Bab 25 :: Bebas

929 148 7
                                    

Taeyong bangun sebelum Jaehyun. Ia merasa kotor dan gatal, dengan kulit yang seolah dirayapi. Meski begitu, ia juga merasa berani, kuat, dan bebas.

Lelaki itu meraih pakaian pendek untuk menutupi tubuh telanjangnya dan berlari ke arah laut. Matahari baru saja terbit, memberi rasa sejuk, tetapi tidak dingin. Dengan tiadanya angin, permukaan air tenang bagai kaca, kaca hijau yang mencerminkan langit pagi kelabu. Taeyong memasuki air hingga mencapai lutut, kemudian pinggangnya. Ia memeluk diri untuk memberi rasa hangat ketika badan mulai menggigil.

Ketika memandang ke arah pesisir, pasang surut air tampak bagaikan gerak pikirannya yang juga tengah pasang surut; memikirkan segala hal yang berhasil diraih sejak Jaehyun ada. Taeyong bisa mengingat bagaimana dulu, ketika hidupnya seperti dimulai kembali sejak tiga bulan lalu, di mana ia melompat keluar dari mobil bagai seekor burung yang lepas dari sangkar. Liar dan tak terduga, serta gugup dan rapuh pada segala hal. Iblis dan monster selalu merayap di tubuhnya. Bersembunyi di setiap sudut pikiran.

Mereka masih di sana, tetapi Taeyong tahu cara mengalahkannya. Walau masih kerap merasa mudah cemas, gugup, dan rapuh, ia merasa kekuatan telah muncul. Jaehyun memantik api dalam jiwanya, yang dikobarkan oleh cinta dan terbakar dalam pikirannya. Iblis dan monster takut pada api. Cinta Jaehyun mampu memaksa mereka untuk menyerah. Taeyong yang sekarang adalah sosok berbeda.

Sebelum berpikir banyak mengenai apa yang tengah dilakukan, lelaki itu menyelam ke dalam air. Ia membiarkan air asin membasahi seluruh tubuh, membalut setiap inci, hingga membasahi helai-helai rambutnya. Ia menahan napas dan membuka mata, membiarkan cairan asin itu membuat matanya perih. Ketika tidak mampu menahan napas lebih lama, Taeyong berdiri dan keluar menuju permukaan. Air mengalir jatuh dari tubuhnya, dan ketika menoleh menuju pantai, ia melihat pemuda itu.

Jaehyun berdiri di tengah pantai, diam dan kokoh, tidak mengganggu atau menghalang-halangi. Hanya memperhatikan Taeyong bagai seorang pengawal stagnan. Diam dan menunggu jikalau dibutuhkan.

Dia memang dibutuhkan. Taeyong berjalan keluar dari air dan berlari menuju pelukannya. Tubuh lelaki itu dipenuhi oleh rasa dingin dan adrenalin, sedang Jaehyun terasa hangat, kering, dan aman. Tempat teramannya. Ruang dan cintanya.

:::

Jaehyun terbangun dengan ruang kosong di sebelahnya. Ia cepat-cepat berpakaian, mencoba untuk tidak cemas, tetapi tetap waspada akan perilaku iblis-iblis Taeyong.

Keluar dari tenda, Jaehyun melihat Taeyong seorang diri, berdiri di tengah laut dengan air mencapai pinggang. Cahaya matahari pagi bersinar lembut. Kondisi itu mengingatkan ia pada pagi di rumah sakit, ketika melihat sosok sangat indah tengah memperhatikan tidurnya. Sudah banyak yang terlewat sejak tiga bulan belakangan. Segala kenangan buruk dan bahagia yang tumbuh di antara mereka. Ia tersenyum ketika melihat lelaki itu membenamkan diri ke dalam air di bawah cahaya mentari. Memperhatikannya yang menyelam di dalam air serupa kaca. Jaehyun menahan napas ketika Taeyong juga melakukan hal yang sama. Merasa bagai ialah yang berada di bawah air dan menunggu si lelaki cacat untuk muncul.

Ketika Taeyong muncul ke permukaan adalah bentuk dari suatu keindahan. Jaehyun memperhatikan si lelaki cacat menoleh ke arahnya, berjalan melintasi air, kemudian berlari ketika mencapai pantai. Dan ketika lelaki itu jatuh dalam pelukannya, Jaehyun pikir ia tidak pernah lebih sempurna.

Mereka mencapai rumah, dengan tubuh penuh pasir, asin, rasa lelah, dan bahagia. Ketika mandi air hangat bersama, Jaehyun menyadari bahwa beberapa hal telah berubah sejak malam di pantai itu. Ia bisa melihat Taeyong yang terus berjuang, mendorong iblis-iblisnya menjauh, meninggalkan mereka di pesisir. Lelaki itu memiliki kekuatan dan kepercayadirian yang tidak pernah diperlihatkan sebelumnya.

Jaehyun melihatnya berjalan melintasi apartemen, bergumam seorang diri, terbenam dalam kata-kata sendiri. Ia pergi menuju dapur dan memilih beberapa makanan. Meski tetap mencuci tangan, Taeyong tampak lebih rileks ketika makan.

"Jae, kau punya acara hari ini?" lelaki itu bertanya ragu.

"Tak banyak, hanya akan pergi menemui Johnny. Kenapa?"

"Aku akan bekerja di studio. Kau keberatan?"

Jaehyun tersenyum dan menariknya dalam dekapan. "Tentu tidak, baby bird. Tidak ada yang membuatku lebih bahagia selain melihatmu bekerja. Aku akan keluar siang ini. Hubungi aku ketika kau membutuhkanku dan aku akan langsung pulang. Oke?"

Ciuman lembut memberi persetujuan.

Taeyong menghilang di dalam studionya dengan sepiring buah. Jaehyun mengenakan hoody dan sebuah topi, tak lupa meraih ponsel serta dompet, dan ketika menggunakan lift demi mencapai area parkir untuk pertama kalinya sejak waktu yang sangat lama, ia merasa bebas.

:::

"Lama tak jumpa," ejek Johnny ketika mereka duduk berhadapan di kedai kopi.

"Ya, maaf. Aku sibuk." Jaehyun tersenyum pada rekannya.

"Aku juga." Johnny balas tersenyum ketika Ten datang dan membawa kopi pesanan mereka.

"Pesanan seperti biasa, Kawan-Kawan." Lelaki itu mengerling ke arah Johnny sembari berjalan menjauh. Menyadari tatapan lapar dari si pemuda tinggi yang bisa saja memakannya hidup-hidup.

"Jadi, aku dengar kau dan Ten tinggal bersama," kata Jaehyun, memandang Johnny yang memperhatikan Ten, sambil menambahkan gula ke latte-nya seperti biasa.

"Ya." Wajah Johnny melembut. "Benar-benar bagus, sebenarnya. Ten bekerja sangat keras. Ketika tak berada di kedai kopi atau kelas, dia akan pergi ke studio tari. Tinggal bersama dapat membuat intensitas temu kami lebih tinggi. Dan aku bisa merawatnya sedikit, kau tahu, memastikannya mendapat makan malam dan lain-lain ...."

Jaehyun terpana akan nada suara yang berubah lembut itu. Johnny benar-benar jatuh cinta. Semua tergambar jelas di seluruh wajah pemuda itu; bagaimana ia tersenyum ketika membicarakan Ten, bahkan pengakuan bahwa ia merawat lelaki itu. Jaehyun tersenyum pada sahabatnya.

"Aku senang kau sangat bahagia." Ia benar-benar mengatakannya dari hati.

"Bagaimana denganmu? Bagaimana kehidupan baru di apartemen mewah itu? Kulihat kau sering diantar sopir dan berhenti kerja di klinik. Kehidupan sebagai orang kaya dan terkenal pasti sangat menyenangkan." Johnny tak bisa tahan untuk tak berkata demikian.

Jaehyun mengambil napas panjang dan memberi tahu Johnny segala hal. Cara yang sama ketika ia duduk di posisi yang sama dan bercerita banyak mengenai hubungan dengan Taeyong pada ibunya. Ia memberi tahu Johnny segalanya. Johnny hanya mendengarkan, sebelum akhirnya berbicara.

"Wow. Cerita yang panjang, Jaehyun. Tapi, tahu tidak? Kau harus bangga karena kalian saling menemukan. Kalian butuh satu sama lain. Aku turut bahagia untukmu."

Jaehyun merasa beban terangkat meninggalkan pundaknya.

"Kumohon, jangan beri tahu siapa pun, Johnny, privasi Taeyong harus dihormati. Jangan lupakan siapa dia."

Johnny tersenyum. "Bagaimana bisa lupa jika setiap hari ketika menyalakan radio, lagunyalah yang selalu diputar?"

Kedua pemuda itu segera menghabiskan kopi sebelum berpisah. Ketika Jaehyun berjalan meninggalkan kedai, ia merasa bagaikan sosok yang baru. Ia telah jujur pada dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, dan sekarang ia merasa lega, segar, dan bebas. Jaehyun merasa lebih baik. Tidak sabar untuk segera pulang, menikmati suasana rumah, membuat Taeyong tersenyum, dan selalu berada di belakangnya, bersiap menghadapi apa pun yang akan mereka hadapi selanjutnya.[]

[✔] Cure [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang