29. Pesona Zeo

7.8K 467 0
                                    

"Qi, gue boleh minta waktunya sebentar?" tanya Zeo yang menghentikan langkah Qia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Qi, gue boleh minta waktunya sebentar?" tanya Zeo yang menghentikan langkah Qia.

Qia tersenyum manis, gadis itu mengangguk sebagai jawaban. Mumpung waktu masih pagi dan bel masuk akan berbunyi sekitar dua puluh menit lagi yang artinya waktu cukup panjang untuk sekedar berbicara dengan Zeo.

Laki-laki dihadapannya itu menggenggam tangannya tiba-tiba, menarik kearah pinggir lapangan sekolah.

Keduanya duduk di bangku yang memang disediakan oleh sekolah sebagai fasilitas tambahan.

"Gue minta maaf, gara-gara gue, lo jadi sakit kemarin," ucap Zeo.

Lagi, Qia mengangguk, "Gapapa kali Ze, lagian jagung bakarnya enak banget!" serunya sembari mengingat moment dimana mereka memakan jagung bakar itu.

Kalau saja Qia tidak mempunyai alergi aneh itu, ia pasti akan mengajak Arka untuk memakan jagung bakar bersama. Seperti mengulangi kejadian yang lalu namun dengan lelaki yang berbeda, dan pastinya suasana-nya pun sangat berbeda jauh.

"Gimana kalau nanti malam kita nonton? Yah, sebagai pertanda gue minta maaf aja. Gue yang traktir,"

Qia diam sejenak, menimang-nimang tawaran dari Zeo. Menurutnya, Zeo tidak akan berbuat yang macam-macam seperti lelaki lain diluar.

"Boleh, mumpung malming juga," balas Qia sembari menganggukkan kepalanya senang atas tawaran Zeo.

Mendengar jawaban dari Qia, Zeo tersenyum puas. Ia merasa lega karena menurutnya Qia adalah gadis yang mudah bercengkrama kepada orang lain, dan cepat membuat orang lain nyaman dengannya.

Tak hanya itu, Qia adalah gadis pintar, sopan dan cantik. Apalagi jika Qia berada diatas panggung untuk melakukan public speaking dengan tingkat percaya dirinya yang tinggi, membuat semua orang iri terhadapnya.

Sepertinya, rencana Zeo yang awalnya main-main dengan Qia kali ini gagal. Zeo benar-benar terpesona dengan kelebihan Qia.

"Yaudah, nanti gue jemput jam enam, biar gak malam-malam banget," ujar Zeo sembari tersenyum.

Qia mengangguk, "Jemputnya di rumah yang kemarin ya," balasnya.

-MFS-

"Qi, bukannya gue terlalu posesif sama lo, tapi kata Kenzie, lo harus ngnejauhin Zeo," tanpa basa-basi Queen langsung mengucapkan intinya saja kepada Qia.

Qia mengerutkan keningnya, "Kenapa? Zeo baik banget! Mungkin mereka yang belum tau aslinya Zeo gimana," elak Qia membela Zeo.

Queen menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Gatau sih," jawabnya. Ia hanya melakukan apa yang disuruh oleh Kenzie tanpa tau apa sebabnya.

"Udah-udah, kalian mau ke kantin gak?" Naya segera melerai keduanya, mencoba untuk mencari topik lain.

Setelah perdebatan panjang antara Qia dan Queen yang saling membela dirinya masing-masing, akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk mengisi perut kosongnya di kantin.

"Lapangan rame tuh, kenapa ya?" tanya Naya sembari memperhatikan sisi lapangan yang penuh dikelilingi oleh para siswi.

Qia dan Queen sontak ikut melihat kearah lapangan, mereka menghendikkan bahunya tidak tahu.

"Ish! Kalau gini kan gue kepo! Mampir ke lapangan dulu yuk!" ajak Queen tiba-tiba, ia menarik pergelangan tangan Qia dan Naya secara paksa.

Mereka ikut menggerumbul diantara siswi-siswi yang berteriak histeris, dan menatap kagum pada sesuatu yang benar-benar menarik perhatiannya.

"Yaelah ternyata cuman anak ekskul basket," cibir Naya, bayangannya tak sesuai dengan ekspetasi.

"Yaampun Zeo ganteng banget!"

"Jodoh orang ganteng banget sih, gue jadi pengen budir,"

"Duh, gue kok jadi oleng ya? Mana Zeo pinter main basket,"

Kira-kira seperti itulah teriakan para gadis yang berada dipinggir lapangan.

Qia yang mendengar itu manggut-manggut, ternyata Zeo adalah pelaku utamanya. Ralat, Zeo adalah penarik perhatian bagi siswi-siswi SMA itu.

Kedua mata Qia langsung ikut menelusuri jejak Zeo, laki-laki itu sedang men-dribble bola basket kearah tiang lawan.

Wajah Zeo yang berkeringat bukan berarti tak membuatnya menjadi jelek, malah sebaliknya, lebih tampan dan hot. Apalagi seragam basket yang dikenakan Zeo membuat otot-otot tangannya sangat nampak.

Jujur saja, Qia akui, Zeo benar-benar tampan dalam semua hal.

"Kalau aja Arka ikut club basket pasti heboh dunia ini,"

"Bener tuh! Duh, gue pengen deh bisa deket sama Zeo,"

"Deket doang tapi gak jadian, haha,"

"Dih! Gapapa kali, deketnya sama Zeo jadiannya sama Arka,"

"Hahaha, gue juga kalau suruh milih Zeo atau Arka, pasti pilih Arka dong,"

Qia melirik kearah sampingnya, menatap kedua siswi yang berbicara cukup keras, sehingga dirinya juga bisa mendengarkan percakapan itu.

Percakapan mereka,membuat otak Qia kembali berfikir.

My Fiance's Secret {NEW VERSION}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang