Bag. 23

28 1 4
                                    


Rewinta Pov

Aku sangat senang saat Budhe Tanti ke rumah. Walaupun sebenarnya aku juga sedih karena keluargaku tak memberikan jamuan yang layak untuk beliau. Aku mengatakan seperti itu? Karena seharusnya beliau mendapatkan kamar yang nyaman. Tapi ternyata ibu menempatkan beliau dikamarku yang sempit. Apakah aku menyesal? Tidak. Aku justru senang sekali beliau tidur dikamarku. Beliau juga tidak mempermasalahkan. Budhe Tanti sudah memahami sifat ibuku.

Menjelang tidur, budhe bercerita masa kecil beliau dan adik-adik beliau termasuk Bapakku. Bagaimana menghadapi hidup yang serba terbatas, tetap punya cita-cita dan beliau nekat merantau agar sukses. Beliau juga memotivasiku untuk tak menyerah dengan keadaan. Tetap berbakti pada orangtua dan menjaga pergaulan. Alhamdulillah.

Rejeki itu tidak harus berupa materi tapi bisa berupa nasehat, perhatian bahkan doa adalah rejeki lain yang luar biasa bagiku.

Aku terbiasa bangun sebelum subuh. Menunaikan sholat tahajut, witir dan waktu menjelang subuh kugunakan untuk berdoa, dzikir dan tilawah Qur'an.

Ada kebahagiaan dan spirit yang lain saat semua itu bisa kutunaikan. Hari-hari rasanya semangat saja. Kalaupun ada kendala atau apalah yang menyusahkan, alhamdulillah selalu ada jalan keluar.

Allahuakbar!!!!. Allahuakbar!!!...

Alhamdulillah adzan subuh telah berkumandang. Kulihat Budhe masih berbaring ditempat tidur. Biasanya beliau akan segera bangun kalau terdengar adzan. Alarm tubuhnya telah memprogramnya seperti itu. Tapi kenapa beliau belum bangun ya..?

"Budhe..." aku mendekat kearah beliau dan memanggilnya lirih.

"Sampun adzan.." memberitahu bahwa telah masuk waktu subuh..

Tampak beliau mengubah posisi berbaringnya. Menghadapku.. Pelahan lahan beliau membuka mata dan tangannya memegangi kepalanya..

"Kepalaku kok pusing ya Win?" kata beliau sambil memijit-miji kepalanya.

"Bapak ada persediaan obat sakit kepala, Budhe. Sebentar saya ambilkan," kataku dan bergegas meninggalkan beliau menuju lemari obat.

Sebelum menyerahkan kepada Budhe, aku pergi kedapur membuatkan teh hangat untuknya.

Rencananya agak siang nanti Budhe minta diantar ke rumah mertua beliau didesa tetangga. Seperti kebiasaan beliau kalau pulang kampung, selain ke makam keluarga pasti menyempatkan mampir ke beberapa kerabat dan mertuanya. Memberikan bingkisan kepada kerabat dan uang untuk mertua beliau.

"Budhe, ini obatnya," kataku sambil membantunya bangun.

Budhe Tanti mengambil obat yang kuberikan dan meminumnya dengan air teh yang sudah kusiapkan.

Aku menunggu reaksinya dengan cemas. Setelah beberapa saat Budhe tampak ingin turun dari tempat tidur.

"Bantu budhe nduk. Budhe mau wudhu.." aku segera membantunya untuk berdiri dan menjadi pegangannya ketika beliau berjalan dengan tertatih.

Selesai berwudhu, Budhe kembali kekamar dan melaksanakan sholat subuh dengan duduk. Setelah selesai, beliau berbaring sambil berdzikir.

Mengejar Cinta HalalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang