Kerjaan makin hectic, lembur makin menjadi-jadi, deadline makin mepet, progress jadi pertanyaan wajib setiap harinya dan manajer yang mau ganti. Beberapa minggu ini anak marketing seperti sedang mengikuti haloween party, semuanya jadi zombie gara-gara kurang tidur.. kalaupun tidur dapat mimpi lagi kerja.
Tidur kerja nggak tidur kerja. Kerja untuk hidup, hidup untuk kerja.
"Bodo amat dah! Motivasi gue kerja untuk hidup, hidup untuk makan." Hari ini geng marketing lagi makan di foodcourt kantor, alih-alih membayangkan bonus yang akan didapat karena lembur, mereka lebih menyiapkan stamina untuk lembur sekian hari kedepan.
"Bener kata dosen gue dulu yak, mending cari laba daripada cari gaji! Jadi cungpret berasa banget kalo lagi begini."
Rasanya sop iga didepan mata pun terasa hambar karena lembaran kertas putih itu masih bertengger dan semakin menumpuk diatas meja. Walaupun harga sop iga lumayan untuk di akhir bulan seperti ini, tapi mereka sengaja memilihnya untuk memanjakan diri mereka yang tersiksa beberapa minggu ini. Miris banget ya dengernya?
"Ayo ngeluh terus adik-adik! gue nggak tau sebagus apa image pak Zahid di mata pak dirut, sampai-sampai proses kepindahan pak Zahid dipercepat." Bima baru saja bergabung karena tadi dia masih ada kerjaan, baru bergabung dan membawa mimpi buruk untuk teman-temannya.
"Gue boleh menyimpulkan sesuatu nggak?" Latisya mulai kehilangan selera makan karena mendengar kabar kepindahan pak Zahid yang dipercepat.
"Dihaturi.."
"Kalau proses kepindahan Pak Zahid dipercepat, berarti deadline kita makin mepet pet pet. Apa kabar kepala pundak lutut kaki kalau kerja lembur bagai kuda begini?" Semua orang mulai sadar ketika mendengar ini dari Latisya, benar saja di grup chat marketing Pak Zahid baru saja memberi jadwal deadline terbaru. Wassalam untuk Latisya yang harus menyelesaikan laporannya 2 hari lagi.
"Semangat semangat, semangat!!!!" Bima sok memberi semangat, padahal dia saja sudah hilang semangatnya, nggak pa-pa yang penting semangat masih terlontar dari mulutnya yang biasa nya nggak pernah berfaedah ini.
***
Latisya tidak tahu apa bedanya penikmat senja dengan kuli kantoran seperti mereka ini, Mungkin mereka lebih pro dari penikmat senja ya? Soalnya mereka ini penikmat pagi siang, sore, senja, petang, malam di kantor.
Bokong Latisya rasanya lagi dipakein koyo, panas banget gara-gara duduk selama berjam-jam. Latisya melepas kacamata anti-radiasinya dan menyenderkan punggungnya.
"Mana pangeran kuda putih lo, nggak nganter makanan lagi?" Bila juga sedang mengistirahatkan tubuhnya.
"Lagi diluar kota dia, ada proyek."
"Sibuk dong dia, kapan terakhir chat?" Latisya geleng-geleng kepala dengan pola pikir Bila yang masih aja kepo disaat lembur gini.
"Nggak tau, udah dua minggu kali ya dari yang nonton waktu itu." Biasa saja, mereka pernah satu bulan tidak saling mengirim kabar, terus setelahnya mereka chattingan lagi.
"Cari yang lain ajalah! Betah banget sih diginiin mulu. Nggak jelas tau dia jadi cowok, kalau suka yang bilang suka kalau nggak ya, jangan gini dong. Heran gue, emang dia nggak pengen pacaran? Kalo nggak sama lo ya seengaknya sama orang lain lah.. ngapain deketin lo mulu." Lupa deh Bila kalau sekarang mereka lagi lembur, ngomongi Ariq lancar banget.
"Pernah kok dia pacaran sama orang lain, waktu jaman kuliah dulu. Gue di Jerman dia di Australia, malah dia pacaran sampe awal-awal dia kerja."
"Lo bisa sesantai ini nyeritain kisah cinta dia?! Dan lagi.. setelah dia pacaran itu ngapain kalian masih deket? Sering chattingan, kenapa juga lo nggak pacaran sama orang lain. Dia aja pernah pacaran sama orang yang lain." Bila benar-benar tidak habis pikir dengan Latisya yang bisa sesantai ini dengan hubungannya ini.
"Namanya juga temenan, chattingan doang biasa aja sih. Lagian kan udah gue bilang, mau gimana pun karena status kita temenan yaudah santai aja sih Bil, gue kan juga selalu bilang sama lo kalo gue nggak pernah mau berharap lebih sama hubungan gue dan Ariq ini. Gue nggak mau pacaran karena gue nggak ngerasa nemu yang cocok aja sama yang lain." Jelas Latisya yang lebih terdengar seperti pembelaan. Sebut saja Latisya naif tentang hubungannya dengan Ariq.
"Gimana mau nemu yang cocok, lo aja dideketin orang lain buat lebih serius nggak mau. Lo jaga hati Ariq? Gitu maksudnya? Kalo lo bilang lo nggak suka sama Ariq gue nggak akan percaya sih Sya."
Bila benar, Latisya membenarkan semua apa yang dikatakan oleh Bila. Bahkan Latisya ingat betul bagaimana sakit hatinya saat dia tau kalau Ariq pacaran dengan orang lain waktu itu.
Dan terkadang Latisya malu dengan Bila karena dia masih saja terus berada di hubungan tidak jelas ini dengan Ariq. Dia tahu itu, tapi masalahnya adalah, dia masih mau untuk dekat dengan Ariq walaupun seperti sekarang, tanpa status.
"Udahlah Bil, kerjaan masih banyak ngapain bahas dia. Gue mau nyelesain laporan gue dulu, pak Zahid udah neror gitu." Lagi, Nabila hanya pasrah dengan hubungan kedua temannya ini.
***
Pagi ini divisi marketing lebih segar dari kemarin-kemarin. Semua pekerjaan sudah beres, laporan sudah rampung, semua masalah dan urusan dari kepemimpinan Pak Zahid sudah diselesaikan. Untuk sementara kursi panas lembur sedang disimpan, atau lebih tepatnya sudah tidak ada lagi 'Kursi Panas Lembur' dari Pak Zahid.
Selama beberapa waktu Pak Zahid jadi manajer marketing, Pak Zahid selalu bilang kalau hidup perkantoran tidak akan terlepas dari kursi panas lembur.
Mereka akhirnya bisa lega karena pekerjaan sudah diselesaikan, tapi hari ini mereka sedih.. karena hari ini adalah hari terakhir Pak Zahid sebelum pindah ke kantor pusat.
"Pak, berat banget nih kita ngelepas bapak sebaik pak Zahid." Arvin berlaga jadi anak baik banget. Yang lain hanya mencibir melihatnya.
"Masa sih? Bukannya seneng ya nggak saya marah-marahin lagi?" Mata Pak Zahid menyipit karena tertawa.
"Bapak mah idaman banget kata divisi lain, perfect leader nih." Sambung Latisya.
"Betul Pak! bapak itu terbaik banget. Apalagi motivasi-motivasi bapak, beeeh.. bijak sekali. Respect!" Recky menepuk dadanya menunjukkan respect.
"Gayanya aja Pak.. si Recky mah, dia bilang gini nih pak 'Kalo Pak Zahid udah mulai ngomel-ngomel, terus kalau udah mulai sesi Mario Teguh nya nggak usah didengerin banget'." Bima memperagakan gaya bicara Recky.
"Nggak ada Pak, fitnah nih. Yee! gue mah selalu dan selalu ya mendengarkan Bapak tersayang. Fitnah pPak dia, sumpahhh Pak saya nggak bilang gitu." mukanya Recky jadi tegang banget, yang lain jadi tidak tahan untuk tidak tertawa, Pak Zahid yang memang dekat sama 'anak-anaknya' ini sudah paham candaan mereka dan ikut tertawa.
Bukan hanya divisi marketing yang berat melepas Pak Zahid, tapi Pak Zahid juga merasa sangat berat untuk melepaskan timnya ini. Karena dia akui bahwa kerja mereka benar-benar bagus, kreativitas tanpa batas banget dan dibalik tingkah nggak berfaedah tim ini Pak Zahid tahu kalau mereka adalah orang-orang yang berintegritas, profesional dan sangat bisa diandalkan.
"Sudah sudah.. sekarang coba di cek lagi kerjaanya. Kalau nggak ada masalah lagi kita pulang tenggo. Malem ini bisa dateng semua kan?"
"Harusnya sih bisa pak, tapi saya kabarin pacar saya dulu ya pak." Arvin sok mencari nomor di ponselnya.
"Emang punya Vin?" singkat padat jelas menohok dan menjatuhkan harga diri sekali pertanyaan dari Pak Zahid. Sontak ledekan demi ledekan diberikan ke Arvin, what a perfect lies Vin.
Ketika farewell party kecil-kecilan, mereka makan disebuah restoran nusantara pilihan Bima cees. Mereka yang memilih untuk makan makanan yang mengenyangkan, demi kedamaian dunia katanya. Dan malam itu mereka bercengkrama, mendapatkan nasihat dan motivasi dari Pak Zahid, tidak lupa berfoto dan memberikan kenang-kenangan untuk manajer kesayangan mereka.
****
Enjoy!
![](https://img.wattpad.com/cover/215778770-288-k260498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Start with A
Romance[END] Hampir sepuluh tahun berada di hubungan tanpa status tentu bukan yang Latisya inginkan, tapi karena sudah terlalu lama membuat dia sangat nyaman saat bersama Ariq sehingga Latisya tidak ada pilihan lain selain hanya menunggu sampai hubungan me...