VI

2.7K 180 0
                                    

Pagi ini Latisya, Nabila dan Harisa sedang menyeduh kopi di pantry. Sudah kebiasaan para pekerja untuk menyeduh kopi dipagi hari untuk dopping kerja mereka.

"Dua manajer ada yang mau diganti ya?" kata Harisa sambil mengotak-atik ponselnya.

"Oh ya? Gue belum tahu tuh. Divisi apa aja Sa?" Tanya Latisya yang sedang menuangkan air panas ke kopinya.

"IT sama Marketing. Kenapa marketing diganti ya? Padahal kan kerja divisi marketing lagi bagus-bagusnya." tanya Harisa sedangkan dua orang didepannya yang merupakan divisi Marketing kaget bukan main, pasalnya betul kata Harisa divisi mereka lagi bagus-bagus nya, dan kinerja Pak Zahid juga nggak diragukan.

"Demi apa? Tapi belum pasti kan beritanya bener atau nggak, tapi kalau beneran.. sedih banget guee, Pak Zahid kok pindah sih." Benar kata Nabila, rasanya tidak rela kalau Pak Zahid harus pindah.

"Kenapa diganti disaat Marketing lagi sibuk gini ya? Atau dapat promosi?" Latisya berpikir disela-sela dia menyeruput kopinya.

"IT diganti juga kan, Lo kok nggak sedih?" tanya Latisya ke Harisa yang tampaknya biasa-biasa saja dengan pergantian manajer divisinya.

"Nggak Sya, Pak Hendra tuh orang nya kurang ketat gitu jadi dampaknya kan kurang bagus, anak-anak jadi teledor gitu. Gue sih seneng diganti, gue berharap kalo Pak Tito balik lagi." Latisya mengangguk paham.

"Duh gue masih sedih banget sih kalo Pak Zahid beneran diganti." Nabila sepertinya cinta mati dengan kinerja Pak Zahid, wajar sih selain karena memang sangat bertanggung jawab, kinerjanya tidak perlu diragukan, Pak Zahid itu baik banget sama anak-anak divisinya tapi tetap tegas. Jadi kesannya berwibawa dan disegani.

"Eh divisi gue lagi pada ngumpul, gue duluan ya guys." pamit Harisa, bersamaan Harisa keluar masuklah Bima dan Arvin.

"Kita ganti bapak cuy, sedih banget gue." kata Bima yang langsung menarik kursi disebelah Latisya dan Arvin duduk disebrang Bima.

"Padahal gue udah jadi anak baik-baik di divisi, eh bapaknya pergi. Pak Zahid tuh terbaik banget, gila nggak rela gue!" kata Arvin sambil mengambil roti ditangan Nabila.

"Pantesan pindah, anaknya suka comot roti orang." Gerutu Nabila.

"Bila bagi rotinya dong!!" Arvin menirukan nada bicara seperti di iklan es kiko.

"Udah tahu belum kenapa Pak Zahid diganti?" Latisya penasaran dengan alasan dibalik manajer kesayangan mereka diganti mendadak.

"Dipromosiin di kantor pusat, soalnya kerja Pak Zahid nggak kaleng-kaleng." Jawab Bima yang ikut-ikutan mengambil roti milik Nabila.

"Cari bapak barulah kita, apa sekarang cari bunda aja ya? Tapi bundanya yang penyayang, perhatian dan masih segerr.." Arvin mulai bicara sambil senyum-senyum ganjen.

"Ada noh, bunda lo dirumah! Terima lo apa adanya."

"Iyalah, terima apa adanya soalnya udah lahir! Tau gini, emaknya bikin anak yang lain aja pasti." Arvin langsung menjitak kepala Bima dan langsung diiringi tawa oleh Latisya dan Nabila.

***

"Anak marketing enak parah, pengganti Pak Zahid katanya masih muda, ganteng juga, lulusan Jerman lagi." kata Dita anak HRD.

"Double lucky gitu, dari dapet Pak Zahid terus dapet yang baru ini. Umurnya tuh masih 28 tau katanyaaa.." sambung yang lain dengan nada khas bergosip.

"Buset Bim, 28 tuh seumuran lo. Pasti manajer baru kita itu sekolahnya dulu pinter banget yak." kata Arvin sambil geleng-geleng kepala.

"Kali ya, duh gue jadi minder ih atasan seumuran gitu." kata Bima sedikit serius pasalnya dia itu dulu kerjanya banyak nggak betahnya pindah sana pindah sini, sebelum akhirnya di kantor yang sekarang. Padahal kalau dia bertahan dikantor lamanya dulu, bisa jadi dia juga sudah jadi manajer walaupun masih muda, karena Latisya akui Bima ini kinerjanya tidak asal-asalan walaupun mulutnya suka asal bicara.

"Jangan bersedih wahai kak Bima, orang punya jalannya masing-masing. Lagian lo banyak tugas gitu bonus ngalir mulu deh." Latisya mengedipkan matanya seolah-olah sedang menggoda Bima, padahal abis itu dia langsung ketawa-ketawa.

"Duh dikedipin Latisya langsung seger ihhh." Bima langsung senyum-senyum nggak jelas.

"Makanya lo sih gampang bosenan, sama kerjaan juga gitu." Recky baru menampakkan dirinya yang entah dari mana.

"Iya gue tuh anaknya gampang bosenan emang. Makanya pacar aja gue tuh banyak. Bosen yang keriting, cari yang lurus, bosen yang kacamataan cari yang behelan." Pancing dikit langsung nyerocos deh ini si Bima, bicaranya kayak sering gonta-ganti pacar aja, padahal berapa tahun Latisya kerja bareng Bima, dia sendirian terus, nggak pernah ada cewek yang diapelin setiap malming. Emang dasar kalau udah jones suka ngehalu.

"Bosen yang bisa ngelahirin lo nyari yang berjakun dan membuahi, ya nggak Bim?" kata-kata Recky berhasil buat semua orang disekitarnya langsung ngakak.

"Sialan lo Ky! balik sono ke habitat lu." Bima sok galak sambil ngusir-ngusir Recky.

"Muke lo tuh nggak cocok jadi playboy, nggak usah banyak gaya makanya Bambang!" kata Arvin sambil ketawa.

***

Karena takut kepanjangan, bab ini aku bagi dua juga yaaaa, jadi silahkan dilanjut bacanyaaa!

Happy Reading!
Enjoy!

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang