Bag. 29

21 1 0
                                        

6 Bulan kemudian

"Kemana sih mereka. Lama sekali," Rewinta menunggu teman-temanya dikantin kampus. Ia mengaduk-aduk teh hangat yang ia pesan sebelum duduk ditempat ini.
Tadi seusai mengikuti kuliah, Dyah dan Putri ngajaknya kumpul dikantin. Tapi Rewinta diminta ke kantin dulu karena mereka berdua masih ada urusan.

Rewinta mengambil buku diktat dan buku catatannya. Ia buka beberapa lembar buku catatan itu. Ia perbaiki tulisannya yang belum jelas karena ia harus menulis cepat saat dosennya menyampaikan materi kuliah tadi. Setelah semua dibenahi, Winta membuka-buka buku diktatnya. "Psikologi Perkembangan" judul dari buku itu. Buku  hadiah dari Damar saat enam bulan yang lalu saat ia ke Jakarta.

Rewinta menghela nafas mengingat peristiwa saat ia mengantar budhe Tanti. Ia merasakan betul perhatian dan cinta Damar. Ia tak memungkiri ada rasa bahagia ketika mendapat perhatian sebesar itu dari Damar. Bahkan Damar tak goyah sedikitpun ketika Rewinta mendukungnya untuk membalas cinta Kinanti, teman sekantor Damar. Bahkan Damar mengembalikan kalimat Rewinta itu ditanyakan balik padanya.

Ah..sudahlah tak baik mengenang kebaikan laki-laki yang belum sah menjadi suami kita. Semua yang aku  terima adalah kebaikan Allah lewat siapa saja yang dikehendakiNya. Semoga Allah membalas kebaikan Damar dengan kebaikan yang lebih besar. Rewinta berusaha memahamkan dirinya sendiri agar ia tak berpanjang angan. Masih banyak yang harus ia pikirkan dan kerjakan.

Flashback on

Kereta sudah bergerak satu jam yang lalu, ada perasaan lega. Rewinta sudah menunaikan tugasnya mengantar Budhe Tanti. Besok ia juga masuk kuliah lagi. Ah jadi kangen sama teman-teman.

Ddrrrtt...
Ddrrrtt...
Tiba-tiba ada sms masuk.
Hati-hati dijalan. Jangan lupa kalo udah nyampe kasih kabar ya?
Sms dari siapa?

Oya, ia belum memberi kabar pada Budhe. Segera ia ketik pesan pada Budhe Tanti bahwa dirinya telah dalam perjalanan pulang. Tak lupa ucapan terimakasih atas semua hadiah yang Budhe berikan.

##
Dddrrrt...
Ddrrrttt...
Udah sampe mana?
Barangnya jangan dibawa sendiri. Kalo ada jasa angkut biar dibawa tukang angkut aja. Uang ada di saku tas depan.

Astaghfirullah ini pasti Damar. Ya Allah, darimana ia tau nomer hp Winta?
Jangan-jangan..??????
Ya Robbi ini pasti akal bulusnya Damar saat ngaku hp nya hilang tadi siang. Dasaar anak itu...

##
Rewinta dijemput pak Kartono di stasiun kota.
"Piye kabare Budhemu nduk?" tanya Pak Kartono saat berjalan menuju parkiran motor.
"Alhamdulillah sudah sehat,Pak " jawab Rewinta gembira. "Salam dari Budhe untuk Bapak. Terimakasih juga karena sudah merawat Budhe selama sakit disini,"
"Iya sama-sama. Wa'alaiki wa'alaihassalam" jawab pak Kartono.
"Bawaanmu kok banyak sekali to Nduk. Ini semua dari Budhemu?"
"Iya Pak. Ada juga untuk Bapak dan Ibu. Maunya Budhe, Winta disuruh pulang Senin ini. Tapi Winta tidak mau karena sayang meninggalkan kuliah terlalu lama," jawab Rewinta. Pak Kartono tersenyum, ia sangat paham dengan tekad anaknya untuk menyelesaikan kuliah. Karena satu mata kuliah tidak lulus, akan mengulur waktu dan menambah biaya.
Mereka berdua berjalan beriringan. Pak Kartono membawa 2 kardus bawaan Rewinta sedangkan Rewinta membawa tas tempat bajunya.
Rewinta berharap Bapaknya tidak banyak bertanya. Karena pasti ia akan menjawab apa adanya. Ia tidak tahu apa reaksi bapaknya bila selama di Jakarta ia diajak jalan-jalan Damar. Ya Allah..astaghfirullah.
"Kita sholat subuh dulu ya Nduk. Kalo subuhan dirumah waktunya ngga nutut," ajak pak Kartono pada anak perempuannya itu.
Mereka berjalan ke musholla diluar stasiun. Pak Kartono sholat berjamaah dengan Rewinta.
Gadis itu mencium tangan bapaknya.
"Diajak kemana saja selama di Jakarta, nduk?", tanya pak Kartono seusai menuntaskan dzikir dan doanya. Dada Rewinta sudah berdebar kencang.
"Ehem.... Eehmm jalan-jalan ke supermarket, ke taman.. ," kata Rewinta berdehem untuk menenangkan diri.
"Mesti diantar si Wibi. Piye kabare kangmasmu  kui?" tanya Bapaknya lagi.
"Alhamdulillah sehat Pak. Anaknya mas Wibi lucu. Waktu Winta di rumah Budhe putrinya mas Wibi nginap disana. Selama jalan-jalan Winta di temani Jannah," jawab Rewinta ceria.
Rewinta mengalihkan jawabannya. Ia tak ingin bapaknya banyak bertanya.
Pak Kartono tersenyum. Sebenarnya ia sudah tau dengan siapa anaknya jalan-jalan selama di Jakarta. Tanti, kakaknya, telah bercerita semuanya. Pak Kartono belum ingin tahu bagaimana perasaan Rewinta pada Damar. Biarlah waktu yang akan membuktikan siapa jodoh Rewinta kelak.
##
Winta membuka bungkusan dari Damar, ia benar-benar terkejut. Semua buku yang sempat ia pegang dan menarik minatnya, dihadiahkan oleh Damar. Dari mana ia tahu?
Winta jadi ingat ketika Damar pamit mau menemui temannya. Beberapa saat kemudian ada perempuan berseragam karyawan yang menata-nata buku disebelahnya. Ia pikir si mbak memang tugasnya menata kembali buku yang sempat diambil oleh pembeli. Bisa jadi mbak itu yang disuruh Damar buat ngambil buku yang sempat dipegangnya.
Rewinta menarik nafas sejenak. Tak hanya buku, sandal dan tas yang katanya buat temannya itu ternyata ada dalam bawaannya.
Ketika membuka barang-barang itu ibunya sempat bertanya "Ini semua buat siapa?" Rewinta hanya menjawab singkat," Nggak tau.  Budhe yang membawakan...," ia memang tak mau berbohong walaupun tetap saja berbohong. Astaghfirullah.
Ibunya pun langsung menelpon Budhe Tanti
"Assalamualaikum...,"
"Wa'alaikumsalam.. Ada apa dek?," tanya Budhe diseberang sana.
"Terimakasih lho mbakyu oleh-olehnya.. ," kata Ibu gembira.
"Sama-sama dek...,"
"Lha terus buat siapa saja oleh-oleh ini, mbakyu? Ada sandal, tas..,"
"O kalo itu punya Winta dek.. Buat kamu sama Kartono sudah aku bungkus tersendiri," jawab Budhe santai
"Oalah ya sudah. Maturnuwun lho mbakyu. Jadi merepotkan," jawab ibu
"Ora popo. Aku maturnuwun wis dirawat sak suwene neng kampung. Salam kanggo Kartono yo dek...,"
"Ya mbakyu. Assalamualaikum..," Ibu menutup percakapannya.
Ibu..menatap Rewinta yang masih membongkar bawaannya dari Jakarta..
"Budhemu ki kok kebangeten. Ponakane loro kok sing digawani mung siji...," Ibunya mulai menggerutu.
Rewinta diam saja. Ia sudah merasa ibunya akan melakukan sesuatu.
"Mbok kui salah siji ben digawe mbakyumu. Mesakne sak suwene mbok tinggal dhekne nandangi penggaweanmu..," Ibunya mulai membolak balik semua barang dari Damar. Rewinta diam saja.
"Ini tasnya cocok buat mbakyumu. Dia harus bawa bawaan banyak. Tas ini saja untuk Ratri," berkata begitu ibu mengambil tas dan membawanya ke kamar Ratri.
Rewinta menghela nafas. Dia sudah terbiasa merelakan tapi tetap saja bila cara mengambilnya seperti ini hatinya terasa pedih. Ia mengusap air matanya yang tak terasa sudah menggenang.

Flash back off

Ddddrrrttt..ddrrtt...ddrrttt..
Handphone Rewinta bergetar. Ada sms masuk dari Putri.
"Win, maaf 15 menit lagi yaa...," Rewinta tersenyum. Selama apapun kita menunggu selama teman kita memberi kabar maka kejenuhan menunggu bisa diatasi.
"Ya ngga papa. Berarti makanan yang kumakan selama aku menunggu, kamu yang bayar ya?" kata Rewinta menggoda.
"Bereeess..haha. ," Putri tertawa renyah diseberang sana.
Rewinta geleng-geleng kepala. Putri anak orang berpunya. Tapi ia merasa kurang mendapat perhatian. Sempat menjadi anak yang suka foya-foya, namun kasih sayang Allah menyadarkannya dan menjadikannya sosok yang baik dan terjaga prilakunya.
Putri banyak curhat pada Rewinta dibanding ke Diyah atau Muddah. Tentang kekecewaannya pada orangtua, tentang ketakutan yang kadang hadir tanpa sebab.
Semua itu menjadi pelajaran buat Rewinta. Manusia dan kehidupannya tak ada yang sempurna. Yang berkecukupan masih merasa kurang. Yang serba terbatas seperti dirinya kalo tidak banyak-banyak bersyukur semakin berat menjalani hidup. Mendekatkan diri kepada Allah Swt lah jalan satu-satunya agar selalu kuat menghadapi setiap ujian dan tetap bisa bersyukur berapapun dan dalam bentuk apapun karunia yang diberikanNYA.
Ada perlu apa sih si Putri kok tumben lama sekali. Kata Rewinta dalam hati.

Ddrrrtt...dddrrtt..
Ah ini dia..."Cepetan dooong.....," tanpa melihat siapa yang menelpon Rewinta menjawab panggilan di hp nya.
"Wiiin, iki Bapak nduk. Kuliahe wis rampung opo durung?" kata suara diseberang sana.
"Baapak... Ada apa Pak? Sudah selesai Pak. Ini tadi janjian sama teman ketemuan di kantin," tumben sekali Bapak telpon. Pasti ada yang penting. Rewinta ada firasat tidak baik.
"Kalo tidak ada yang penting, kamu pulang sekarang bisa ngga, Nduk?" tanya pak Kartono meminta.
"Saget pak. Saya bilang teman saya dulu," kata Rewinta semakin merasa tidak tenang perasaannya.
"Alhamdulillah. Ati-ati neng dalan. Ojo kesusu.. Assalamu'alaikum..," pak Kartono mengakhiri percakapannya.
"Inggih Pak. Wa'alaikumsalam..," jawab Rewinta menutup telponnya.
Ia segera mengirim sms ke Putri mengabarkan bahwa ia tidak bisa menunggu karena disuruh Bapaknya pulang.
Dalam perjalanan hatinya tidak tenang. Tidak biasanya Bapak memanggilnya seperti ini. Pasti ada yang penting. Tapi apa yaa?? Ah. Angan Rewinta melayang..
##

Happy reading
Pendek ceritanya ya..
Hhmm.. biar pada penasaran hehe

Mengejar Cinta HalalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang