XXXXVI

2.6K 178 8
                                    

Adnan Arganta : Pagi ini mas mau nganterin titipan dari mama kerumah kamu. Berangkat kerja bareng aja yaaa

Latisyas Rinjani : Bayar nggak?

Adnan Arganta : Bayar dong!
Adnan Arganta : Pake perasaan😝

Latisya Salsabila : Duh kesemutan deh hati akuuuh

Latisya tersenyum melihat pesan dari Adnan, dia merasa terlalu cepat jatuh ke pesona Adnan. Bahkan, hanya dengan pesan seperti itu sudah membuat pipinya memerah pagi-pagi seperti ini.

“Pantesan yaa kamu tadi pagi pipinya merah banget, mama kira kamu pake blush on nya double triple.”

“Apasih Ma? Biasa aja tuh pipi aku nggak merah-merah banget.” Kata Latisya sambil memperhatikan wajahnya di layar ponselnya.

“Kamu tuh ya.. sama mama aja kaku banget kalau urusan kayak ini. Udah sana buruan nanti telat ngantor.”

“Nanti ma, aku dijemput.” Latisya mencoba kalem.

“Iya tauuu dijemput, itu Adnan lagi ngobrol sama papa.” Latisya hampir tersedak minumnya, tidak menyangka Adnan sudah datang. Dia buru-buru merapikan dandanannya dan bergegas menemui Adnan.

Ketika berpamitan, Latisya bisa melihat senyum jahil dari mamanya, oh.. ingatkan Latisya betapa rempongnya Ibu Ratu ini kalau dia sudah dijemput oleh seseorang. Soalnya Latisya jarang banget dijemput cowok untuk berangkat ke kantor dan lagi, ini-bukan-Ariq. Itulah kenapa, Latisya tahu banget mamanya ini pasti langsung menerka-nerka.

Setelah itu mereka langsung berangkat menuju kantor. Mobil Adnan membelah jalanan kota yang masih belum terlalu padat.

"Udah sarapan?" Tanya Adnan. Dia melihat sebentar ke arah Latisya setelah melihat spion kiri.

"Udah kok tadi, bapak?"

"Mas Latisya.." Kata Adnan memperingatkan. Latisya jadi berdehem pelan.

"Udah Mas." Jawab Latisya, mengoreksi panggilannya.

"Yakin? Nanti belum sarapan.. pusing lagi karena telat makan."

"Kok yang diinget aku pusing karena telat makan terus sih? Kan maluuu.." Adnan terkekeh mendengarnya.

"Yaudah iya, saya inget-inget yang lain aja. Eh.. tapi saya belum terlalu banyak kenangan sama kamu, kayaknya kita harus sering bareng sih. Gimana? Biar saya ingetnya yang nggak malu-maluin gitu.” Sepik abis.

“Duh ngomongnya jangan muter-muter gitu deh."

“Jalan yuk, minggu ini?"

***

Intensitas pertemuan Latisya dan Adnan semakin sering. Sampai saat ini Latisya merasa nyaman-nyaman saja dengan Adnan, dia tidak membuat Latisya ilfeel ataupun kesal.

Misalnya karena dia terlalu sering cari perhatian atau terlalu sering memberikan perhatian—yang bagi Latisya kalau sudah terlalu sering itu cukup mengganggu. Adnan juga bukan tipe orang yang mengirim pesan setiap hari—hal satu ini cukup dihindari Latisya semenjak pernah terjebak dalam chationship.

Adnan juga merasa tidak perlu mengirimnya pesan setiap saat, weekend sudah cukup pikirnya karena mereka bertemu di setiap hari kerja, ditambah lagi waktu lembur mereka. Iya, Adnan masih menjadikan lembur sebagai alasan untuk bisa sama-sama dengan Latisya.

Progress hubungan mereka lebih cepat dari yang Adnan kira bahkan tanpa sadar perasaannya semakin dalam ke Latisya.

Petrus sihombing jakandor—pepet terus jangan sampe kendor Nan! Deketinnya susah bro, kalau semesta nggak berkonspirasi sama lo, usaha lo harus berkali-kali lipat dari ini.” Bima  sebenarnya sampai sekarang masih terkejut dengan hubungan Adnan dan Latisya, setiap melihat mereka bawaannya Bima geleng-geleng kepala terus.

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang