Hari-hari berikutnya, dari pagi hingga sore mereka sibuk dengan agenda pekerjaan mereka, dan ketika malamnya mereka akan kembali berdisuksi sembari melakukan analisis.
Latisya melirik Adnan yang sibuk dengan laptopnya, keningnya yang mengerut pertanda dia sedang benar-benar serius, Adnan benar-benar tipe workaholic. Ketika bekerja dia akan masuk kedunianya tanpa menyadari orang disekitarnya lagi.
Setelah beberapa hari Latisya bersama Adnan, dia menemukan beberapa sifat positif dari Adnan yang baru dia ketahui. Adnan sangat ringan tangan, hal kecil saja, dia selalu membantu membawakan barang apapun yang ada ditangan Latisya. Tanpa banyak bicara.
Mereka juga selalu kembali ke hotel setelah makan malam, mereka akan istirahat sebentar lalu kembali bekerja di rooftop. Tapi malam ini Latisya berencana untuk membeli es krim di salah satu kedai yang dekat dengan hotel mereka.
“Bapak mau langsung masuk?” Tanya Latisya yang semakin hari semakin santai saat berbicara dengan Adnan.
“Iya kayaknya, kamu mau kemana?
“Saya jalan kearah situ sebentar ya pak, mau beli es krim.” Ini bisa dibilang Latisya minta izin atau sekedar kasih info saja, biar Adnan tidak bingung kalau dia tiba-tiba tidak ada di hotel.
“Yaudah, bareng aja kalau gitu."
“Nggak pa-pa saya sendirian aja pak.” Latisya menahan tangan Adnan tapi dengan cepat dia tersadar dan melepaskan tangannya.
“Ya terus kamu tinggal saya? Lagian ini sudah malam, nggak mungkin juga saya biarin kamu jalan sendiri,"
“Kita balikin laptop dulu, nanti abis itu jalan beli es krim.” Kata Adnan yang sepertinya tidak mau dibantah. Kemudian ia kembali berjalan tapi kali ini untuk masuk kedalam hotel.
Latisya senang, tentu saja, akhirnya dia bisa jalan-jalan walaupun tubuhnya sudah sangat lelah.Tapi karena didaerah Gangnam sangat bagus, sayang sekali kalau mereka tidak sempat berkeliling jalan kaki disekitar sini.
Tidak sendirian karena Adnan berniat menemaninya itu bonus, setidaknya dia tidak akan berjalan sendirian.
Menepati janjinya, sekarang Adnan menemani Latisya membeli es krim dengan berjalan kaki.Latisya melihat Adnan memotret jalanan dan beberapa bangunan yang terlihat cukup aesthaetic dengan menggunakan kamera Canon EOS 5D Mark IV. Kameranya sudah sebagus itu, Adnan sepertinya suka sama fotografi ya? Latisya mau minta fotoin tapi malu banget.
“Makan es krim banget nih malem-malem?” Latisya menoleh ke arah Adnan yang masih sibuk memotret sana sini.
“Iya pak, sunnah muakad habis makan itu ya.. makan es krim. Sunnah untuk saya aja sih. Bapak mau rasa apa?” Adnan tersenyum kecil mendengarnya, Latisya ikut aliran apa sampai-sampai eskrim saja dijadikan sunnah?
“Enak banget dapet pahala makan es krim doang. Rasa apa yang paling banyak pahalanya?” Adnan menanggapi candaan Latisya tadi.
“oh..bisa bercanda juga ternyata.” batin Latisya.
“Rasa vanilla tapi toppingnya sholat, dzikir, tadarusan Al-Quran dan menyantuni anak yatim.” Jawab Latisya kalem, tapi matanya sibuk menejelajahi menu.
“Duh, saya berasa lagi ngomong sama mamah dedeh.”
“Curhat dong mahh! Jadi mau eskrim rasa apa pak?”
“Nggak tau saya, nggak bisa baca hangul.” Latisya tertawa kecil,
‘Yang suruh baca hangul siapa Bambang?! Astagfirullah..’ Latisya sempat dikasih tahu Nabila, kalau dia refleks menghujat Adnan dalam hati, buru-buru istigfar saja. Biar apa? Ya niatnya untuk menghapus dosa khilaf karena ngehujat. Tapi diulangi lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/215778770-288-k260498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Start with A
Romansa[END] Hampir sepuluh tahun berada di hubungan tanpa status tentu bukan yang Latisya inginkan, tapi karena sudah terlalu lama membuat dia sangat nyaman saat bersama Ariq sehingga Latisya tidak ada pilihan lain selain hanya menunggu sampai hubungan me...