Sudah dua minggu lamanya Qia berada dirumah sakit dan akhirnya ia diperbolehkan untuk pulang dengan catatan Qia tidak boleh terlalu stress.
Saat ini Qia sudah berada dikamarnya dan ditemani oleh mamanya, perban dikepalanya sudah boleh dilepas hanya tinggal luka jahitnya yang ditutup dengan kapas.
"Mulai malam ini, keluarga Arka mau ikut nginap disini. Mama udah beliin kamu bel, mama taruh disamping bantal kamu ya, kalau kamu butuh tinggal pencet tengahnya aja," jelas Sarah sambil mengusap kepala Qia.
Qia terdiam sejenak, "Arka nginap disini ma? Kenapa?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan Qia sontak Sarah tersenyum, "Kita semua pengen ngerawat Qia, pengen gak jauh-jauh dari Qia, biar kita bisa lihat Qia juga," jawabnya.
"Qia nyusahin ya ma?" tanya Qia pelan.
"Enggak, siapa yang bilang Qia nyusahin? Qia itu satu-satunnya anak mama dan papa, kalau Qia sedih, mama dan papa ngerasa gagal buat Qia hidup bahagia,"
Satu tangan Sarah terulur untuk mengusap pipi putih Qia, "Papa udah buatin lift buat kamu dirumah ini, nanti bilang makasih ya ke papa. Kita semua sayang banget sama kamu, jadi jangan berfikiran yang aneh-aneh," lanjutnya.
"Kapan Qia bisa lihat lagi? Qia kangen jalan-jalan sama mama-papa, naik sepeda motor sama papa, dan-"
"Papa kan udah bilang, cuma sebentar kok sayang, papa bakal cari pendonor secepatnya. Tahan sebentar lagi ya," potong Sarah cepat, ia tak ingin Qia terus larut dalam kesedihan.
Sarah menghela nafasnya sejenak, "Qia istirahat dulu ya, kalau ada apa-apa langsung pencet bel, selamat istirahat sayang," ujarnya dan mencium puncak kepala Qia dengan lembut.
Setelah itu ia beranjak keluar namun sebelum itu, Sarah menjauhkan alat tajam yang ada di kamar Qia.
-MFS-
Ceklek
Arka masuk kedalam kamar Qia dengan pelan, ia mengintip kamar luas itu, namun sunyi. Hanya ada gadis cantik yang sedang tidur di kasur besarnya.
"Mama? Papa?" tanya Qia sambil meraba sekitarnya.
Tangan Arka langsung mengambil tangan Qia, "Gue Arka. Daritadi gue tungguin lo pencet bel tapi kayaknya bel itu gak pernah lo pencet, rusak ya?"
Qia menggeleng lemah, "Gue takut nyusahin kalian kalau gue terlalu banyak pencet bel," jawabnya jujur.
Arka berdecak sebal, "Padahal kita malah berharap lo pencet bel-nya lho Qi, kan seru gitu, pas ratunya butuh pertolongan terus gue sebagai raja bantu si ratu," ujar Arka yang ingin menghibur Qia.
Kemudian Arka duduk disamping Qia, "Udah makan?"
Qia mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Minum obat?"
"Udah."
"Minum?"
"Udah."
"Mandi?"
"Udah tadi, pagi dimandiin mama, sore juga. Eh-"
Arka terkekeh pelan, "Mau jalan-jalan gak Qi?" tawarnya.
Kening Qia mengerut, "Kemana?" tanyanya.
"Taman belakang, mau ya?"
Qia terdiam, "Caranya kesana gimana? Gue kan udah but-"
"Ada gue yang nuntun lo Qi. Gue yang dorong kursi roda lo," potong Arka cepat.
Setelah itu Arka segera menyiapkan kursi roda yang sengaja dibeli oleh Alex untuk Qia, kemudian ia menggendong tubuh Qia dengan hati-hati dan mendudukkannya di kursi roda itu.
"Ini kursi roda? Kok empuk?" tanya Qia sambil meraba-raba kursi itu.
Arka kembali terkekeh, "Cil lo tau gak? Papa lo beli bahannya di luar negeri dan nge-desain sendiri buat lo, makanya empuk," jawabnya sambil mulai mendorong kursi itu.
"ARKA! JANGAN PANGGIL GUE BOCIL!" pekik Qia tidak terima atas panggilan itu.
"Bocil," ejek Arka lagi sambil tertawa pelan.
-MFS-
Tangan Qia mengelus pelan hewan berbulu lebat yang berada di pangkuannya, ia tersenyum tipis, "Gemes," ujarnya.
Arka menarik senyumannya, "Lebih gemes sama yang megang kucingnya,"
Sontak Qia meneguk ludahnya kasar, sepertinya Arka sangat ahli dalam dunia pergombalan.
Tadi sepulang sekolah Arka mampir ke salah satu pet shop terkenal untuk membelikan Qia kucing, hal itu ia lakukan agar Qia tidak merasa bosan saat ia sekolah.
Kucing berbulu lebat itu menjilat tangan Qia, hewan itu terasa nyaman didekat Qia.
Arka jadi iri, padahal yang belikan kucing itukan dirinya bukan Qia, kenapa kucingnya malah lebih dekat dengan Qia?
Kalau dekat dengan bundanya sih gapapa, tapi ini Qia! Qia kan Cuma milik Arka.
"Kucingnya mau dikasih nama siapa? Ini warnanya apa? Jenis kelaminnya?" tanya Qia beruntun.
"Warnanya putih abu-abu, laki-laki. Gimana kalau dikasih nama Suketi?" usul Arka yang langsung didecaki sebal oleh Qia.
"Yang bener dong Ka," rengeknya dan ditertawai oleh Arka.
Kedua mata Arka mendeliki kucing itu, "Lo terlalu deket sih sama calon bini gue, nama yang pantes buat lo itu yang jelek-jelek aja," bisiknya ke kucing itu.
Meong
Arka terlonjak kaget kala kucing itu menggarong kearahnya dengan keras, "Kurang ajar," desisnya.
"Lo ngomong apasi Ka? Gue gak kedengeran, coba ulangin," tanya Qia sambil mengelus bulu kucing itu.
Meong
"Eh kenapa ini?" tanya Qia panik saat ia merasa kucing itu mencakar bajunya.
Sontak Arka langsung mengambil alih kucing itu agar tidak mencelakai Qia.
"Dia kenapa Ka? Kok kayak ngambek?" tanya Qia.
Arka meringis pelan, ia mendekatkan kepalanya kearah telinga Qia, "Lo tadi sempet megang alat kelamin kucingnya. Mungkin dia marah gara-gara itu," bisiknya.
"ARKA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance's Secret {NEW VERSION}
Teen Fiction°COMPLETE!° SUDAH REVISI TOTAL! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] [DILARANG MENJIPLAK DLM BNTUK APAPUN! TINDAKAN TDK AKAN TERMAAFKAN!] Langsung baca aja! Ini hanya cerita klasik perjodohan Dan ini tentang Arkananta yang lama kelamaan menjadi bucin ke t...