Bab 2 :: Napas

2.8K 347 13
                                    

Waktu makan malam tiba. Taeyong mengubah suhu air di tempat pencuci piring menjadi hangat, menarik selembar tisu disinfektan dan mengelap permukaan sink, sesaat sebelum mengisi air untuk mencuci sayur serta buah-buahan.

Ia memulai dengan mencuci tangan dan mengeringkannya dengan serbet bersih. Mengambil piring beserta alat-alat makan, ia membasuh mereka dengan air hangat sebelum dikeringkan juga dengan handuk bersih. Ia mencuci sayur dan buah-buahan, lalu mencuci tangan lagi. Setelahnya, ia kembali meraih selembar tisu disinfektan dan mengelap permukaan meja, mencuci tangan kembali, baru kemudian memakan makan malamnya. Setelah selesai, ia menuju tempat cuci piring dan mencuci tangan lagi.

Ini adalah hidupnya. Ia baik-baik saja dalam melakukannya. Sudah sangat terbiasa.

Tiba-tiba, pikirannya melayang pada pemuda bersurai cokelat gelap dengan lesung pipit itu. Ia lantas mengecek ponsel, menemukan tidak ada pesan baru. Sebagian dari dirinya menginginkan tak lebih dari pesan singkat dari pemuda yang sudah menyelamatkannya, sementara bagian dari dirinya yang lain hanya ingin melompat dari balkon.

Taeyong tidak percaya telah memberikan nomor ponsel kepada pemuda itu. Apa yang sudah ia pikirkan? Sampai pemuda itu tahu bagaimana keadaan Taeyong sebenarnya dan memutuskan untuk menjauh, maka tidak ada yang patut disalahkan. Dia sudah sendiri selama enam tahun. Mandiri sejak umurnya lima belas, bahkan berhasil membentuk ruang teraman bagi diri sendiri.

Apartemen adalah ruang pelindungnya. Tidak ada orang lain yang masuk. Tidak ada kontaminasi, kekotoran, atau bahkan kuman-kuman dari luar. Jihoon mengerti apa yang ia butuhkan sehingga lebih sering meninggalkan lelaki itu sendiri. Tetapi karier yang semakin menanjak membuat Taeyong kesulitan untuk mengabaikan keinginan perusahaan. Dia memang bisa mengatur penampilan dan even-even acara pribadi, selama bisa kembali ke ruang teramannya lagi.

Taeyong tidak mau melakukan tur. Ia akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari acara makan malam dan pesta, sehingga orang-orang tidak akan menyadari bahwa ia tidak bisa memakan atau meminum apa pun. Jika tidak, rumor akan mulai menyebar, sampai kebenaran pun akan sulit untuk disembunyikan lagi.

Lelaki itu menenggelamkan diri ke sofa, tetapi kegelisahan mengacak-acak pikirannya. Ia lantas memilih bangkit untuk mandi. Memasuki satu-satunya tempat di mana ia merasa benar-benar bersih.

Menanggalkan pakaian kedua untuk hari ini sebelum diempaskan ke mesin cuci, Taeyong berdiri di kamar mandi dalam waktu yang bisa dikatakan selamanya. Mencuci rambut berkali-kali, menyabuni seluruh tubuh berkali-kali, menggosok gigi berkali-kali, dan dilanjutkan dengan kegiatan mengatur barang-barang agar berada sesuai dengan tempatnya lagi. Hal ini akan membantu lelaki itu untuk tidur dengan lebih rileks.

Taeyong sudah akan menenggelamkan diri ke ranjang ketika mengingat ponsel yang ia tinggalkan di dapur, pun segera beranjak untuk mengambilnya.

Nomor Tidak Diketahui
Hari ini, 9:17 PM
Hai, ini Jaehyun. Aku baru keluar dari rumah sakit hari ini. Kau masih berutang sarapan padaku :)

Pikiran Taeyong kontan mengawang. Membawa ponsel ke atas ranjang, ia meringkuk dan memandang pesan tersebut, tak lupa pada foto indah dari malaikat manis di baliknya.

Taeyong berhasil mengatur kehidupan yang baik selama enam tahun. Hidupnya terasa luar biasa. Ia bahkan memberi tahu diri sendiri bahwa tidak ada seorang pun yang ia butuhkan. Namun sekarang, ia malah tidak bisa mengeluarkan senyuman Jaehyun dari kepalanya. Pertama kali dalam waktu yang terasa bagai selamanya, sesuatu berhasil membuat Taeyong mengesampingkan rasa takut.

Sebelum ia mampu menyadari, ia sudah mengetik sebuah pesan balasan,

Hari ini, 9:34 PM
Aku akan menemuimu besok. Kita bisa pergi minum kopi. Kirimi aku alamat tempatnya besok pagi.

[✔] Cure [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang