"Pokoknya gue pengen biskuat coklat!"
Arka menghela nafasnya lelah, "Iya Qi, nanti gue beliin. Sekalian gue nongkrong," jawabnya.
Sebenarnya ini adalah jawaban ke sepuluh, sedaritadi Qia terus merengek minta dibelikan biskuat coklat. Bukan Arka tidak mampu, Arka sangat mampu untuk membelikan Qia biskuat itu bahkan jika butuh ia akan membeli pabriknya sekaligus. Namun jika tidak beli nanti malam, maka Arka tidak akan bisa ijin nongkrong sekaligus, ia akan membawa nama Qia ketika berizin untuk nongkrong nanti. Ide keren bukan?
Bibir Qia sontak cemberut kesal, "Kebahagiaan lo termasuk kebutuhan primer gue. Apanya?" sindir Qia dengan kedua tangan bersedekap di depan dadanya.
Mereka berdua berada dalam mobil, perjalanan pulang dari sekolah membuat mereka lelah dan mengantuk. Maka dari itu, sedaritadi Qia terus menekan Arka untuk mempercepat laju jalan mobilnya agar cepat sampai, tak hanya itu, Qia juga terus merengek untuk dibelikan biskuat coklat kesayangannya.
Arka tak menjawab sindiran Qia, ia lebih memilih diam dan fokus menyetir, toh hanya beberapa meter lagi mereka akan sampai di rumah.
Sesampainya dirumah, Qia langsung turun dari mobil dengan perasaan jengkel, tak lupa ia menutup pintu mobil dengan keras sehingga Arka menghela nafasnya lelah.
Kemudian Arka masuk kedalam rumah, ia berjalan santai sebelum ada yang menjewer telinganya dengan kencang membuatnya meringis kesakitan.
"A-aduh bun!" ringis Arka sembari memegang telinga kanannya yang terasa panas.
"Kamu apain Qia?!" hardik bundanya.
Kedua mata Arka mendelik, sebenarnya disini ia sebagai anak kandung atau anak tiri sih? Padahal yang salah ya dia sendiri, kan niatnya ingin memperalat kemauan Qia sebagai perizinan keluar malam hari.
"Dia ngotot minta biskuat coklat bun," jawab Arka.
"Kamu sehari bunda kasih seratus lima puluh ribu masih kurang?! Emang semiskin itu keluarga kita? Sampe kamu gak mau nurutin Qia," omelnya.
Arka menggeleng, "Enggak gitu, bukannya kurang. Tapi Arka udah capek bun, rasa ingin tidur itu ada," jawabnya santai.
Salma berdecak, "Beliin Qia biskuat coklat sepuluh bungkus sekarang juga! Kalo kamu gak beliin sekarang, bunda gak bakal ngasih uang jajan kamu selama sebulan!" ancam Salma.
Mulut Arka sontak terbuka lebar mendenngar ancaman dari sang ibunda, "Iya, Arka belikan," finalnya dan kembali lagi keluar rumah untuk membelikan Qia biskuat coklat.
-MSF-
"Nih biskuat lo!" ketus Arka sembari melemparkan biskuat itu ke kasur Qia.
Qia yang tadinya bermain handphone sontak menatap binar kantung besar putih yang berisikan lima belas biskuat coklat kesukaannya. Arka sengaja membeli lima belas bungkus agar ia tidak bolak balik beli lagi. Biasanya Qia bisa saja menghabiskan tiga bungkus sekaligus dalam sehari.
"Sebagai gantinya, lo harus ikut gue nanti malem," ujar Arka.
"Gak mau!" tolak Qia mentah-mentah, jika sudah ada biskuat coklat ini, maka kegiatan yang enak adalah menonton drakor, mv, atau film.
Arka menatap Qia tajam, "Ikut nanti malem atau gue gak bakalan ngomong sama lo tiga hari," ancam Arka.
Qia berdecak, malas sekali ia mau ikut dengan Arka, namun mendenngar ancaman Arka sepertinya ia tidak akan tahan, "Iya, gue ikut!" jawabnya malas.
Senyum Arka terbit seketika, kemudian ia memilih untuk meninggalkan Qia sendiri di kamarnya. Sedangkan Qia memilih untuk segera mandi dan menonton drama korea kesukaannya sambil memakan biskuat coklat yang telah dibelikan Arka tadi.
-MFS-
Arka berdecak pelan melihat kamar Qia yang berantakan, seragam putih abu-abu milik Qia tergeletak tepat di depan pintu kamar mandi Qia, dua bungkus biskuat coklat yang telah habis juga berserakan dibawah kasur Qia, serta tv yang menayangkan drakor masih menyala.
Arka segera membereskan kamar Qia dengan pelan-pelan, agar tidur Qia tidak terganggu dengan aktivitasnya. Setelah selesai, Arka segera membangunkan Qia, karena hari sudah malam, pukul tujuh malam.
"Qi, bangun!"
Qia menggeliat pelan, ia berdecak, "Gue masih ngantuk Ka," jawabnya parau sembari menaikkan selimutnya sampai dibatas dada.
Arka menghela nafasnya pelan, ia duduk disamping Qia, tangannya bergerak untuk mengusap pelan kepala Qia, "Udah jam tujuh Qi,"
Untung saja kedua orang tua Arka sedang ada diluar, mengikuti meeting penting. Namun mereka bilang akan kembali pada pukul sepuluh malam, itupun jika sudah selesai.
Tangan Arka satunya menarik kencang selimut Qia, kemudian ia mengangkat tubuh Qia kedalam kamar mandi. Ia memangku Qia dan menyikati gigi Qia dengan telaten, tak lupa ia mencuci wajah cantik Qia.
Dengan terpaksa, Qia bangun dan berdecak, namun tak ada niatan untuk melawan Arka, mager.
Setelah selesai, Arka menuntun Qia kearah lemari besar yang berisikan baju-baju Qia, "Cepet ganti baju!" suruhnya.
Qia mengangguk pelan, ia menguap dan melentangkan kedua tangannya untuk merilekskan tubuhnya yang terasa kaku. Sedangkan Arka keluar untuk memberi ruang waktu kepada Qia.
Setelah selesai, Qia keluar dengan menggunakan baju lengan pendek berwarna lilac dan celana jeans panjang. Ia juga sudah mengenakan bedak tipis dan menyisir rambut panjangnya rapi.
Arka yang sedaritadi telah siap langsung menggandeng Qia kearah bagasi, untuk menaiki motor kesayangannya.
"Arka, gue beliin biskuat lagi ya," pinta Qia sembari memakai helm pink-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance's Secret {NEW VERSION}
Novela Juvenil°COMPLETE!° SUDAH REVISI TOTAL! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] [DILARANG MENJIPLAK DLM BNTUK APAPUN! TINDAKAN TDK AKAN TERMAAFKAN!] Langsung baca aja! Ini hanya cerita klasik perjodohan Dan ini tentang Arkananta yang lama kelamaan menjadi bucin ke t...