:: Sekuel - C : Perjalanan ::

1.7K 157 15
                                    

Seiring dengan tubuh yang dibenamkan ke kursi mewah di bawahnya, Jaehyun tidak bisa tak tersenyum. Sang ibu, antusias seperti biasa, membuat diri merasa nyaman dengan kemewahan kelas satu dan membentuk hubungan baik dengan beberapa pramugari. Jihoon yang duduk di samping wanita itu jadi mempertimbangkan untuk mempekerjakannya. Ny. Jung akan jadi seorang PR yang benar-benar bagus dan hebat. Ia senang wanita ini ikut bersama mereka, sangat menyenangkan. Jaehyun mewarisi banyak hal darinya.

Jaehyun menutup mata dan tertidur. Tak lama, ia terganggu oleh suara gemeresak dari lelaki di sampingnya, yang bergerak gelisah pada dudukan kursi.

Terbang adalah hal sulit bagi Taeyong. Segala hal memang sulit, tetapi terbang adalah yang paling tak menyenangkan. Jaehyun sudah membawanya memasuki pesawat sebelum penumpang lain, membantu membersihkan kursi, juga memeriksa segala hal. Namun, yang menjadi masalah terbesar adalah udaranya. Udara di tempat tertutup menciptakan rasa khawatir berlebih.

Jaehyun melakukan hal yang dianggap dapat mengalihkan perhatian lelaki itu. Ia menariknya mendekat, lembut dan rapat, membuat si lelaki cacat menatap matanya. Seiring mereka yang mempertemukan pandang, Taeyong mulai merasa tenang. Tidak secara penuh, tetapi lumayan. Rasa bergairah yang familier pun meningkat di perut dan dadanya, sehingga ia mendekat dan meraih bibir Jaehyun. Lidah mendorong meminta akses masuk dan pemuda itu menyatukan mulut mereka. Taeyong mendesah pelan di sela ciuman, berusaha mendorong tubuh semakin dekat, tetapi jarak antar kursi mempersulit mereka. Jaehyun tersenyum di perpotongan leher sang kekasih sambil meninggalkan ciuman di kulit lembut itu, senang akan rencana penyerangannya, dan puas akan kenyataan bahwa ia selalu bisa menggunakan bibir dan lidah untuk mengusir iblis dari pikiran Taeyong.

Jaehyun tidak yakin bisa mempertahankan distraksi ini hingga sebelas jam ke depan, tetapi ia akan mencoba.

Akhirnya, mereka mendarat dan bisa terbebas dari penerbangan yang menjemukan. Setelah melalui pemeriksaan, mereka keluar dari bandara dan langsung terkejut sebab kerumunan ramai penggemar sudah di sana. Tak hanya meneriakkan nama Taeyong, tetapi yang membuat semakin terkejut bahwa nama Jaehyun juga turut disuarakan.

Taeyong berhenti untuk memberi tanda tangan di fotonya, dan Jaehyun melakukan hal sama ketika dipinta. Setelah memasuki mobil, Jihoon menjelaskan bagaimana hal sudah banyak berubah di Amerika. Di sini mereka bisa keluar untuk makan malam bersama, bergandengan tangan bahkan berciuman di tempat umum tanpa ada yang memedulikan. Si rapper tampan dengan kekasihnyaㅡsi dokter menawanㅡakan menjadi pasangan tak terhentikan di seluruh kota.

Pikiran Taeyong hanya mengarah pada dua hal: konser harus berjalan lancar, lalu ia dan Jaehyun akan meresmikan hubungan. Hanya demi mendapat selembar kertas, sebenarnya, yang tak akan berguna di negara mereka. Namun, Taeyong merasa itu akan bermakna di hatinya. Selamanya.

:::

Konser berjalan lancar labih dari yang diharapkan. Benar-benar sukses. Taeyong tidak menyangka bahwa ia berdiri di tengah-tengah panggung, pada belahan bumi yang berbeda, tetapi masih mendengar sorakan penggemar untuknya. Ia memandang lautan wajah di malam terakhir dari jadwal tur Amerika dan berterima kasih pada semua yang telah datang. Ia kemudian melihat ke belakang panggung, menatap satu wajah dan merasa lebih bersyukur daripada apa pun. Wajah yang sangat berarti. Wajah milik sang penyelamat yang tidak hanya menyelamatkan hidup, tetapi juga pikiran dan hatinya. Sang penyembuh; Jaehyun.

Dua hari setelah konser terakhir, Taeyong dan Jaehyun berdiri berhadapan dengan setelan serupaㅡputih untuk Taeyong dan abu-abu untuk Jaehyunㅡsambil menyuarakan sumpah cinta bagi satu sama lain. Bersumpah di depan pemerintah resmi dalam sebuah perpustakaan indah. Tempatnya tidak benar-benar mirip dengan toko buku, tetapi lumayan. Tangan mereka bertautan; lembut dan halus milik Jaehyun, serta lecet dan kering milik Taeyong. Ampuh memberi rasa tenang.

Taeyong menatap pemuda itu, keajaiban yang datang ke dalam hidupnya melalui sebuah kecelakaan, dan menyelamatkannya. Ia mengingat hari pertama ketika melihat Jaehyun terbangun di ranjang rumah sakit, yang ia pikir sebagai malaikat dengan rambut halus dan lesung pipit. Pemuda ini tampak tampan sepanjang waktu. Jaehyun adalah malaikat.

Taeyong tidak tahu apa yang akan terjadi jika saja Jaehyun tidak berjalan di trotoar pada siang hari berangin waktu itu. Akankah ia masih hidup? Ataukah dikurung di suatu tempat, terkutuk sebagaimana nasip ibunya, sementara iblis merangkak meraih otaknya? Taeyong meremas tangan Jaehyun semakin erat. Ia tidak mau memikirkan itu lagi. Ia memiliki Jaehyun sekarang, tameng dan rakit penyelamatnya, cahaya hangat yang mengisi kegelapan hidup. Miliknya selamanya.

Jaehyun tersenyum pada lelaki cacat yang kini sudah menemukan sayapnya. Ia tidak akan pernah tersembuhkan, tidak sepenuhnya, tidak akan. Namun lelaki itu hidup dan bertahan dengan penuh kebahagiaan. Jaehyun akan melakukan segala cara agar hal ini terus bertahan.

Setelah bertukar kalimat 'aku bersedia' dan memberi tanda tangan, mereka mendapat kertas resmi tanda pernikahan. Jaehyun dan Taeyong merangkul satu sama lain sementara Ny. Jung memotret di tengah air mata, serta mulut yang mencereweti mereka agar berpose sebagus mungkin. Ini adalah segala yang Taeyong inginkan.

Seiring dengan tubuh yang menjadi satu, terbungkus dalam selimut putih hotel, Taeyong mengingat waktu di mana ia bahkan tidak mau menjabat tangan Jaehyun. Sekarang, tubuhnya malah lapar akan sentuhan pemuda itu, selalu haus dan membutuhkan sentuhan Jaehyun bagai membutuhkan udara.

Kulit yang semula gatal oleh mimpi-mimpi buruk, melemah di bawah kungkungan Jaehyun ketika pemuda itu memasukinya. Mulut yang semula penuh akan ketakutan dan bayang mengerikan bakteri, bekerja di sekitar leher dan dada si pemuda demi mencecap seluruh inci tubuh yang mampu dijangkaunya. Pikiran, masih tersiksa, menemukan tempat tenang di tengah samudra ketika rasa nikmat menghujam. Taeyong melengkungkan punggung seiring Jaehyun yang menyetubuhinya dengan kuat. Waktu untuk merasa ragu telah lenyap. Mereka merasa nyaman dengan kehadiran satu sama lain yang mendobrak pertahanan. Dan ketika Taeyong mencapai puncak dengan keras, bersama sang suami di atasnya, ia mendesah sambil menekan pinggul, memberi segalanya bagi Jaehyun. Ia menyerahkan seluruh tubuh dan pikiran, hati serta jiwa, untuk satu sama lain. Semua datang darinya dan kembali untuknya. Untuk Jaehyun.

Inilah. Miliknya selamanya.

Taeyong tidak pernah mau meninggalkan ranjang ini, ruangan ini, ataupun dekapan hangat Jaehyun. Ia tahu ia juga memiliki kekuatan dalam diri untuk menghadapi dunia setiap hari. Apa pun yang terjadi, Jaehyun akan di sana. Mereka bisa mendaki gunung mana pun. Bersama. Berakhir bahagia. Berakhir bebas.[]

= TUTUP BUKU =

Thank you everyone! <3

[✔] Cure [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang