43. Kehilangan

8K 507 42
                                    

Brakk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brakk

"Puas lo Qi?! Puas sekarang?! Arka gak ada kabar seminggu! Ini semua gara-gara lo! Puas kan lo sekarang?!" bentak Caramel sembari menuding wajah Qia.

Qia terisak, ia menggeleng, "G-gue minta maaf hiks," sesalnya.

"Ada apa ini?" tanya Salma sembari memeluk Qia dari samping.

Melihat Salma yang seperti ingin membela Qia, ia semakin menangis histeris, perasaan menyesal, bersalah, sedih, semua bercampur menjadi satu.

Kedua tangan Salma mencoba mengusap-usap punggung Qia, berusaha menenangkan gadis itu, "Kenapa Amel?" tanya bunda pelan kepada Caramel.

Caramel menggeleng pelan, "Biar Qia sendiri yang jelasin te, Amel gak berhak buat jelasin," jawabnya menolak untuk menjelaskan.

Adam menghela nafasnya, "Kamu punya mata kan?! Lihat Qia lagi nangis, jangan tekan dia terus. Sekarang om mau kamu yang jelasin!" sahutnya dengan nada dingin.

Mendengar nada Adam, membuat Caramel sedikit takut, ia lantas berdehem, "Om juga punya otak kan?! Amel gak ada hubungannya sama sekali. Biar Qia yang jelasin sendiri!" balasnya menantang, kemudian ia segera melangkahkan kakinya ke kamar.

Salma mengangkat kepala Qia dengan perlahan, sampai mata mereka saling bertatapan dengan tatapan yang sayu, "Bunda percaya sama Qia, sekarang Qia cerita ya, dan kemana Arka?" ujarnya pelan.

"Hiks, maafin Qia bunda. Qia nyesal, Qia butuh Arka, hiks. Bener kata Arka, Qia itu egois, tapi Qia pengen Arka balik ke Qia lagi,"

"Qia rindu Arka bunda, hiks," Qia menunduk, ia berusaha menahan isak tangisnya, namun tidak bisa, semakin ia tahan, semakin keluar air matanya.

Aktivitas sarapan juga terhenti karena Qia, ia semakin yakin bahwa ialah yang menyebabkan Arka pergi, teman-temannya menjauhinya, dan Salma yang terus mengkhawatirkan keadaan putranya itu.

Lebih tepatnya, ia yakin bahwa ia adalah sumber masalah disini.

Melihat Qia yang semakin histeris, Salma langsung memeluk Qia erat, "Gapapa, bunda akan terus cari Arka. Kamu tenang ya, Arka pasti balik kok," ucapnya menenangkan.

Qia menggeleng lemah, "Qia jahat sama Arka bunda, dia gak mau nemuin Qia lagi, hiks, Qia minta maaf bunda," racaunya.

Salma mengangguk, "Iya sayang, gapapa. Boleh bunda minta kamu cerita yang sebenarnya?" tanya Salma, sebenarnya ia juga selalu mendesak Qia agar gadis itu bercerita.

Dengan ragu, Qia mengangguk, kemudian ia menceritakan semuanya ke Salma sambil terisak.

-MFS-

"Pulangkan Qia ke rumahnya!" perintah Adam kepada Salma.

Kedua mata Salma mendelik, "Mas! Jangan ikut menambah masalah! Lagipula mereka masih remaja, masih di fase labil, dan itu wajar," bela Salma.

Adam menatap Salma tajam, "Kita benar-benar tidak bisa mencari Arka sama sekali. Dan kamu masih membela Qia? Seharusnya Qia saja yang pergi dari sini, bukan Arka! Ini rumah keluarga kita, anak kita, Arka, bukan Qia!" sulutnya emosi.

Salma terdiam, ia juga membenarkan perkataan Adam, tapi ini adalah amanat kedua orang tua Qia. Lagipula Caramel dan Qia masih terlalu kecil untuk ditinggal sendirian dirumah.

"Jangan memanjakan Qia! Anak kita bukan Qia, tapi Arka. Aku tunggu kabar baik dari kamu," tegas Adam dan meninggalkan Salma sendiri.

"Bunda," panggil Qia pelan.

Sontak Salma membalikkan badannya, "Kenapa sayang?" tanyanya halus.

Qia tersenyum, "Qia rasa ayah ada benarnya bun, Qia udah terlalu mengecewakan kalian. Habis ini Qia beresin barang-barang Qia, bunda baik-baik disini ya," ujarnya.

"Enggak. Kamu gak boleh pergi, tetep disini aja ya?" tolak Salma menatap Qia seperti memohon.

Qia menggeleng, "Qia udah besar bunda, Qia yakin Qia bisa sendiri," balasnya meyakinkan Salma.

Kemudian ia melangkahkan kakinya kearah kamarnya, untuk membereskan barang-barang penting miliknya, sedangkan yang lain ia akan meminta tolong supir pribadi keluarganya untuk membereskan semuanya.

"Diusir?" tanya Caramel yang melihat Qia sedang berberes koper berwarna putih.

Qia menggeleng, "Bukan. Ini hukuman buat Qia," jawabnya pelan.

Kedua mata Caramel memutar malas, "Terserah deh. Gue juga bakal pindah dari sini," ujarnya.

"Kemana? Lo gak mau ikut sama gue?" tanya Qia.

Caramel menaikkan kedua alisnya, "Buat apa gue ikut sama lo? Lo kan bisanya cuma nyakitin hati orang. Gue ke rumah Kenzie," jawabnya ketus dan meninggalkan Qia.

Qia menghela nafasnya, sepertinya ia harus terbiasa dengan sifat kejam Caramel dan teman-temannya mulai saat ini.

My Fiance's Secret {NEW VERSION}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang