XXIV

1.9K 137 4
                                    

Hari ini Latisya pagi-pagi sekali sudah berada di bandara, Ia diantar oleh supir dan mamanya. Dilihatnya ternyata Adnan sudah lebih dulu tiba. Rasa khawatir kembali menggelayutinya.

“Adnan..” bukan Latisya, tapi mamanya yang menyapa Adnan lebih dulu. Mendengar namanya dipanggil, Adnan langsung mengalihkan pandangan dari ponsel kearah sumber suara, sadar dengan yang memanggilnya, dia langsung tersenyum sangat manis dan menyalami mama Latisya.

“Adnan, tante titip Tisya yaa. Dia memang bisa jaga diri sendiri, tapi minta tolong bantuin dia ya kalau ada apa-apa. Boleh kan?” Latisya akui kalau Adnan memang orang yang sopan dari dulu, jadi dia tidak heran ketika melihat cara Adnan menyapa mamanya tadi.

Latisya memegang tangan mamanya dan berbisik, “Maaa.. kan tadi udah janji nggak pake titip-titipan.” Iya, Latisya ingat betul perjanjiannya tadi, tidak ada acara titip-titipan seperti barang gitu ke Adnan,

Malu ma maluuuu! Jerit Latisya dalam hati.

“Iya Tante, Insyallah.”

Rombongan Scientifist Officer akan berangkat nanti siang, Latisya baru sadar kalau agenda mereka lebih banyak berbeda, artinya Latisya lebih sering bepergian hanya berdua dengan Adnan. Latisya mulai gelisah memikirkannya. Selama diruang tunggu mereka hanya menyantap sarapan.

“Nggak ada yang tinggal lagi kan?” Adnan kembali memastikan persiapan mereka, setelah itu mereka kembali diam. Hening.

Bahkan saat didalam pesawat, mereka diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sampai Latisya terlelap dalam tidurnya.

***

Incheon International Airport, Seoul, South Korea.

Ini sudah kali ketiga Latisya ke Seoul, tahun lalu dia datang untuk menonton konser SMTOWN. Latisya tidak tahu kalau Adnan masih mengingat koper miliknya, sekarang bahkan tanpa berbicara Adnan membantu Latisya membawakan koper berwarna pink itu.

Latisya merasa tidak enak, sedari tadi tidak ada komunikasi apa-apa diantara mereka, tapi tiba-tiba kopernya dibawakan oleh Adnan.

“M..makasih ya pak.” Kata Latisya canggung, Adnan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kita ke hotel dulu kan? Naik taksi?”

“Kemarin Arvin udah sewa mobil untuk antar jemput selama disini pak, nanti saya coba hubungi supirnya.” Latisya menghubungi menggunakan nomor provider korea, yang mereka beli tadi saat tiba di bandara.

“Kamu bisa bahasa Korea?” tanya Adnan dengan kedua tangan didalam saku celanannya.

“Yang dasar-dasar aja sih pak, lebih sering pake translate biar aman.” Latisya mencoba menghubungi supirna yang ternyata sudah tiba sejak dua puluh menit yang lalu, setelah itu mereka menaiki Hyundai hitam dan menuju ke hotel.

“Habis ini kita kemana?” Latisya dengan sigap mengecek jadwal mereka. Berasa sekretaris deh.

“Habis makan, kita harus beli beberapa skincare rekomendasi pak untuk perbandingan.”

Sekitar satu jam mereka membersihkan diri dihotel, mereka memilih makan di restoran halal di daerah Gangnam. Agak jauh dari tujuan mereka selanjutnya, tapi mereka harus mencari makanan yang terjamin halal. Adnan sih ikut saja, ini pertama kalinya dia ke Seoul, sebelumnya dia sudah searching di google tapi melihat Latisya yang sudah lebih paham mungkin lebih baik mengikuti langkahnya saja.

“Kamu kalau ke Seoul selalu makan disini?” Tanya Adnan sambil mengaduk makanannya.

“Nggak selalu, ada satu lagi di daerah Hongdae, tapi saya pilih disini soalnya lebih deket.”

“Beli skincare nya nanti dimana?” Tanyakan pada peta!

“Di Myeongdong pak.”

Saat mereka di Myeongdong Adnan hanya berjalan dibelakang mengikuti Latisya, he has zero idea untuk berbelanja seperti ini, yang dia tahu tugasnya untuk analisis. Selama disana, mereka ditemani oleh teman Latisya yang bekerja di Seoul. Adnan merasa tidak masalah, karena dia membantu pekerjaan mereka untuk mendapatkan barang rekomedasi disana.

Bukan sekedar membeli tapi mereka juga bertanya detail keunggulan produk-produk ini. Latisya juga menyempatkan untuk membeli beberapa barang titipan untuk oleh-oleh, karena Latisya yakin kalau tidak disaat seperti ini kemungkinan dia tidak bisa keluar membeli oleh-oleh. Agenda mereka sangat padat, karena waktu kerja mereka disini tidak terlalu panjang.

“Masih ada yang mau dibeli?” Latisya bisa melihat muka Adnan yang cukup lelah, mengingat diluar tadi memang cukup panas karena sekarang lagi summer. Apalagi mereka tadi cukup jauh berjalan.

“Nggak ada pak. Habis ini bisa langsung balik hotel.” Adnan kembali meminum air minumnya sampai habis.

Latisya memang sedikit kelelahan, tapi dia senang-senang saja apalagi tadi selama berjalan barang belanjaan mereka dibawakan oleh Adnan. Adnan membawa barang-barang itu tanpa tahu bahwa disana bukan hanya barang yang mereka butuhkan untuk pekerjaan, tapi juga belanjaan Latisya.

“Habis mandi langsung ke rooftop ya, kita analsis produk disana. Nanti makan malemnya room service aja gimana?” Latisya mengangguk.

Dikamar ia merebahkan dirinya, tubuhnya baru terasa lelah sekarang.

Nabila Alyska : how was your first day?

Latisyas Rinjani : sent a photo
Latisyas Rinjani : Shopping terus doong!

Nabila Alyska : Nicee..titipan gue ada nggak? Pak Adnan ikutan juga belanja?

Latisyas Rinjani : Ada. Iyalah, tapi dia cuma diem aja ngikutin gue, tapi waktu tanya-tanya tentang produknya dia nggak bisa berhenti, kritis abiss!

Nabila Alyska : Hohooo.. dia mana ngerti kalau harus belanja gitu. Udah ada bau-bau kerja rodi blm?

Latsiyas Rinjani : Habis ini langsung analisis produk :)

Nabila Alyska : hahahah..yaudah happy holiday ya beb! Jangan pancing amarah Pak Adnan

Latisyas Rinjani : hm

***

Latisya tidak tahu kalau ternyata hotel ini punya rooftop, diamatinya sekeliling, tempatnya sangat nyaman, dari atas sini mereka bisa melihat kota Seoul dengan lampu-lampu, mendadak romantis cuy!

“Latisya.. disini.” back to the earth Sya! Kerja..kerja..kerjaa!

Latisya meletakkan laptop dan beberapa barang belanjaan mereka tadi.

“Kamu tadi sudah makan?” Tanya Adnan, Latisya malah hampir gagal fokus karena melihat penampilan santai Adnan. Dia hanya mengenakan kaos hitam yang berlogo Batman dan celana pendek.

“Eh.. belum pak. Saya pikir tadi makan bareng. Itu, maksudnya makannya disini sambil kerja.”

“Iya memang gitu, pesen makannya sekarang jadi nanti nggak ada yang ganggu kerja selain sholat.”
Baiklah. Di otak Latisya juga tidak ada pikiran lain selain bekerja.

“Latisya..”

“Ya pak?” setiap Adnan memanggil namanya, Latisya bawaannya kaget terus.

“Saya tahu hubungan kita dulu nggak baik, sampai komunikasi kita sekarang canggung banget. Mungkin kamu masih kesal sama saya, tapi sebaiknya kita coba untuk nggak bawa-bawa masa lalu, jaman SMA dulu. Disini kita butuh komunikasi yang baik, bagusnya untuk kita biar lebih gampang kalau mau tuker pikiran. Apalagi bagi saya kalau kerja yang penting itu komunikasinya.”

Adnan berbicara dengan mata yang menatap kedepan, kedua tangannya saling bertautan.

“Nggak mungkin kita akan gini terus kan? Apalagi selama di Korea kita seringnya hanya berdua, maksud saya.. kondisi sekarang mengharuskan kita punya hubungan yang baik, pahamkan maksudnya? Komunikasi yang baik itu poin paling penting untuk kerjasama, nggak mungkin dong nanti hasil kerja kita jadi nggak maksimal karean ego kita masing-masing.  Kita coba profesional aja selama kerja, saya nggak butuh kamu hormat-hormat sama saya, ya santai aja.” Sambung Adnan.

Adnan memulai percakapan ini, mau tidak mau, suka tidak suka, sudi tidak sudi, mereka harus membicarakannya. Karena sadar tidak akan mungkin, seorang Latisya menurunkan harga dirinya untuk memulai bicara mengenai ini.

Sehingga Adnan sebisa mungkin memulai lebih dulu dan memang semuanya berdasarkan karena pekerjaan mereka. Di luar itu, mungkin akan lebih baik kalau hubungan mereka mulai membaik.

Latisya terdiam, dia bersyukur karena akhirnya Adnan memulai percakapn ini. Dia sebenarnya juga tidak tahan dengan suasana canggung diantara mereka, apalagi memang betul kalau mereka butuh komunikasi yang baik, anggap saja demi pekerjaan.

Dan juga, yang benar saja saat mereka diluar negeri seperti ini, disepanjang perjalanan selain untuk urusan pekerjaan mereka hanya berdiam saja?

“Iya pak, ada baiknya seperti itu. Saya juga maunya nggak canggung-canggung gini Pak. Capek juga kalau serius-serius terus.”

Malam itu terbukti, bahwa komunikasi mereka mulai membaik  walaupun obrolannya masih seputar pekerjaan.

***

Hii!

Kayaknya beberapa part kedepan bakalan tentang Latisya-Adnan di Korea. Jadi kalian bakalan ketemu sama Adnan terus deh beberapa hari ini hehehee.

Bayangin aja doi visualnya kayak Jamie Dornan, versi lokal.

See you next chapter!!!

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang