"Wit... Kamu kenapa?" Sapaan Damar mengagetkan Rewinta yang bengong menatap Damar.
"Eh aku masih tidak percaya kamu ada disini. Ya Allah... Berapa lama ya kita tidak bertemu? Pasti kamu sudah sukses ya. Naik apa kamu tadi kesini. Kapan pulangnya, aku kok ngga tahu? Pasti ada yang penting sampai disempat-sempatkan pulang." berondongan pertanyaan Rewinta membuat Damar tertawa. Cerewet yang dirindukan Damar. 12 tahun lalu Damar meninggalkan kampung halamannya tentu waktu yang sangat lama bagi Damar dan Rewinta untuk menerima kenyataan bahwa dialun-alun ini Allah Swt mentakdirkan mereka bertemu.
"Pertanyaannya banyak sekali. Ini wawancara apa interogasi?" Damar menatap Rewinta sambil tersenyum lebar. Pipi Rewinta bersemu merah karena malu sambil tangannya menutup mukanya.
"Maaaaaffff..."
Damar meraih tangan Rewinta yang menutupi wajahnya dan menuntunnya untuk duduk dibangku bawah pohon palem.
"Duduk sini yuuk Wit. Nanti aku jawab pertanyaanmu satu per satu,"
Rewinta menurut. Dia duduk disamping Damar.
"Pak, es cincaunya satu lagi ya..." pinta Damar pada penjual es cincau
"Yo..aku ngga usaaah..." Rewinta menolak pemberian Damar. Dia menengok jam tangannya.
"Kenapa Wit?" tanya Damar heran melihat Wiwit yg menolak pemberiannya dan tampak gelisah memandangi jam tangannya.
"Mas ini es cincaunya" penjual cincau menyela pembicaraan mereka sambil menyodorkan segelas es cincau yang segar.
"Terimakasih, Pak. Ayo diminum Wit." kata Damar sambil tersenyum.
Rewinta mengambil gelas es itu dan meminumnya sedikit.
"Kenapa? Kamu ada acara lagi setelah ini?" tanya Damar membaca keraguan dan kegelisahan Rewinta saat mendengar ajakannya.
"Aku harus sampai rumah sebelum maghrib dan ini aku masih mau meng copy beberapa bahan diskusi besok dirumah temanku..." Rewinta benar-benar gamang. Tapi dia harus jujur pada Damar dan Rewinta berharap Damar mau mengerti.
Damar pandangi wajah Rewinta. Masih ada waktu sekitar 2.5 jam. Tak apalah waktu sedikit tapi rencananya harus terlaksana.
"Masih ada waktu 2,5 jam Wit, lagian aku kan belum menjawab pertanyaanmu. Daripada kamu penasaran pas pulang nanti..." Damar berusaha membujuk Rewinta agar tak tergesa-gesa pergi. Kesempatan yang selalu diimpikan tidak akan dia lepas begitu saja.
"Yoooo...." mata Rewinta berkedip-kedip minta pengertian Damar," Jawabannya bagaimana kalau via telpon aja?" Rewinta memberi solusi.
Noooo. Jawaban yang sama sekali tidak di harapkan oleh Damar.
"Apa yang kamu takutkan, Wit? Ibumu?" Damar berusaha mengerti. Rewinta memandang Damar. Damar yang paling tahu keadaannya.
"Begini saja. Aku akan minta bantuan Bibi Asih untuk menelpon ibumu. Agar nanti bila kamu pulang terlambat ibumu bisa mengerti. Bagaimana?" Damar yakin bibinya mau membantu.
"Kok minta tolong bibi Asih? Orangtua jangan disuruh berbohong Damaaar...gimana sih kamu ini?" Raut wajah Rewinta sudah cemberut. Tidak berbohong saja Rewinta masih tidak dipercaya ibunya apalagi berbohong bisa habis dia kena marah. Damar menyukai apapun ekspresi Rewinta. Polos apa adanya.
"Biar bibiku menyampaikan pada ibumu bahwa beliau minta bantuanmu untuk membantunya dirumah sakit sebentar." Rewinta mungkin lupa kalau tadi pagi dia bertemu bibi Asih ditrafic ligh saat mau kuliah.
"Oya bagaimana kabar nenek Sarmi? Sudah baikan?" Ah iya nenek Sarmi kan sakit. Lha... Damar kok disini?
"Makanya... Sekalian deh kamu ikut aku nengok nenekku." Wajah Damar mendadak cerah karena menemukan alasan untuk mengajak Rewinta ke rumah sakit. Bisa agak lama bersamanya ...
"Kamu belum ke rumah sakit?" tanya Rewinta
"Sudah sejak tadi pagi.." jawab Damar sambil tersenyum
"Berarti kamu ya yang mengantar nenek Sarmi tadi pagi. Kenapa kamu diam saja waktu aku ngobrol sama Bi Asih tadi. Sok kamu ya.." Dongkol rasanya hati Rewinta ketika tahu yang dimobil tadi Damar diantaranya.
"Pecah konsentrasiku Wit. Lagian posisimu jauh banget. Masak aku teriak-teriak. Malu lah" Damar membela diri. Tau ngga Wit..ingin rasanya aku berteriak dan melampiaskan isi hatiku saat itu juga. Damar membatin.
Allahukbar..... Allahuakbar...
Adzan ashar berkumandang begitu nyaring dari masjid agung. Rewinta seolah tersadar" Sudah adzan Azhar Yo. Aku sholat dulu ya.." Kata Rewinta sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Dihabiskan dulu minumnya baru ke masjid. Ngga baik membuang makan atau minuman," Damar mengingatkan Rewinta. Padahal sejatinya dia ingin ke masjid bersama Rewinta.
Rewinta mengangguk dan dia duduk lagi untuk menghabiskan es cincaunya.
Setelah membayar es pada penjualnya Damar mengiringi langkah Rewinta masuk lokasi masjid.
"Sepeda motorku aku parkir dimasjid kok" kata Rewinta saat memasuki gerbang masjid.
"Nanti sepedanya biar disini saja. Ke rumah sakitnya sama aku." Ini bukan penawaran Rewinta tapi perintah.
"Hah??? Maksudnya???" Rewinta bingung. Damar tertawa melihat wajah Rewinta yang lucu..
"Sudah..sudah ayo sholat dulu. Tempat wudhumu kearah kanan kan? Awas jangan salah masuk hehe..." pandangan cinta dan sayang mengiringi langkah Rewinta menuju tempat wudhu wanita. Sedangkan Damar berjalan ke arah kiri menuju tempat wudhu pria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Halalmu
RomanceKau adalah sahabat kecilku Saat ku harus pergi jauh Kenapa bayangmu tak bisa hilang dari ingatanku Sampai datang saat itu Dan aku tak mau menyia-nyiakannya Damar Satria Anugrah Tiba-tiba kau hadir Dan tak bisa kupungkiri Bahwa hatiku telah kau bawa...