XXXXVIII

5K 213 12
                                        

Walaupun Adnan bukan tipe laki-laki yang harus selalu mengabsen pacarnya setiap hari tapi dia selalu bisa memastikan kalau Latisya baik-baik saja. Karena masih sibuk dengan pekerjaan, mereka baru sempat keluar beberapa kali di akhir pekan dan itu membuat Adnan sedikit merasa bersalah dengan Latisya.

Dibanding pacaran mereka malah lebih sering pergi untuk mengurusi pekerjaan, tapi Latisya sih tidak merasa keberatan dengan hal itu. Mereka masih bertemu setiap hari di kantor, dia malah senang karena bisa bekerja bersama Adnan jadi hubungan mereka tidak melulu tentang perasaan cinta-cintaan, harus analisis produk, buat laporan, ke kantor pusat atau ke pabrik dengan Adnan itu malah menjadi warna di hubungan mereka.

Selama itu dengan Adnan, bukan masalah bagi Latisya. Toh, itu tidak mengurangi perhatian Adnan untuknya, Adnan masih menyempatkan dirinya untuk menemui Latisya ataupun mencari waktu di akhir pekan. Latisya sadar hidup mereka bukan hanya untuk berpacaran, pekerjaan, keluarga, teman-teman, semuanya harus sesuai porsi.

Waktu yang akan mereka bagi juga masih banyak, tidak bisa nge-date Minggu ini ya masih ada minggu-minggu lainnya. Dalam hubungan ini, Latisya tidak ingin banyak menuntut begitu juga Adnan.

Beberapa kali juga Latisya diomeli Adnan karena pekerjaannya ada yang kurang tepat atau harus revisi beberapa kali. Same like the old time. Latisya sih tidak ambil hati, mereka memang harus profesional.

Di kantor ya.. Adnan atasannya kalau dia salah wajar saja Adnan akan ngomel-ngomel, Adnan dengan omelan plus amarah itu kan satu kesatuan. Tapi bedanya, Adnan sekarang sering bertingkah manis saat berdua saja dengan Latisya. Dibanding di omelin Latisya justru tidak kuat ketika Adnan bertingkah manis, dia mendadak lemah!

***

Latisya berjalan berdampingan dengan Adnan memasuki ballroom hotel—tempat diadakannya perayaan anniversary beau & éclat. Tubuh Latisya dibalut dengan sheat dress berwarna hitam yang membungkus sempurna tubuhnya dan potongan Sabrina yang memperlihatkan tulang selangkanya. Strap heels serta clutch berwarna senada, rambutnya yang digulung keatas dan tidak lupa make up minimalis yang mampu membuat penampilannya malam ini tampak begitu sempurna.

Dengan Adnan yang tampak gagah dengan menggunakan setelan suit model Single breast dengan monkstrap shoes. Rambutnya ditata rapi dan kehadiran jambangnya yang selalu mengingatkan Latisya akan Jamie Dornan.

Selama di perjalanan Latisya tidak sanggup untuk melihat ke arah Adnan, karena pria itu terlihat sangat tampan malam ini. Beda lagi dengan Adnan yang justru selalu mencuri pandang ke arah Latisya, dia bahkan terlihat cengo saat menjemput Latisya tadi.

Harusnya mereka jalan bergandengan tangan atau tangan Adnan berada di pinggang Latisya dengan posesif, tapi berhubung ini adalah acara kantor mereka harus bersikap dengan baik apalagi ada banyak orang penting disini. Sempat menyapa beberapa petinggi dan rekan kerja yang mereka kenal kemudian mereka beralih ke divisi mereka.

“Ini acara kantor ya! Bukan fashion week. Apaan nih kalian, udah kayak Olivia Palermo sama Johannes Huebl.” Bima mencibir sambil menyebutkan nama pasangan Hollywood yang terkenal fashionable.

“Nggak lama lagi bakalan kayak David Beckham sama Victoria Beckham tuh.” sambung Nabila.

“Sirik aja deh kalian.” Latisya terdengar acuh. Iya karena dia tahu, kalau dilanjutin bakalan panjang obrolan ini.

“Ini gara-gara penjualan kita terus meningkat sama karena Pak Alen udah bilang kalau dia puas sama kerja divisi kita, makanya gue berani gaya-gayaan gini.” Adnan melipat tangannya ke depan dada. Songong mode on.

“Tadinya.. kalau Pak Adnan masih single, saya mau ajak Pak Adnan hunting cewek cantik di sana pak.” Arvin menunjuk ke arah perempuan-perempuan cantik nan hits yang membantu strategi pemasaran mereka.

Adnan terkekeh, “Cantikkan yang disini kali Vin.” Dia mengedipkan satu matanya ke Latisya dan  disambut heboh yang lain.

Latisya menunduk malu dan menggigit bibirnya, dia mencoba untuk menahan senyumannya. Bisa-bisanya Adnan menggodanya ditengah manusia-manusia mulut kompor ini. Kan dia maluu!

“Dunia milik mereka berdua, kita mah cuma ngekos disini.” seru Nabila dan yang lain ikut tertawa.

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang