Ny. Jung membiarkan Taeyong masuk lebih dulu. Lelaki itu melihat pertahanannya, pelindungnya yang tangguh, tamengnya dari dunia, kini telah hancur. Jaehyun berbaring lemah di atas ranjang, dengan segala selang yang tersambung ke tabung dan mesin, serta suara dengungan alat bantu. Napas Taeyong tertahan di paru-paru. Ia bahkan tidak menanyakan apa yang terjadi pada si monster dan di mana wanita itu sekarang. Itulah karmanya. Wanita itu tidak akan bisa melakukan hal ini pada orang lain lagi.
Penyesalan menyelimuti Taeyong. Semua ini salahnya. Jika ia tidak pernah datang ke kehidupan Jaehyun, maka pemuda itu akan tetap hidup normal. Belajar, bekerja, memiliki hidup yang sebenarnya. Taeyong mendekat dan mengusap lengan Jaehyun seiring dengan air mata yang mengalir. Ia kemudian keluar supaya Ny. Jung bisa masuk, lalu duduk di bangku koridor dan terisak.
Sang dokter datang menemuinya. "Saya minta maaf, Tn. Lee. Saya tidak mengenali Anda sebelumnya. Manajer Anda sudah menjelaskan tentang hubungan Anda dengan Tn. Jung. Anda bisa mendapat akses penuh untuk berkunjung."
Taeyong tersenyum pahit di antara air matanya. "Bagus. Karena aku tidak akan pergi sampai dia juga bisa pergi."
Uang dan ketenaran terkadang membuat suatu keuntungan, pikir Taeyong, sembari memutar mata.
"Dia bisa mendengar Anda," kata si dokter lagi. "Bicaralah padanya. Anda bisa saja membawanya kembali."
Ny. Jung keluar dengan mata merah dan bengkak, memberi instruksi bagi Taeyong untuk kembali masuk.
"Dia akan baik-baik saja. Aku tahu seberapa besar dia mencintaimu, Taeyong. Dia tidak akan meninggalkanmu seperti ini." Wanita itu tersenyum getir.
"Memang tidak boleh. Dia sudah berjanji padaku." Taeyong akhirnya berjalan masuk.
:::
Dua hari sudah terlewat. Taeyong belum makan sama sekali, bahkan tidak benar-benar bisa tidur. Jihoon membawakan makanan, baju bersih, sebotol air serta ponselnya, tetapi semua rapi tak tersentuh. Tidak ada yang penting bagi Taeyong selain membawa Jaehyun kembali. Ia sudah berlari hingga ujung tali, mencoba segala hal; bercerita tentang pantai dan kedai kopi, candaan rahasia yang tak dimengerti orang lain. Bahkan, ia juga membacakan artbook Miyazaki yang sangat Jaehyun sukai.
Taeyong merangkak naik ke atas ranjang dengan tubuh sekarat Jaehyun, sambil berhati-hati agar tak menggangu tabung dan selang peralatan. Ia melingkarkan tangan ke tubuh itu dan mendekapnya erat.
"Kau tidak boleh meninggalkanku. Kau sudah berjanji, ingat? Kau bilang kau akan selalu berada di sisiku. Kau sudah berjanji."
Air mata membasahi pipi. Taeyong mulai menggumamkan nada. Nada spesial. Kisah mengenai cinta mereka. Lagu yang hanya ia tuliskan untuk Jaehyun. Mulutnya membisikkan penggalan-penggalan lirik ke telinga pemuda itu. Kumohon, dengarkan aku. Kumohon.
To stand alone in the darkness
I'm so lonely and afraid
Because I know, I can say it
Now I won't be like that anymore
Littlest things, a complicated maze
I won't think those useless thoughts anymore
Feeling a good day
I do not care all day
We're together, so throw away all those thoughts, throw it
When you're tired, remember you're not alone:::
Jaehyun tengah bermimpi. Mimpi yang menyeramkan. Rasa sakit, rasa takut dan sesosok monster. Kemudian semua menghilang, digantikan oleh sebuah suara yang datang dari suatu tempat. Suara deburan ombak. Wangi kepingan cokelat dan panekuk. Rasa ketika si lelaki cacat berada dalam dekapannya. Ia mampu mendengar dirinya sendiri.
"Aku akan mati sebelum aku meninggalkanmu, Taeyong. Aku janji. Aku masih takut sebab tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Namun yang kutahu adalah bahwa aku akan selalu berada di sampingmu."
Jaehyun telah berjanji. Ia akan mati sebelum meninggalkan Taeyong, dan jelas hari itu bukanlah hari ini. Sebuah suara terdengar lagi. Jaehyun berusaha mencapainya, semakin dekat dan dekat, hingga ia mencapai suara itu, suara berharga itu. Cahaya dalam hidupnya.
:::
Leaning on your shoulder during the dark times
You have too many colors
To leave it as a blank piece of paper
After the hard times are over,
I'm knocking on your shoulders
Run out of the blackened, winter forestMy wildest dreams to be best of nothing
I feel your trust in our held hands
Next time, next timeLet's stay up all night,
Dreaming small dreamsTaeyong menatap wajah Jaehyun. Mata pemuda itu bergerak terbuka, dengan mulut yang berusaha mengeluarkan kata, tetapi tersendat oleh tenggorokan yang kering. Taeyong langsung menangis.
"Aku tahu kau akan memenuhi janjimu." Ia membenamkan diri ke dada Jaehyun sebelum memanggil dokter.
:
Malam itu, mereka duduk diam dalam ruang rawat Jaehyun. Ny. Jung ada di sana, begitu pula Johnny. Jihoon muncul di ambang pintu dan memberi isyarat untuk bicara pada Taeyong.
"Kau mau melihat ibumu?" Taeyong menggelengkan kepala. "Laporan dari kepolisian mengatakan bahwa suntikan itu berisi arsenik. Itu adalah zat yang sama yang dimasukkan ke makananmu. Ketika ditambahkan ke makanan, zat itu akan berubah menjadi racun secara perlahan. Itulah yang menyebabkanmu selalu merasa sakit. Ketika disuntikkan langsung, bisa membuatmu terbunuh. Dia akan dibawa ke tempat yang jauh atas tuduhan percobaan pembunuhan. Akan ada sidang peradilan juga."
Air mata memenuhi manik Taeyong. Wanita itu, bagaimanapun, tetaplah ibunya. "Akankah dia masuk penjara?"
Jihoon menggeleng. "Tidak, Taeyong. Dia mungkin saja akan dikembalikan ke institusi, yang lebih baik kali ini. Kau akan aman."
Taeyong mengangguk. "Usahakan untuk menjauhkan media darinya. Aku tahu beberapa sudah menangkap hal ini, tapi usahakan sebaik mungkin untuk mengalihkan berita-berita itu. Alihkan mereka dengan foto-foto kekasihku yang tampan dan cerdas, yang telah menyelamatkan nyawaku, sekali lagi." Taeyong tersenyum rapuh. Jihoon hanya mengangguk dan berjalan pergi.
:
Enam hari kemudian, Jaehyun pun dipulangkan. Ia menggandeng lengan Taeyong yang membantunya beranjak dari kursi roda (rumah sakit memaksa agar ia menggunakannya).
Si sopir berhenti di depan pintu rumah sakit dengan kerumunan yang sudah berbaris di luar. Perusahaan merilis berita yang melaporkan segalanya. Mengenai siapa Jaehyun, serta apa yang terjadi di universitas. Tidak ada yang bisa disembunyikan akibat saksi mata yang begitu banyak. Media sudah memakan semua; Kekasih Tampan Menyelamatkan Si Rapper Terkenal Dari Seorang Ibu yang Gila. Terdengar cukup gila, tapi itu kenyataannya.
Taeyong mengamit tangan Jaehyun. "Siap?"
Jaehyun tersenyum padanya. "Ya."
Mereka melangkah keluar dari pintu rumah sakit. Para penggemar dan media berubah heboh. Mereka meneriakkan beragam pertanyaan, tetapi Taeyong dan Jaehyun hanya tersenyum sambil melambaikan tangan. Ketika akan memasuki mobil, Taeyong tiba-tiba berhenti. Ia meraih Jaehyun, mengusap pipinya dan memandang tepat ke dalam matanya.
"Aku mencintaimu, Jaehyun, dan aku ingin dunia tahu itu." Ia berjinjit dan melingkarkan kedua tangan di leher Jaehyun, menyatukan bibir keduanya. Pemuda itu pun tersenyum, menariknya semakin dekat dan menikmati ciuman penuh gairah seiring dengan kerumunan penggemar yang menjadi lebih gaduh dan gila.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
FanficTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...