46. Pelaku

7.6K 437 9
                                    

Tiga jam sudah mereka menunggu di depan ruang operasi, menunggu Qia yang sedang dioperasi di bagian kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga jam sudah mereka menunggu di depan ruang operasi, menunggu Qia yang sedang dioperasi di bagian kepalanya.

Kedua orangtua Qia sudah hadir sejak setengah jam yang lalu, Adam dengan perasaan bersalah yang begitu besar segera menjelaskan kejadian ini.

Adam mewakili semuanya segera meminta maaf kepada Alex dan Sarah karena tidak melaksanakan amanatnya dengan baik dan juga kelalaian mereka.

Respon keduanya sama-sama diam, antara kecewa dan sedih tercampur begitu saja, tapi mereka memilih untuk meredam emosi terlebih dahulu, karena yang terpenting saat ini adalah kondisi putrinya, Qia.

Sedangkan Queen dan Naya sudah diantarkan pulang oleh Alden, karena sedaritadi Queen hanya menangis.

Ceklek

"Keluarga Qia!" panggil dokter tiba-tiba.

Sontak semuanya langsung menghadap kearah dokter tampan itu, "G-gimana keadaan anak saya dok? D-dia baik-baik aja kan?" tanya Sarah menuntut sambil menahan tangis.

Dokter itu menghela nafas, "Keadaannya cukup parah, untuk cidera pada kepalanya sudah kami atasi, dan transfusi darah akan terus berlanjut sampai kondisi pasien benar-benar stabil. Karena yang saya lihat disini, pasien kehilangan darah sangat banyak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin, operasinya sukses. Kami akan tunggu hasilnya sewaktu pasien sadar," jelas dokter itu.

Sarah menitikkan air matanya, "Kapan anak saya akan sadar?" tanyanya.

Dokter bernama Ilham itu tersenyum, sepertinya pasien ini memiliki keluarga yang harmonis, "Ibu tenang saja, pasien sudah melewati kondisi kritisnya, mungkin beberapa jam lagi dia akan sadar. Setelah ini, kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU terlebih dahulu, setelah tranfusi selesai, baru kami akan memindahkannya ke ruang rawat inap," jawab dokter itu menjelaskan.

Setelah dirasa cukup, dokter itu kembali masuk kedalam ruang operasi untuk memeriksa kondisi Qia.

"Permisi, dengan saudari Caramel?"

Sontak semua langsung membalikkan badan guna melihat siapa yang memanggil Caramel.

Tiga orang polisi itu datang, "Siapa diantara kalian yang bernama Caramel?" tanya salah satu polisi.

Alden menunjuk Caramel dengan perasaan bingung, "Ada apa ya pol? Eh maksud saya pak," tanyanya gugup.

"Tangkap dia!" titah ketua polisi itu.

Kedua polisi itu mengangguk, kemudian mereka langsung memborgol tangan Caramel dengan paksa.

Semua bingung, mereka masih terdiam sebelum Alex menanyakan alasan kenapa para polisi menangkap Caramel.

"Saudari Caramel akan kami tindaklanjuti di kantor polisi atas kasus tabrak lari dengan nama korban Sharletta Qiana Affera," jawab polisi itu dengan tegas.

"Keluarga pelaku berhak membawa pengacara ke kantor polisi untuk melakukan sidang," lanjutnya.

Caramel menggeleng, "Gak! Ini fitnah!" elaknya sembari mencoba melepaskan borgolannya, namun ia ditahan oleh dua orang polisi, mereka berusaha membuat Caramel diam tak bergerak.

Seluruh pasang mata menatap Caramel tajam, "Busuk juga ya lo ternyata," ujar Kenzie.

"Gak Zie! Ini fitnah!"

Salah satu polisi itu menggeleng pelan, "Orang suruhan anda sudah mengaku, kita ke kantor polisi untuk menindaklanjuti kasus ini lebih dalam," ujarnya kepada Caramel.

Caramel mengerang kesal, "Sialan." desisnya.

Arka maju mendekati Caramel, satu tangannya terkepal kuat, kedua matanya menatap wajah Caramel dengan tajam.

Bugh

"Arka!" pekik Salma dan Sarah kala melihat Arka dengan kerasnya meninju pipi Caramel.

Ia tidak peduli bahwa Caramel perempuan. Ia ingin sekali menghabisi Caramel saat itu juga.

Dengan segera polisi itu menjauhkan Arka dari Caramel, "Maaf, tapi tindakan anda bisa membuat anda dipenjara juga," ujar polisi itu.

"Gue gak peduli. Gue mau dia dieksekusi mati!" jawab Arka tegas.

Caramel menangis, "Gue minta maaf Ka, gue suka sama lo," ujarnya.

"Gue gak suka sama lo. Puas?!"

"Tapi waktu itu lo bilang ke gue, kalau gue itu manis. Lo juga suka kan sama gue?"

Arka terkekeh, "Gue bilang lo manis, bukan berarti gue suka. Lagian, gue ngomong pakai mulut, kok lo mainnya sampai hati?" tanya Arka.

Caramel terdiam sembari menangis, "Lo puji gue Ka,"

"Pak, tolong bawa dia ke penjara sekarang, kalau bisa kasih hukuman eksekusi mati," tegas Alex.

Ketiga polisi itu mengangguk, kemudian menarik tubuh Caramel paksa kearah luar.

Sarah menangis, "K-kita salah bawa Caramel kesini mas, hiks," isaknya.

Tangan Alex memeluk Sarah, "Nanti kita kasih tau orangtuanya ya, kamu tenang dulu, fokus aja ke Qia," jawabnya menenangkan Sarah.

-MFS-

Jari-jari Qia tergerak membuat Sarah dan Alex langsung menatap wajah Qia yang masih cantik meski dahinya tertutup dengan perban.

"Qia, sayang, ini mama," ujar Sarah.

"Ma," panggil Qia dengan suara parau.

"Pa,"

"Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Alex mengelus pelan kepala Qia.

Kedua mata Qia mulai terbuka, ia mengenyitkan dahinya, "M-ma," panggilnya lagi.

Sarah menggenggam tangan kanan Qia, "Kenapa nak? Ada yang sakit?" tanyanya cemas.

"Pa, panggil dokter!" suruhnya dan diangguki oleh Alex.

"Biar Kenzie aja om," sela Kenzie, kemudian ia berlari kecil untuk memanggil dokter.

Adam dan yang lainnya hanya bisa diam dan memperhatikan gerak gerik Qia, mereka ikut cemas saat Qia meringis pelan.

Tangan Alex terus mengusap kepala Qia dengan lembut, "Kepalanya sakit ya? Tahan ya? Dokter lagi kesini," ujarnya.

"K-kenapa semua gelap?"

My Fiance's Secret {NEW VERSION}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang