"Eh, si Queen udah balik tuh dari Malaysia,"
"Iya, makin cantik aja,"
"Qia juga anjir! Makin bohay, seksi juga,"
Naya menatap tajam siswa yang membicarakan tubuh indah milik Qia, sahabatnya. Ia memutar arah kakinya menuju anak itu, "Maksud lo apa ngomong gitu?" tanya Naya menghardik.
Siswa itu meneguk ludahnya kasar, "G-gak papa, gue minta maaf," jawabnya gugup dan langsung berlari kecil masuk kedalam kelasnya. Memang, diantara Qia, Queen, dan Naya, hanya Naya-lah yang memiliki sifat sedikit tomboy.
"Udahlah, gapapa kali, masa dia ngomong gitu doang mau di besar-besarin?" bela Qia, sembari merangkul tubuh Naya dari belakang.
Naya mendengus, "Lo itu jangan terlalu baik Qi, sekali-kali kalau ada yang ngomongin lo meski gitu doing lo harus teges!" nasehatnya dan diangguki setuju oleh Queen.
Kedua mata Qia memutar malas, "Iya-iya. Ya udah deh, mending sekarang ke kantin aja daripada ngoceh gak jelas disini," ujar Qia mengalihkan pembicaraan.
Kemudian ketiganya melangkahkan kakinya serempak kearah kantin sekolah mereka.
"Guys! Gue pengen cerita tapi gue malu," ujar Queen setelah duduk di salah satu bangku kantin yang kosong. Tak lupa, mereka juga telah memesan makanan tadi.
Qia berdecih, "Jangan malu-malu kambing lah! Cepet cerita!"
Queen terkekeh, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, "Gueditembakkenziekemarinmalem," ujar Queen tanpa jeda sedikitpun, membuat Naya dan Qia sontak mendekatkan telinganya kearah Queen.
"Apaan woy?! Cepet banget lo ngomong," kesal Naya, ia juga kepo tentang ucapan Queen tadi.
Queen sontak melepas kedua tangannya yang menutupi wajah cantiknya, kemudian ia mendekat kearah Naya dan Qia, membentuk sebuah segitiiga tak beraturan.
"Gue, ditembak Kenzie kemarin malem," bisik Queen sedikit keras, karena kantin saat ini sedang dalam keadaan ricuh.
"Iya, kemarin malem gue nembak lo. Diterima enggak?" tanya seseorang dibelakang Queen.
Sontak mereka langsung menegakkan tubuhnya masing-masing untuk melihat siapa yang bertanya secara tiba-tiba.
Dug
"Aduh!" ringis Qia dan Queen, karena dahi mereka saling terbentur.
Kemudian keduanya saling bertatapan dan membenturkan kembali dahi mereka. Karena konon katanya, jika ada dahi yang saling terbentur dan tidak dibenturkan kembali maka anak mereka akan saling menempel. Anehnya sih ketiga gadis itu percaya dengan mitos itu.
"Kenzie! Lo ngagetin kita aja!" ujar Queen.
Kenzie terkekeh, "Habisnya gue kepo sih, kalian bisik-bisik. Eh taunya ngomongin yang tadi malem," goda Kenzie dan duduk disamping Queen.
"Ciieee," sorak Qia dan Naya.
Queen langsung menutupi wajahnya yang sudah merah seperti kepiting rebus karena malu. Alden berdehem, "Nay, mau gue tembak juga gak?" tanya Alden yang sudah duduk rapi disamping Naya.
Naya sontak menatap Alden kesal, baginya Alden ini adalah musuh bebuyutannya, hobi Alden itu membuat Naya mengucap istighfar berkali-kali.
"Apaan sih lo?!" kesal Naya sembari mengalihkan pandangannya kearah lain.
Arka tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya jika digabungkan dengan sahabat Qia, "Den, lo pesen makanan gih," titah Arka, dan diangguki oleh Alden.
Kemudian ia segera memesankan makanan untuk kedua sahabatnya.
"Ka, gue ada PR banyak banget," adu Qia.
Arka menatap wajah Qia sejenak, "Dikumpulin kapan?" tanyanya sembari membenahi dasi Qia yang sedikit tidak rapi.
"Lusa," jawab Qia lesu.
"Nanti kasih bukunya ke gue, biar gue kerjain," ujar Arka yang membuat Qia mengangguk semangat. Hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua, Arka-lah yang selalu mengalah dan berkorban, tapi bagi Arka, Qia ini permata langka yang harus benar-benar dijaga agar tidak punah.
"PR lo juga mau gue kerjain gak?" celetuk Alden pada Naya.
Naya menatap sinis Alden, "Gak usah!" tolaknya ketus. Pernah waktu itu karena Naya malas, akhirnya ia memberi kepercayaan kepada Alden untuk mengerjakan PR-nya. Namun ternyata tulisan Alden sangatlah jelek, sehingga guru matematika saja tidak bisa membacanya..
Setelah kejadian dimana Naya harus menulis ulang, ia tidak akan lagi menaruh kepercayaannya kepada Alden.
-MFS-
"Nanti anterin gue ke Gramedia Ka," pinta Qia.
Arka berdehem singkat, "Gue gak bisa. Besok aja," tolaknya sembari membuka kaca helm-nya dan menatap Qia, "Lagian lo gak capek?"
Qia menggeleng, "Enggak. Emang lo ada acara apa?" tanyanya.
"Kepo," ledek Arka. Kini keduanya berada di depan gerbang rumah milik Qia.
Qia mendengus, "Ya udah deh. Gue nonton drakor aja kalau gitu," pasrahnya, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk kedalam.
"Jangan tidur malem-malem Qi!" pesan Arka dan diacungi jempol oleh Qia. Kemudian Arka segera menancapkan gasnya menuju rumahnya.
Qia mendesah pelan, ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuk miliknya. "Capek banget, tapi kalo sama Arka bawaannya seneng aja. Kenapa ya?" gumam Qia.
"Arka itu, gimana ya? Kenapa dia bisa baik banget sih sama gue? Kok gue sayang banget ya sama Arka? Apa dia juga ngerasain yang sama kayak gue?" Qia menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya ia berfikir seperti itu.
Kemudian Qia segera mengganti seragamnya dengan baju santai miliknya, lalu ia turun kebawah untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan sedaritadi.
"Bi, mama mana?" tanya Qia ketika berada di dapur, tangannya mengambil sebuah jeruk yang tertata di meja makan depannya.
Bi Harun menoleh, "Katanya tadi ada urusan sama papanya non Qia," jawabnya menjelaskan.
Kedua mata Qia berbinar, "Papa udah nyampe?!" pekiknya senang, pasalnya Alex-papa Qia sudah lima hari lamanya tidak pulang, karena harus bekerja di Sumatra.
Bi Harun mengangguk, "Iya non. Oh iya, tadi kata mama, non Qia harus siap jam tujuh malem. Mau ada acara keluarga," ujar Bi Harun menyampaikan pesan.
Kening Qia mengerut, bibirnya mengerucut sebal, rencananya malam ini Qia kan nonton drakor, kok malah jadi ikut acara keluarga mendadak sih?
Qia langsung memakan buah jeruknya dengan perasaan dongkol, setelah selesai memakan buah itu, ia segera melangkahkan kakinya kearah kamar tidurnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
-MFS-
"Yaampun non! Cepet mandi, nanti dimarahin mama lho," tegur Bi Harun yang melihat anak majikannya itu masih tertidur pulas diatas pulau kapas dan ditutupi oleh selimut tebal.
Qia menggeliat pelan, "Jam berapa bi?" tanyanya dengan suara serak.
"Jam enam. Non cepetsiap-siap gih, bajunya udah disiapin semua lho non," titah bi Harun. Qia segerabangun dan siap-siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance's Secret {NEW VERSION}
Teen Fiction°COMPLETE!° SUDAH REVISI TOTAL! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] [DILARANG MENJIPLAK DLM BNTUK APAPUN! TINDAKAN TDK AKAN TERMAAFKAN!] Langsung baca aja! Ini hanya cerita klasik perjodohan Dan ini tentang Arkananta yang lama kelamaan menjadi bucin ke t...