"Guys! Lihat nih! Gue dapet bunga dari Kenzie!" pamer Queen seraya menunjukkan satu tangkai bunga mawar berwarna putih.
Qia tersenyum, sedangkan Naya memutar kedua bola matanya malas, "Gak usah pamer juga kali,"
Menghiraukan ucapan Naya, Queen lebih memilih untuk menyimpan bunga mawar itu di laci mejanya. Ia menatap Qia, "Sepupu lo bisa sweet gitu ya,"
"Ya bisalah! Lo kan pacarnya!" sewot Naya tiba-tiba.
"Dih! Kan gue ngomong sama Qia, kenapa lo jadi ikut-ikutan?!" sulut Queen sembari menatap Naya sengit.
Qia menghela nafasnya, selalu seperti ini. Satu pamer, satu lagi selalu sewot. "Udah-udah," lerainya.
"By the way, lo kemarin diajak kemana sama Alden?" tanya Qia kepada Naya.
Naya menoleh, "Diajak ke rumahnya, dikenalin sama nyokapnya," jawab Naya menjelaskan.
"Nyokap Alden baik banget, orangnya juga ramah," lanjut Naya.
Qia mengangguk pelan, kemarin mereka bertukar pesan lewat ponsel. Dan Naya bercerita bahwa tiba-tiba saja Alden datang kerumahnya untuk mengajaknya jalan.
"Kalau lo sendiri Qi?" tanya Queen.
Qia mengerutkan keningnya, tak paham akan pertanyaan Queen. Sedangkan Queen menghela nafasnya, "Arka. Gimana Arka?" tanyanya lagi.
"Ya baik-baik aja," jawab Qia singkat.
Mendengar itu, Queen membenarkan posisi duduknya menghadap Qia, begitupun dengan Naya, "Lo udah jatuh cinta sama Arka?" tanya Queen.
Tangan Qia yang tadinya sibuk merapikan rambut panjangnya, kini terhenti, kedua matanya menatap Queen dan Naya secara bergantian, "Kalian ini,"
Naya berdecak, "Mulai dari kecil kalian sahabatan! Bahkan anak SMP juga tau apa yang namanya cinta! Mungkin diri lo sendiri yang nepis rasa itu," ujar Naya dan diangguki setuju oleh Queen.
"Kalau cinta ya cinta Qi, jangan ditolak atau ditepis. Nanti yang sakit lo sendiri, karena pada dasarnya perasaan itu bersifat kekal. Mau seberapa kuat lo menolak, malah makin menjadi," tambah Queen.
Qia menggeleng pelan, "Gue sama Arka cuman sahabat. Lagian lo tau kan, Arka sering marahin kalian cuman gara-gara kalian ngomong kayak tadi," elak Qia.
"Gue emang gak tau perasaan lo sama Arka. Tapi yang tau itu kalian masing-masing, nasehat gue sih cuman ya itu, jangan terlalu dibuat santai. Sahabatan kalian ini beda kelamin, banyak yang terjebak friendzone," nasehat Naya.
Sebenarnya Naya dan Queen gemas oleh Qia, mereka tahu bahwa Arka menyayangi Qia layaknya seorang pacar. Sudah beratusan kali mereka melihat Arka yang selalu mengalahkan ego-nya demi Qia.
"Apalagi Arka nge-treat lo like a queen," tambah Queen.
-MFS-
Suara rintik hujan terdengar begitu jelas dalam ruangan yang sunyi, padahal ruangan itu berisi enam orang, namun semua bungkam, seolah menikmati suasana tersebut.
"Bulan depan olimpiade dilaksanakan. Dan kalian sudah harus siap! Untuk hasil, jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting adalah usaha dan doa, setelah itu hasil akan ditentukan oleh Tuhan," nasehat pak Joe kepada murid-murid terpilih yang akan mewakili sekolah.
Mereka mengangguk pelan, paham akan nasehat pak Joe. Kemudian memilih untuk melanjutkan kepada materinya masing-masing.
"Satu lagi, kalian ber-tim. Meski satu anak satu mapel, usahakan kalian saling membantu. Kerja sama tim sangat dibutuhkan di olimpiade ini," lanjut pak Joe.
Bimbingan dilaksanakan setiap dua hari sekali pada pulang sekolah. Seminggu sebelum olimpiade, mereka akan mendapat bimbingan setiap hari selama lima jam sehari.
Qia menghela nafasnya pelan, sudah dua jam berlalu. Seharusnya sekarang mereka sudah pulang, kepalanya pusing karena melihat angka-angka yang ada di hadapannya.
Untuk pembagian mapel, Qia terpilih dalam pelajaran matematika, sedangkan Arka fisika, Bagus biologi, Farel sejarah, dan yang terakhir Husain sosial.
"Hari ini cukup sampai disini. Kalian boleh pulang, hati-hati di jalan. Karena jatuh di jalan tidak seindah jatuh cinta, terimakasih. Assalamualaikum," ujar pak Joe menutup bimbingan itu.
Kemudian pak Joe keluar dari ruangan, diikuti dengan yang lainnya. Arka menggandeng tangan Qia, "Gue pesenin go-car dulu," ujar Arka.
Qia mengerutkan keningnya, "Lo mau kemana?" tanya Qia.
"Gak kemana-mana. Hujan, gue bawa motor, lo naik go-car biar gak kehujanan," jawab Arka menjelaskan. Ia tidak mau Qia jatuh sakit nantinya.
Tangan Qia lantas merebut cepat ponsel Arka dan berlari kecil menjauhi laki-laki itu, "Gue gak mau naik mobil! Gue maunya sama lo," tolak Qia.
Arka mengejar Qia, "Jangan lari Qi! Lantainya licin!" nasehatnya dan tentu diabaikan oleh Qia.
Setelah berada di samping Qia, Arka segera menarik tangan Qia dan merangkul Qia erat, "Balikin hp gue, lo harus naik mobil."
"Gak! Gue pengen sama lo," rengek Qia sembari membalas pelukan Arka, untungnya sekolah sudah sepi.
Kedua mata Arka menatap wajah cantik Qia, ia tersenyum tipis, "Hujan Qi, nanti lo sakit,"
Lagi, Qia menggeleng, ia langsung memaksa untuk melepas pelukan itu dan berlari kearah lapangan, membiarkan tubuhnya basah dengan air hujan yang jatuh begitu deras.
Tas Qia termasuk tas mahal yang bisa melindungi semua buku Qia didalamnya, semacam tas waterproof. Untuk ponsel, tentu ponsel Arka dan Qia sudah termasuk ponsel canggih jaman kini, ponsel yang tidak mengenal air.
"Qia! Neduh sekarang!" teriak Arka.
Qia malah menodongkan kedua tangannya keatas, seolah meminta hujan lebih deras lagi. Edan memang!
Melihat itu Arka menghela nafasnya pelan, ia berjalan kearah Qia, sehingga tubuhnya ikut basah, "Ayo pulang! Lo gak boleh lama-lama main hujan," ajaknya.
"Kenapa?" tanya Qia.
"Nanti lo sakit Qi," jawab Arka seraya menarik tangan Qia kearah parkiran.
Qia mengikuti Arka, "Kenapa gue gak boleh sakit? Lo khawatirin gue? Lo sayang sama gue?" tanya Qia dengan suara yang sedikit ia keraskan, karena hujan semakin lebat.
Pertanyaan dari Qia, membuat Arka langsung menghentikan langkahnya. Ia menoleh, menatap wajah Qia yang basah, "Iya. Gue sayang sama lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance's Secret {NEW VERSION}
Novela Juvenil°COMPLETE!° SUDAH REVISI TOTAL! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] [DILARANG MENJIPLAK DLM BNTUK APAPUN! TINDAKAN TDK AKAN TERMAAFKAN!] Langsung baca aja! Ini hanya cerita klasik perjodohan Dan ini tentang Arkananta yang lama kelamaan menjadi bucin ke t...