IV

2.9K 194 0
                                    

Guys, ini sebenarnya satu bab sama part III tapi berhubung kepanjangan jadi dibagi jadi dua bab.
Dan  ini adalah POV-nya Ariq, jadi ga terlalu panjang.
Enjoy ya!

****
Ting..

Lift sudah sampai di lobi, dari belakang Ariq melihat Latisya berjarak beberapa langkah darinya. Perempuan itu tampak mencari seseorang dan Ariq tahu betul, Latisya mencari dirinya.

Ariq tersenyum, selalu tersenyum saat bersama Latisya dan tidak bisa dipungkiri kalau dia merasa senang pindah ke gedung yang sama dengan kantor Latisya. Karena artinya, dia bisa sering-sering bertemu dan makan bersama seperti hari ini.

“Cari siapa Mbak?” Ariq bertanya sambil menepuk pundak Latisya, dilihatnya Latisya terkejut.

“Cari driver ojek online Mas.” sontak Ariq tertawa mendengar jawaban Latisya, baginya Latisya itu sangat lucu dari gaya bicaranya, hal yang dibicarakannya dan senyumnya yang menjadi favorit Ariq.

......

“Biarin nyasar nggak ada yang cariin juga.” Latisya masih memasang wajah cemberut.

“Beneran nggak ada yang cariin? Kalo yang kangen ada?” Ariq tersenyum jahil ketika menggoda Latisya. Sungguh, melihat Latisya malu seperti ini rasanya Ariq pengen bawa pulang saja.

“Ada, yang kangen si unyil biawak lo.” Jawab Latisya. 

Terkadang Ariq membayangkan andai saja Latisya menjawab dengan kata “gue yang bakal kangen” pasti akan lebih mudah bagi Ariq untuk memperjelas hubungan mereka, dari dulu.

Beberapa kali Ariq lempar kode kasih pertanyaan yang seperti ini, rasanya tidak pernah di respon sama Latisya, entah dia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Pernah sih, beberapa kali Latisya respon, tapi responnya itu abstrak banget! rasanya Ariq harus berusaha lebih keras lagi.

***

“Tau-tau aja ya lo tempat makan enak.” Ariq dan Latisya berjalan beriringan dari makan siang.

“Iya dong! Temen kantor gue itu pada doyan makan jadi informasi seputar makanan yang enak gue suka dapet juga.” Latisya tertawa kecil mengingat teman-teman makannya yang gercep banget kalo ada makanan enak, apalagi murah ditambah promo.

“Eh.. lo di lantai berapa Riq kantornya?” Dengan jarak yang cukup dekat, Latisya bisa melihat wajah Ariq dari samping dengan jelas. Wajah yang selama hampir sepuluh tahun ini menjadi kesukaannya, wajah yang selalu menampilkan tawa setiap mereka bersama.

Tapi kalau sudah disandingkan dengan aktor Hollywood kesukaannya seperti Jamie Dornan atau aktor Turki yang serinya baru saja dia tamatkan si Bariş Arduç, sorry to say Ariq jelas kalah.

“Lantai.. 4 tambah 7 berapa tuh?” canda Ariq, sedangkan Latisya hanya manggut-manggut karena sudah paham.

“Mm, besok-besok bisa makan bareng lagi kan?” Tanya Latisya dengan kedua tangannya yang bertautan, rasanya Latisya ingin terus-terusan bertemu dengan Ariq.

“Tempat makan enak masih banyak banget disekitaran sini. Lo harus cobain." Sambungnya.

Ariq tersenyum, manis sekali. Lesung pipinya yang menjadi bagian favorit Latisya itu, terlihat sangat jelas dari posisinya sekarang ini.

“Bisa kok, nanti atur-atur waktu aja Sya, soalnya gue sering ke lokasi.”
Latisya mengangguk dan tersenyum menanggapi jawaban Ariq, setidaknya siang ini dia mendapatkan semangat untuk melanjutkan pekerjaannya hingga sore nanti.

***

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang