Jaehyun menahan napas. Ia menatap lelaki yang kini berbaring di pangkuannya, seketika mengangkat sebelah tangan dan mengusap rambut putih Taeyong secara lembut, menyentuhnya. Lelaki itu tampak begitu rapuh.
Taeyong tidak tersentak sebagaimana yang Jaehyun bayangkan. Tubuhnya hanya berubah kaku dengan tangan meremas kaus yang si pemuda kenakan.
"Bagaimana rasa cemasmu?" Jaehyun bertanya, tidak juga benar-benar menginginkan jawaban.
"Sembilan," Taeyong menggumam. "Tapi aku tidak ingin berhenti."
Namun akhirnya mereka harus.
Jaehyun menggiring Taeyong ke luar melalui pintu samping klinik. Hari sudah gelap dan dingin.
Taeyong mengangkat tudung hoody seiring dengan langkah mereka menuju parkiran kampus. "Terima kasih," ia berbisik sembari membuka pintu mobil.
"Aku akan menghubungimu besok pagi." Jaehyun turut berbisik. Seiring dengan Taeyong yang masuk dan duduk di kursi belakang, mata Jaehyun menangkap pria yang adalah si sopir. "Jadi, pria ini hanya duduk di sini dan menunggumu?"
"Ah, ya. Perusahaan tidak membiarkanku menyetir sendirian." Taeyong tersenyum dan menutup pintu.
Jaehyun kemudian tersenyum sepanjang jalan pulang, seperti apa yang juga Taeyong lakukan.
:::
Ketika mencapai rumah dan merasa aman dalam lingkup lingkaran apartemennya, Taeyong melakukan rutinitas sebagaimana biasa. Mandi. Mencuci rambut. Menyikat gigi. Menggunakan sabun. Mencuci rambut lagi. Menyikat gigi lagi. Sambil melakukan itu, ia memikirkan jari jemari Jaehyun yang mengusap rambutnya secara lembut, membuat ia merasa hangat. Suatu hal baru. Si lelaki ingat rasa ketika tangan Jaehyun berada di tubuhnya, menyentuh dan membuat ia merasa puas dan tidak di saat bersamaan. Taeyong sangat membenci perlakuan itu, tetapi dengan aneh merasa menginginkannya kembali.
Ia menaiki ranjang walau hari belum terlalu larut. Pikiran dan tubuhnya kelelahan. Taeyong sadar bahwa lupa mencuci tangan, tetapi merasa terlalu tak berdaya untuk sekadar peduli. Pertama kali dalam hidupnya, ia melakukan hal seperti itu.
Taeyong bangun keesokan pagi dalam keadaan panik. Apa yang telah ia lakukan? Ia tidak percaya membiarkan Jaehyun melakukan hal-hal semacam itu padanya. Apa yang akan pemuda itu pikir tentangnya? Taeyong lantas menggosok kedua tangan secara terus menerus hingga terluka.
Ia mencoba memakan buah-buahan untuk sarapan tetapi perutnya mengejang. Taeyong merasa bagai manusia kotor, dan membiarkan Jaehyun menyentuh tubuhnya adalah sebuah kesalahan. Lelaki itu lantas menenggelamkan diri pada sofa. Jaehyun pasti merasa amat jijik. Ia membayangkan apakah masih bisa bertemu dengan pemuda itu setelah ini.
Sesaat, ponselnya tiba-tiba menyala.
Hari ini, 9:21 AM
Ayo lakukan yang kemarin. Kumohon?Hari ini, 9:23 AM
Ya, tentuHari ini, 9:24 AM
Kedai kopi jam dua siang? Keadaan tidak terlalu ramai setelah waktu makan siangHari ini, 9:25 AM
Aku akan ke sana:::
Jaehyun merasa senang. Ia tidak tahu bagaimana reaksi Taeyong nantinya. Yang ia tahu hanyalah bahwa untuk sekali saja, tidak menunggu terlalu lama adalah hal yang lebih baik. Jaehyun akan membuat lelaki itu menghadapi segala hal sekarang.
Pemuda itu tiba di kedai kopi pukul 1:55 siang dan terkejut ketika mendapati Taeyong sudah di sana lebih dulu, menunggunya, duduk di sudut yang menjadi tempat favorit mereka. Lelaki itu mengenakan kupluk dengan kaus hitam dan ripped jeans combo, tetapi hoody dan maskernya terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
FanfictionTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...