"Tyokk....," Rewinta berusaha melepas genggaman tangan Damar yang membawanya berjalan menjauh dari perempuan cantik tadi. Ia tidak tahu siapa dia. Sepertinya perempuan itu menaruh hati pada Damar dan sepertinya perempuan begitu dekat posisinya dengan Damar. Bisa jadi ia teman sekantornya. Perempuan yang sempurna dari penampilannya. Tapi kenapa Damar tidak menyukainya?
Damar sendiri sangat kesal dengan munculnya Kinanti. Ia tidak ingin suasana hatinya dirusak oleh kehadiran perempuan itu. Termasuk Rewinta. Ia berjanji akan menjelaskan semua pada Rewinta walaupun hal itu bukan hal wajib yang harus disampaikan. Tapi paling tidak Rewinta tahu bahwa dirinya masih setia menjaga hatinya sewaktu-waktu Rewinta membuka diri untuk menerima cintanya.
Tangan yang kiri menyangga tubuh Jannah yang terkulai tidur, tangan kanannya menggandeng tangan Rewinta kuat. Gadis itu seolah terhipnotis oleh suasana tadi sehingga dengan menenteng semua belanjaan yang dibeli Damar ia berusaha mengimbangi langkah lebar laki-laki itu.
Damar baru melepas genggaman tangannya setelah mereka sampai di parkiran.
Damar membuka pintu tengah dan membaringkan Jannah disana. Rewinta ingin ikut masuk tempat Jannah dibaringkan tapi dicegah oleh Damar
"Kamu duduk didepan saja ya," Rewinta ternganga..
"Aku duduk sama Jannah aja..," paksa Rewinta.
"Kasian Jannah tidak nyaman kalo kamu duduk disini. Lagian sudah malam, biar kita segera sampai dirumah..," kata Damar datar. Suasana terasa kaku dan tidak nyaman. Rewinta menurut. Lebih baik nurut biar cepat sampai dirumah.
Damar berusaha menyetabilkan emosinya. Dari mana Kinanti tahu aku bersama Rewinta. Apakah tadi dia kerumah dulu sehingga ibu menyampaikan padanya kemana ia keluar malam ini. Karena setiap malam minggu Damar pasti tidak dirumah untuk menghindar dari Kinanti dan tidak memberitahukan keberadaannya pada ibu. Aaah...besok tak boleh terulang lagi, pikir Damar.
Rewinta yang berada disamping Damar tetap diam membisu. Kantuk mulai menyerangnya dan sejenak kemudian ia sudah terlelap. Gadis itu tak biasa tidur larut. Ia selalu berusaha tidur jam 9 malam agar jam 3 pagi bisa bangun dengan segar.
Kepalanya meliuk-liuk tak tenang karena tidur dengan posisi duduk. Damar memarkirkan mobilnya. Ia membuka pintu dan berjalan membuka pintu tempat Rewinta duduk. Dengan hati-hati tempat duduk ia stel menyandar kebelakang dan ia pasang bantal leher di kepala Rewinta. Ah insyaallah sudah nyaman. Damar tersenyum dan kembali ke posisi kemudi nya.
Sejenak ia memandang gadis yang dicintainya itu. Ada kepolosan dan kecapekan yang tergurat diwajahnya. Damar melajukan mobilnya tidak terlalu kencang. Selain agar tidak mengganggu tidur Rewinta, ia juga ingin menikmati kebersamaan dengan gadisnya itu lebih lama. Hingga akhirnya mobil itu berhenti didepan rumah Budhe Tanti.
Dengan pelan ia membangunkan Rewinta
"Wiit...," pelan sekali.
"Sudah sampai... Ayo bangun...," Damar hanya membangunkan dengan panggilan. Ia akan tetap menjaga kepercayaan gadisnya itu. Kecuali tadi saat ia spontan menggandeng tangan Rewinta untuk menjauh dari Kinanti. Ia merasakan Rewinta berusaha menarik tangannya tapi Damar tetap menggenggamnya. Ia ingin secepatnya pergi dari tempat itu dan ia punya alasan untuk melakukannya. Damar tahu itu dosa. Memegang tangan perempuan yang bukan mahramnya. Tapi kali ini setan menang dan Damar menggunakan kesempatan tadi untuk memegang tangan Rewinta, menggenggamnya dengan erat seolah tak ingin melepasnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Halalmu
عاطفيةKau adalah sahabat kecilku Saat ku harus pergi jauh Kenapa bayangmu tak bisa hilang dari ingatanku Sampai datang saat itu Dan aku tak mau menyia-nyiakannya Damar Satria Anugrah Tiba-tiba kau hadir Dan tak bisa kupungkiri Bahwa hatiku telah kau bawa...