pergi ke tempat pakaian dan membelinya untuk dijadikan kerudung atau penutup kepalanya.

Melihat kesungguhan dan keteguhan hati anaknya serta dasar yang kuat Rewinta ingin berhijab maka pak Kartono mengijinkan.

"Lalu kapan kamu mau berhijab" tanya pak Kartono

"Insyaallah Winta akan mulai hari Jum'at ini, Pak," jawab Rewinta

Mengejar Cinta HalalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang