Jum'at akhirnya tiba.
Jaehyun bangun lebih pagi, mandi dan berpakaian dalam kombinasi sederhana: ripped jeans biru, kaus hitam polos dan topi berwarna hitam. Tak lupa menambahkan sepatu bot hitam dan ikat pinggang berwarna senada. Ia harap berpakaian seperti ini tidak apa-apa. Jaehyun kemudian menunggu jemputan di bawah tangga.
SUV hitam yang tampak familier datang tepat pada waktunya. Ketika Jaehyun melangkah masuk, ia tertawa menyadari bahwa pakaiannya dan Taeyong serasi tanpa sengaja. Lelaki itu mengenakan ripped jeans, kaus hitam polos dan topi berwarna senada. Namun, celananya berwarna hitam kali ini.
"Gugup?" Taeyong menanyai Jaehyun dalam suara pelan.
"Sedikit. Kau?"
Taeyong mengangguk. "Sangat." Tangannya bergetar.
Jaehyun meraba permukaan bangku lalu meraih tangan Taeyong. "Aku akan di sini sepanjang waktu. Aku tidak akan pergi sampai kau menginginkan itu."
Suara kerumunan penggemar terdengar bahkan sebelum Taeyong terlihat. Orang-orang berbaris di sekeliling blok. Banyak penghalang yang diletakkan di bagian luar gedung untuk menjaga agar mereka tidak bersikap berlebihan.
Kerumunan yang terdiri oleh sebagian besar gadis mulai berteriak dan saling dorong ketika kendaraan Taeyong dan Jaehyun berhenti di depan gedung. Jihoon menelepon dan mengatakan bahwa lelaki itu masih bisa berubah pikiran sehingga mobil akan langsung berkendara lurus menuju parkiran bawah tanah, tetapi Taeyong menolak.
"Ketika kukatakan aku akan melakukan ini, aku harus melakukannya dengan benar."
Ia mengambil napas panjang sebelum membuka pintu. Kerumunan meledak. Taeyong keluar lebih dulu, menggandeng Jaehyun di belakangnya.
Kerumunan menjerit dan berteriak ketika Taeyong melambaikan tangan, masih menggandeng Jaehyun dengan tangan yang lain, meremas cukup kuat hingga si pemuda merasa tulangnya seolah akan retak.
Mereka berjalan cepat menuju pintu. Jaehyun membukanya dan mendorong Taeyong masuk lebih dulu.
Jihoon menemui mereka di ruang ganti. "Senang akhirnya bisa bertemu denganmu." Ia mengulurkan tangan ke arah Jaehyun, yang mana langsung diterima oleh pemuda itu.
"Sama."
Keduanya pun tersenyum pada satu sama lain.
Mereka langsung memasuki ruang ganti dan menutup pintu.
"Kau oke?" Jaehyun mendekati Taeyong yang langsung membenamkan wajah di dadanya.
"Ya. Bantu aku bernapas, tolong."
Jaehyun mengusap rambutnya dengan lembut sampai si lelaki mulai bisa bernapas normal. Mereka tersenyum pada satu sama lain.
"Apa yang ingin kau bersihkan?" Jaehyun bertanya, mengambil tisu antiseptik. Wajah Taeyong melembut, sebelum akhirnya menyibukkan diri bersama Jaehyun, membersihkan segala hal yang sekira akan ia pegang dan gunakan nanti.
Jihoon tidak memercayai apa yang ia lihat. Pemuda tinggi di hadapannya ini memiliki pengaruh yang besar bagi Taeyong. Ia telah menjadi bagian besar dalam tim TY bahkan tanpa menyadarinya. Jihoon sekarang mengedepankan kesenangan Jaehyun sama penting dengan kesenangan dan kenyamanan Taeyong sendiri.
Lagu pertama yang akan Taeyong bawakan adalah lagu dari album barunya. Ia tidak terlalu gugup dengan yang iniㅡsesuatu yang disenangi.
Ia diperintahkan untuk segera keluar dan tampil di atas panggung. Dengan Jaehyun yang mengantarnya, Taeyong menengok dan melihat jumlah penonton, keadaan sudah memegang mikrofon dan peralatan panggung yang lain. Ia jelas bisa menangani ini; bisa melakukannya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
FanfictionTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...