XXVII

2K 151 7
                                    

Hari ini adalah hari terakhir mereka di Jeju, Setelah agenda terakhir hari ini, mereka tidak ada pertemuan lagi dan malam ini akan kembali ke Indonesia. Mereka sudah memastikan bahwa apa yang mereka inginkan sudah lengkap.

Setelah packing, baik Adnan maupun Latisya memilih untuk ke salah satu pantai didekat hotel mereka. Pantai ini bisa dikatakan private karena akses khusus untuk yang menginap di hotel ini saja. Lumayan ada akomodasi dari kantor gini.

"Enak banget bisa lihat laut gini.. rileks banget rasanya." Latisya duduk dengan matanya memandang jauh ke hamparan laut yang luas.

"Iya, tapi pantai di Indonesia emang salah satu yang terbaik ya." Mereka sedang duduk menikmati pemandangan yang ada dihadapan mereka, ini benar-benar membantu mereka merilekskan diri setelah bekerja terus-terusan.

"Iya setuju! Apalagi hidden beach Indonesia banyak yang bagus-bagus."

"Iya, tapi turis tau nya Bali doang. Mungkin sekarang mereka sudah mulai tau tempat lain di Indonesia. Tapi kayaknya masih kurang promosi, karena kalau banyak turis yang tahu tempat lain pasti kunjungan turis ke Indonesia lebih banyak dari ini dan nggak mungkin kalau Indonesia masih nggak dikenal. Pantai-pantai di Sulawesi itu juga nggak kalah cantik dari Bali."

"Tapi pak, jangankan dijangakau sama turis, orang Indoensia asli aja, termasuk saya banyak nggak tahu ada dimana aja keindahan Indonesia." Jawab Latisya dengan jujur.

"Indonesia itu indah dari segala sisi sebenarnya, tapi suka tertutup sama manusia-manusia yang egois. Tapi kalau kita buka mata lebih lebar ada banyak banget tempat yang belum dijamah banyak orang dan itu cantik banget Sya." Latisya memperhatikan Adnan berbicara, mata tajamnya tertutup kacamata hitam.

"Bener kata Bila, kayak Jamie Dornan banget alig!" Batin Latisya. Melihat Adnan seperti ini, Latisya kembali mengakui ketampanannya.

"Menurut bapak, mendingan mana hidden beach itu tetap tertutup dan hanya pribumi aja yang dateng, jadi tempatnya masih bisa terjaga karena nggak banyak orang yang datang. Atau di promosiin lebih, tapi jadinya kan bakalan dibangun resort-resort dan semakin banyak orang keindahannya bisa terkikis. Jadi rusak, kotor."

"Sedikit orang nggak menjamin keindahannya nggak terkikis Sya, emang ada yang bisa jamin walaupun hanya pribumi yang datang dan mereka nggak akan buang sampah sembarangan, ambil terumbu karang?" Adnan menolehkan kepalanya ke Latisya.

"Tapi kan kalau orang tahu pulau kita suka dibeli orang luar pak, jadi pulau pribadi." Kalau orang Korea paham bahasanya, mungkin dikira Latisya lagi mewawancarai pejabat. Dalem banget pertanyaannya!

"Ada peraturannya Sya, lagian orang kita juga ada yang beli pulau pribadi, intinya ditangan kita sendiri aja alam negara nggak aman, nggak jamin walaupun yang datang cuma orang lokal tapi lingkungannya mereka jaga." Jawab Adnan tanpa terkesan menggurui, dia hanya mencoba menyampaikan opininya saja.

"Tapi ya.. sekarang kita cuma bisa bantu jaga aja kan? Kita nggak bisa untuk buat kebijakan ini itu." Sambung Adnan.

Cukup berat memang obrolan ini, tapi Latisya sih enjoy aja. Dia terbiasa membicarakan hal-hal seperti ini dirumah dengan papanya. Dan Adnan orang yang ternyata sangat pas untuk jadi teman membicarakan hal-hal seperti ini. Bukannya mereka sok kenegarawan, tapi gimana ya, ini itu salah satu bentuk gimana kita lebih concern ke-apa yang ada dinegara kita dan untuk kita jaga.

"Ngobrol kayak ini, berasa saya lagi ngobrol bareng papa saya." Latisya terkekeh.

"Kamu nyindir saya tua?" Adnan memiringkan kepalanya kearah Latisya.

"Ehh.. bukan, nggak gitu pak. Maksudnya.. ini itu salah satu topik yang suka saya sama papa saya obrolin juga." Dengan cepat Latisya meluruskan maksud perkataannya, dia tidak berniat menyinggung Adnan. Serius. Suer. Sumpah deh.

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang