56. Kembali Sekolah

7.3K 433 16
                                    

Setelah tiga minggu lamanya setelah operasi donor mata yang dilakukan Qia, akhirnya Alex menyetujui jika Qia kembali ke sekolah dengan catatan Qia tidak boleh kecapekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tiga minggu lamanya setelah operasi donor mata yang dilakukan Qia, akhirnya Alex menyetujui jika Qia kembali ke sekolah dengan catatan Qia tidak boleh kecapekan.

Jika ditotalkan maka sudah dua bulan lamanya Qia tidak sekolah dan mungkin itu bisa membuat kegiatan belajar Qia menjadi terhambat.

Alex sudah mempercayakan keselamatan Qia di sekolah kepada Kenzie dan Arka. Dua laki-laki itu juga sudah setuju jika mereka akan bertanggung jawab atas Qia.

Terkadang Qia akan merasa pusing karena kedua matanya yang lelah karena ia ikut pembelajaran daring. Namun Sarah dengan tegasnya melarang putri satu-satunya itu agar tidak mengerjakan tugas apapun yang diberikan oleh guru.

Masalah nilai nantinya Alex akan meminta bantuan kepada sekolah agar mereka bisa mengerti kondisi Qia saat ini.

Arka mendorong pelan kursi roda milik Qia ke perkarangan sekolah, banyak pasang sorot mata yang memperhatikan mereka, ralat, lebih tepatnya Qia.

Banyak dari mereka yang membicarakan kondisi Qia saat ini. Menghilangnya Arka beberapa hari, kemudian Qia yang kecelakaan dan berakhir lumpuh membuat para siswa sedikit terkejut mendengarnya.

Namun ada juga yang memaki Qia, karena kejadian di kantin sebelum ia kecelakaan membuat berita heboh, pasalnya mereka baru mengerti jika titik masalahnya ada pada tunangan Arka sendiri.

"Eh Qia balik anjir! Ternyata dia gak punya malu,"

"Gila! Arka so sweet banget sih, masih mau aja sama Qia yang udah nyakitin,"

"Iya woy! Arka setia banget. Kalau gue jadi di amah gue gak bakal mau urus Qia,"

"Udah sih, lagian itu masalah mereka, ngapain kita ikut-ikutan?"

Qia menunduk namun kedua telinganya masih bisa mendengar cacian dari para siswi, terutama fans Arka.

Kemudian Qia tersentak kala Arka menghentikan jalannya dan menghadap kearahnya, laki-laki itu memakaikan airPods ke kedua telinga Qia.

"Dengerin ini aja ya, lagu kesukaan lo," ujar Arka sambil menyetel salah satu lagu kesukaan Qia, make it right.

Para gadis yang tadinya mencaci maki Qia, kini menjadi memekik memuji perilaku Arka yang mampu membuat mereka iri dan baper sekaligus.

Qia tersenyum malu, "Makasih Ka,"

"Sama-sama sayang," jawab Arka dan kembali mendorong kursi roda Qia dengan pelan.

-MFS-

"Gue pesenin bubur dulu," pamit Arka dan menitipkan Qia kepada teman-temannya.

Qia mengangguk pelan, ia menatap Kenzie yang seperti menjaga jarak dengan Queen, bahkan sepupunya itu duduk disebelah kirinya sedangkan Queen duduk di depannya.

"Lo kenapa sama Queen?" tanya Qia dengan berbisik.

Kenzie menatap Qia, jadi Qia belum tahu? Ia benar-benar takjub dengan Qia karena kelemotannya, "Gue putus,"

"HAH?!" pekik Qia terkejut dan langsung menutup mulutnya.

Bruk

Tiba-tiba saja seorang siswa terjatuh dibelakang Qia membuat mereka jadi sorotan sekarang.

Siswa bertubuh gempal itu berdiri dan memandang Qia sinis, "Kursi roda lo halangin jalan gue tau gak?! Lo harusnya gak sekolah dulu kalau bisanya nyusahin!" sentaknya kesal.

"M-maaf, g-gue majuin dikit," ujar Qia cepat dan memegang kedua roda disampingnya lalu mendorongnya sedikit maju.

Kenzie berdiri, begitupun Alden, mereka menatap siswa itu dengan tajam, "Maksud lo apa ngomong gitu?!" balas Kenzie tak terima.

Siswa yang diketahui bernama Rio itu menatap Qia remeh, "Udah jelek, cacat lagi!" ejeknya.

Kenzie mengepalkan satu tangannya bersiap menonjok laki-laki berbobot berat yang ada di depannya, namun ia kalah cepat dengan Arka yang tiba-tiba saja mendahuluinya.

Meski berat Arka tidak sebesar berat Rio, namun Arka yakin jika ia bisa menghajar Rio habis-habisan.

Bugh

Bugh

Bugh

Kenzie dan Alden sontak menarik Arka dari Rio karena tak ingin Arka kuwalahan sendiri. Rio menatap ketiganya remeh, "Gitu aja? Gak ada rasa sakitnya sama sekali tuh bang," ejeknya lagi.

"Lo tunggu aja surat DO dari bokap gue ya bang," balas Alden santai dan kembali duduk.

Rio mendelik, "Lo gila? Gue gak ada urusannya sama lo! Ngapain lo ikut-ikutan? Lagian tuh kursi roda udah menuh-menuhin kantin! Dasar cacat!"

"Iya, yang cacat kan lo, obesitas!" desis Arka menatap Rio tajam.

Tak ingin mendengar cacian yang lebih panas lagi, Rio segera melangkahkan kakinya cepat keluar kantin.

Sedangkan Arka langsung berjongkok disamping Qia, "Ada yang sakit?" tanyanya khawatir.

Qia mengangguk pelan, ia menunjuk dadanya, "S-sakit Ka, hiks, g-gue nyusahin doang disini, hiks," isak Qia.

Kedua mata Arka terpejam berusaha menahan emosinya kepada Rio, ia lantas memeluk Qia erat, "Jangan nangis ya, lo gak nyusahin kita," ucap Arka pelan.

"G-gue cacat Ka, hiks,"

"Gitu aja nangis, lemah banget sih mentalnya,"

"Biasalah, semakin lemah fisiknya semakin manja juga. Apalagi Arka terlalu sayang sama dia,"

Kenzie menatap para siswi yang berkomentar dengan tajam, "Gue catat nama kalian didalam otak gue, gue balas kelakuan kalian!" gertaknya.

"Kalian apa-apaan sih?! Mental orang itu beda-beda! Qia cewek!" sentak Naya tiba-tiba sembari menatap sekelilingnya.

Arka langsung mendorong kursi roda Qia kearah parkiran, ia akan membawa tunangannya pulang saat ini. Ia tak ingin Qia mendengar percakapan sialan yang berada di kantin itu lagi.

Sesampainya di mobil, Arka mengusap pipi Qia, "Jangan nangis,"

Namun air mata Qia terus keluar, pikirannya melayang ke perkataan, cacian ataupun hinaan yang ia dapatkan di hari pertama sekolahnya.

Melihat Qia semakin histeris, Arka segera masuk kedalam mobil dan mengunci mobil, tak lupa ia menyalakan ac, "Oke nangis aja, jangan lama-lama. Anggap gue gak ada, nangis sepuas lo," titahnya pelan.

Qia semakin terisak, sedangkan Arka menjalankan mobilnya keluar area sekolah. Tidak peduli dengan sekolah itu lagi, yang ia utamakan saat ini adalah Qia.

Dua puluh menit kemudian, Qia berhenti menangis, ia mengusap pipinya kasar, "Arka," panggilnya pelan.

"Apa?" tanya Arka dan menepikan mobilnya.

Ia menatap wajah Qia, "Sini," ujarnya dan mengelap hidung Qia yang penuh ingus dengan tissue.

Setelah itu, Arka membuangnya ke tempat sampah kecil yang ada didalam mobilnya.

Qia diam, sudah lelah menangis, sedangkan Arka terus mengusap tangan Qia lembut, "Gak usah dipikirin Qi,"

"Tap-"

"Mending pikirin pernikahan kita aja? Gimana?" usul Arka yang membuat Qia tersipu seketika.

My Fiance's Secret {NEW VERSION}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang