59. Terapi

7.2K 446 92
                                    

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi Qia dan keluarganya, karena hari ini Qia akan menjalani terapi untuk kedua kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi Qia dan keluarganya, karena hari ini Qia akan menjalani terapi untuk kedua kakinya.

Ingat, ini pertama kali bagi Qia!

Ada rasa gugup dan takut didalam diri Qia, namun banyak yang mendukung dan memberikan semangat kepada Qia.

Qia memegang dada sebelah kirinya, ia merasa bahwa jantungnya berdetak begitu kencang.

"Kenapa Qia? Dadanya sakit?" tanya Sarah khawatir.

Sontak Qia menggeleng, "Enggak ma, cuma deg-deg an aja," jawabnya yang tak ingin membuat Sarah khawatir.

Mendengar jawaban dari sang putri, Sarah hanya terkekeh, ia kembali menyisir rambut panjang Qia.

Namun kegiatan itu terhenti kala pintu kamar Qia terbuka dan menampakkan Arka dengan pakaian casual-nya, ia berjalan kearah kedua perempuan itu.

"Ma, Arka boleh sisirin Qia?" tanya Arka meminta izin.

Dengan cepat Sarah mengangguk, "Boleh dong! Ya udah, habis selesai mama minta tolong Arka bawa Qia kebawah ya," jawabnya dan langsung memberikan Arka sebuah sisir berwarna merah muda, kemudian Sarah melangkahkan kakinya keluar kamar.

Arka mengambil alih pekerjaan Sarah, ia menatap wajah Qia yang ada di pantulan cermin didepannya, "Cantiknya cantikku," pujinya yang membuat Qia tersipu malu.

Setelah itu Arka segera menyisiri rambut Qia, "Mau gue kuncirin juga atau enggak?" tanyanya.

"Boleh, kuncir kuda aja ya Ka," jawab Qia.

Arka mengangguk, ia segera mengucir rambut Qia dengan hati-hati agar gadis itu tidak merasa kesakitan saat rambutnya ia tarik sedikit.

Cara Arka menguncir rambut Qia benar-benar menggunakan perasaan, Qia bisa melihat wajah Arka yang serius dalam menguncirnya. Ia tersenyum tipis.

Beberapa menit kemudian, Arka mengusap puncak kepala Qia, ia melihat kerapian dalam hasil kuncirannya itu, rapi, pikirnya.

Setelah itu Arka segera membawa Qia untuk turun kebawah menemui yang lain.

-MFS-

Qia merasa seluruh badannya pegal-pegal, sangat sakit sekali dibuat untuk bergerak.

Rasanya ia ingin pulang sekarang!

Didalam ruangan besar itu terdapat beberapa pasien yang mengalami kelumpuhan sepertinya. Ada juga yang sudah bisa berjalan walaupun jaraknya hanya sedikit.

Namun ia merasa bahwa terapi kali ini masih belum mendapatkan hasil apa-apa.

Dokter Ilham menatap Qia sembari tersenyum tipis, "Semangat ya! Minggu depan kamu kesini lagi. Mungkin setelah sebulan kamu bakal bisa ngerasain kaki kamu lagi, kita coba pelan-pelan," ujarnya.

Qia mendesah kecewa, "Terapi emang sesakit ini ya dok?" tanyanya.

"Enggak kok, minggu pertama memang menggunakan alat seperti tadi makanya badan kamu sakit-sakit. Minggu depan kita tidak pakai alat," jawabnya sambil terkekeh.

Wajah Qia pucat pasi, ia benar-benar lelah sekali, "Dok, boleh istirahat sebentar?" izinnya.

Dokter Ilham mengangguk, "Boleh, kalau semisal ada yang sakit langsung panggil saya ya," ujarnya.

Qia mengangguk senang, kemudian dokter Ilham membantu mengangkat Qia ke kursi roda, "Saya antar keluar ya ketemu dengan keluargamu," lanjutnya.

Setelah itu Qia berterimakasih kepada dokter Ilham. Ia benar-benar takjub dengan dokter muda itu.

Kedua mata Qia berbinar kala melihat papa dan mamanya sedang berdiri menunggunya, begitupun dengan yang lain.

"Gimana? Sakit gak terapinya?" tanya Sarah beruntun.

Qia menggeleng sambil tersenyum, "Enggak kok ma, cuma badan Qia pegel-pegel aja," jawabnya.

Arka mengulurkan botol air minum kearah Qia, "Minum dulu," ujarnya dan langsung diterima oleh Qia dengan senang hati.

Tangan Alex terulur untuk mengusap paha Qia, "Papa pegang ini, Qia ngerasa?" tanyanya.

Qia kembali menggeleng, "Belum. Kata dokter Ilham, mungkin beberapa minggu lagi," jawabnya.

Semua manggut-manggut mengerti, sedangkan Salma kembali duduk di kursi yang telah disediakan.

"Bunda," panggil Qia.

"Kenapa?" tanya Salma.

Qia melirik Arka sejenak, "Makasih ya bunda, udah ngelahirin Dilan versi Arka," ucapnya tulus.

Sontak semua terkekeh mendengar penuturan dari Qia.

My Fiance's Secret {NEW VERSION}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang