||25. Ragu

642 52 0
                                    

YooNathan

Aku kembali ragu, aku juga takut untuk bertanya padamu. Apakah kamu benar-benar menyukaiku atau hanya karena aku terlihat sama dengan cinta pertamamu.

oOo

Yoona melangkah dengan hati-hati, tangannya sudah siap membuka pintu kamar Nathan. Gadis itu awalnya menutup matanya, begitu melihat isi kamar Nathan, Yoona langsung melangkah maju, gadis itu tertawa kecil melihat pemandangan di depannya.

Isi kamar Nathan dipenuhi dengan hal-hal yang Athela sukai, parahnya terdapat sebuah papan yang dipenuhi oleh foto-foto sahabatnya. Kumpulan surat, lebih tepatnya surat pengakuan perasaan Nathan. Apa arti semua ini? Sampai saat ini nama Athela masih berada di hati Nathan, bukan dirinya. Sungguh ini terasa sakit.

"Yoona."

Gavin terkejut saat melihat Yoona yang sudah berlinangan air mata. Belum sempat bertanya, gadis itu sudah berlari pergi.

"Yoona."

Nathan yang tidak tahu apa-apa tentu saja bingung, padahal ia menyuruh Yoona untuk menunggu sebentar sebelum mengantar pulang. Lalu cowok itu melihat pintu kamarnya yang terbuka, menggeram kesal. Ternyata cewek itu masuk ke dalam kamarnya.

Tidak hanya Gavin saja lah yang mengejar Yoona. Dengan buru-buru Nathan langsung mengeluarkan motornya dan mengejar taksi yang dinaiki oleh Yoona. Hubungannya baru saja mulai membaik, namun ada saja masalah. Apa tidak bisa membiarkannya bahagia sebentar?

Sett...

Kedua cowok itu berjalan menuju ke taksi Yoona setelah berhasil menghadang taksi yang dinaiki oleh Yoona. Nathan dan Gavin terus mengetuk kaca mobil itu, namun gadis itu tak kunjung mau keluar.

"Yoona, aku mohon keluar. Kita bisa bicarakan dengan baik-baik."

"Apa yang kamu lihat tidak seperti apa yang kamu lihat, aku bisa jelasin."

"Yoona, tolong keluar."

Cowok itu terus meracu, memohon agar Yoona keluar dari taksi dan menemuinya. Namun, sepertinya Yoona enggan untuk bertemu Nathan. Gavin hanya diam memperhatikkan Nathan yang sepertinya begitu takut dan cemas. Dari apa yang dilihatnya sekarang Gavin sudah dapat menyimpulkan bahwa adiknya itu memang benar-benar menyukai Yoona.

"Yoona, aku mohon."

Tidak tega melihat Nathan yang terus memohon. Akhirnya Gavin mencoba mengirim pesan pada Yoona, beberapa detik kemudian tampak sebuah balasan.

Nathan membengong saat melihat Gavin dengan mudah masuk ke dalam taksi, sebuah celah terlihat. Satu tangannya menyentuh atap mobil itu Nathan tidak jadi masuk dengan suara dingin Yoona.

"Jangan masuk."

"Sampai lo berani masuk ke dalam, gue gak akan pernah maafin lo."

Tampak Gavin yang menatap sang adik. Seolah memberi tahunya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Kini di dalam mobil Gavin menatap lekat Yoona. Cowok itu tidak berniat untuk bertanya terlebih dahulu, yang harus dilalukannya sekarang adalah membiarkan Yoona menumpahkan semua tangisnya dan membiarkan bahunya sebagai medianya.

"Sakit rasanya, Kak."

"Dua kali aku menyukai cowok yang menyukai sahabatku, sakit sekali harus menjadi pelarian."

Isak tangis Yoona semakin pecah membanjiri baju Gavin. Sedangkan cowok itu masih diam, sesekali mengelus rambut Yoona. Memang seperti ini caranya saat menjadi tempat berkeluh kesah. Hal yang pertama yang dilakukan adalah diam dan tidak perlu bertanya sampai seseorang itu bercerita.

Sekitar lima belas menit akhirnya Yoona berhenti menangis. Cowok itu menatap gadis di depannya, tersenyum kecil dan menghapus air mata itu, tangannya juga membentuk senyum pada sudut bibir Yoona.

"Udah nangisnya?"

Yoona menahan tangan Gavin saat hendak membawanya keluar. Melihat raut wajah takut Yoona. Gavin menggegam lebih erat, kedua mata itu seolah mengatakan tidak apa-apa.

Yoona menarik napasnya terlebih dahulu sebelum menemui Nathan.

Melihat Yoona yang keluar, berdiri dengan membeku buru-buru Nathan menghampiri cewek itu dengan tersenyum lega.

Yoona menahan Nathan saat hendak berkata. "Sekali aku dengar kebohongan dari mulut lo itu, gue pastiin kita tidak akan pernah bertemu lagi."

"Kamu marah, kecewa sama aku?"

Gadis itu menyunggingkan senyumannya mendengar pertanyaan bodoh itu, lalu mengangkat pandangannya dan menatap tajam Nathan.

"Cewek mana yang gak akan sakit hati saat ngelihat orang yang baru aja nembak ternyata masih berlarut dengan masa lalunya."

"Athela emang sahabat gue, tapi bukan berarti gue akan baik-baik aja saat lihat cowok yang gue suka masih terobsesi dengannya. Lo bilang suka sama gue? Lo bilang udah lupaiin dia. Mana? Semuanya bohong!" Napas Yoona memburu setelah mengeluarkan semua yang dirasakannya.

"Gue udah gak kuat, serius sakit. Hubungan kita sampai di sini, tidak ada kata balikan sekalipun teman. Satu hal, pergi dari kehidupan gue."

Setelah itu Yoona langsung berjalan menuju ke mobil Gavin, tanpa memberi Nathan kesempatan untuk menjelaskan terlebih dahulu. Ia takut, perasaannya lemah.





Yoonathan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang