Taeyong tersenyum ketika rapat selesai. Penjaga yang biasa ada kini jarang terlihat. Beberapa hal telah berubah selama berbulan-bulan belakangan pasca 'kecelakaan' itu. Jaehyun sudah kembali ke kampus dan Taeyong baru saja merilis detail untuk tur Amerika-nya. Ia tidak percaya bahwa perusahaan nekat menjual tiket ke lima kota. Ia khawatir bahwa hal ini akan membuat Jaehyun meninggalkan banyak kelas nantinya. Namun, apa bisa dibuat? Taeyong tidak bisa melakukannya tanpa Jaehyun. Pemuda itu harus ikut.
Pagi-pagi sekali, Taeyong menemui ahli keuangan yang mendesaknya melakukan investasi, sebab ia memiliki lebih banyak uang dari apa yang mampu digunakan. Beberapa ide hanya terpikirkan tanpa satu pun terealisasi. Namun, investasi terdengar membosankan, walau sadar bahwa uangnya tidak bisa dibiarkan begitu saja dalam waktu lama.
Taeyong mencapai apartemen dan disambut oleh sosok favoritnya dan Jaehyun. Lavendel berada di antara kakinya, dengan bokong dan ekor yang bergoyang-goyang. Taeyong meraih dan menggendongnya di dada. Napas menjijikkan terasa di seluruh wajah. Lelaki itu hanya tertawa pada anjing kecil tersebut dan menurunkannya kembali. Ia kemudian melepas sepatu, pergi menuju kamar mandi dan mengganti pakaian serta mencuci tangan. Beberapa hal tampak tidak berubah.
Lelaki itu menemukan Jaehyun tengah berada di ruang belajar, dengan tangan di atas rambut, serta buku di mana-mana. Taeyong hanya berdiri di ambang pintu, bernapas perlahan, mengagumi pemuda manis yang telah mencuri hatinya.
"Mengalami kesulitan?" Ia akhirnya memecah keheningan.
Jaehyun tersenyum dari meja. "Tidak. Hanya butuh istirahat sebentar, kurasa."
Taeyong mendekat dan naik ke pangkuannya di atas kursi. "Bagaimana dengan istirahat yang lama? Aku punya rencana kejutan untuk akhir pekan. Apa ibumu bisa merawat Lavendel?"
Jaehyun menangkup pipi Taeyong dan mencium bibirnya. "Cucu perempuannya? Tentu saja dia bisa."
Mereka berdua tertawa. Lavendel adalah anjing paling manja di seluruh negeri. Ia akan melewati satu minggu penuh memakan daging dan tidur di sofa milik Ny. Jung.
Hari berikutnya, si sopir membawa Jaehyun dan Taeyong keluar dari kota. Bangunan dan kendaraan terlewat begitu saja dengan mereka yang duduk dalam diam. Tak ada yang bicara, sudah merasa cukup akan keberadaan satu sama lain.
Jaehyun mengaitkan jarinya pada milik Taeyong yang terpasangi cincin putih-emas. Kepala ditolehkan ke arah jendela, dengan pikiran yang sepenuhnya terbenam pada diri sendiri. Ia senang karena akhirnya merasa lebih baik dan bisa berjalan-jalan. Ia juga ingin pergi ke Amerika bersama Taeyong, meski kekhawatiran perihal kuliahnya juga tak hilang-hilang. Jaehyun sudah tertinggal banyak dan punya sedikit masalah dalam mengejar ketertinggalan itu. Namun, ia tidak mau menyerah pada gelarnya begitu saja. Kalau semester ini bisa dilalui dengan baik, maka semua akan aman.
Pemandangan berubah dari kota menuju desa, sampai akhirnya pada laut yang luas. Lautan terbentang di hadapan mereka; biru dan hijau, tenang dan tenteram. Taeyong melompat keluar dari mobil, lalu menuntun Jaehyun menuju dermaga di mana sebuah speedboat mahal terparkir.
"Apa yang akan kita lakukan?" Jaehyun membuka mata dengan lebar, tetapi Taeyong hanya tersenyum dan membantunya menaiki kapal, dengan penjaga mereka yang bergabung bersama nakhoda di bagian depan.
Kapal melintasi perairan selama sekitar satu setengah jam, melaju kencang, dengan angin yang membawa aroma garam ke rambut-rambut mereka.
Jaehyun selalu menyukai air. Itu membuatnya merasa senang, segar, dan bebas. Ingatannya kembali pada kenangan ketika ia menghabiskan waktu bersama Taeyong di pantai malam itu. Malam di mana Taeyong kembali terlahir menjadi lebih kuat, liar, dan bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
FanfictionTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...