Bab 27 :: Kacau

1K 142 15
                                    

Hari berlalu menuju minggu. Kenangan berubah menjadi bagian dari hidup. Jaehyun bernapas dengan lebih mudah setiap hari. Ujiannya akan segera tiba sehingga ia kini mendapat waktu libur dari kampus.

Jaehyun bersemangat akan rapat Taeyong hari ini. Setelah bertahun-tahun berada di puncak karier, lelaki itu akhirnya mampu meraih langkah terakhir. TY akan mengadakan tur.

Ketika semester baru dimulai nanti, Jaehyun akan selalu berada di ruang belajar, yang mana semakin menyita banyak waktu. Pemuda itu jadi lebih percaya diri pada sosok Taeyong yang baru. Sementara ia belajar, Taeyong akan mengisi hari-hari dengan menulis dan merekam lagu. Ketika bersama, mereka akan menceritakan banyak kisah dan tertawa. Membagi ide serta ciuman-ciuman lembut, membuat panekuk, dan bersembunyi dari dunia. Inilah apa yang seharusnya.

Setelah kelas, Jaehyun menemui Johnny dan Doyoung di kedai kopi. Ia memutuskan untuk mengajak Taeyong ikut serta. Sudah cukup lama juga mereka tidak mengunjungi taman lavendel, dan Jaehyun sedang ingin membeli buku baru.

:::

Taeyong diantar sopir menuju area parkir di bawah kantor utama, melihat beberapa staf yang saling berbisik ketika ia melangkah melintasi lorong. Ia jarang mengunjungi kantor utama beberapa waktu terakhir ini, lebih memilih membahas pekerjaan melalui ponsel atau Skype. Namun karena ia akan membahas mengenai acara tur, Taeyong yang baru merasa ingin membahasnya secara langsung. Mencapai ruang rapat utama, Taeyong membalut tangan dengan sapu tangan dan meraih knop pintu, menemukan Jihoon duduk bersama Tn. Chen serta beberapa orang tak dikenal. Jihoon memperkenalkan mereka sebagai kepala divisi penataan, logistik, dan publisitas.

Rapat berjalan lancar. Taeyong, sebagaimana biasa, sudah siap dengan segala daftar hal yang dibutuhkan. Ia memaksa kalau tur ini diadakan untuk mempromosikan Taeyong yang sesungguhnya. Akan dibagi menjadi dua tahap; konser pertama menunjukkan TY secara keseluruhan, pakaian-pakaian lama, warna hitam dengan kelap-kelip, serta eyeliner tebal, semua hal yang diinginkan penggemar dan stylist. Sementara, tahap kedua hanya akan ada Taeyong. Ia sudah menulis beberapa lagu baru. Memutarnya untuk didengar sang CEO, dan semua lekas tercengang. Lagu yang begitu jujur. Sangat indah. Perasaan lelaki itu tersampaikan secara penuh untuk dilihat oleh dunia.

Ketika beranjak dari bangku dan bersiap pergi, Taeyong menambahkan sesuatu. "Aku ingin meresmikan hubungan dengan Jaehyun di depan publik. Akan kupublikasikan semua. Aku ingin dunia tahu siapa Jaehyun, juga siapa aku sebenarnya. Dan ingin mereka tahu bagaimana Jaehyun sudah menyelamatkan hidupku. Aku tidak peduli bagaimana kalian mengaturnya dan apa dampak bagi kita. Yang jelas, aku sudah tidak mau bersembunyi."

Jihoon pun segera mengikuti Taeyong yang keluar menuju garasi.

"CEO setuju." Napasnya tersendat, berusaha meraih langkah Taeyong. "Mereka menganggap publisitas akan berdampak baik pada tur."

Taeyong hanya tertawa. "Tentu saja mereka akan setuju. Perusahaan ini tidak akan jadi apa-apa tanpaku. Mereka tahu itu."

Lelaki itu tersenyum ke arah Jihoon. Jihoon balas tersenyum, diam-diam merasa kagum akan sosok berbeda di hadapannya, si lelaki rusak yang perlahan sembuh.

"Taeyong, aku sangat bangga padamu. Aku tahu kau memberi Jaehyun kepercayaan penuh, tetapi kau juga berhasil menemukan ini dalam dan oleh dirimu sendiri. Aku harap kau tahu itu."

Tubuh Jihoon menegang ketika Taeyong mengagetkannya dengan sebuah pelukan.

"Terima kasih, Jihoon. Untuk semuanya. Untuk menjadi satu-satunya ketika aku tak memiliki siapa pun." Taeyong nyengir padanya. "Kuantar pulang? Aku mau sekalian ke kampus." Jihoon mengangguk dan keduanya segera naik ke mobil Taeyong.

Mereka berkendara melintasi kota, bercakap pelan perihal rencana tur, merasa bahagia. Ketika tiba di kampus, Taeyong segera turun.

"Mau kuantar ke kedai kopi?" tawar Jihoon.

"Tidak dengan pakaian seperti itu." Taeyong tertawa, merujuk pada pakaian formal yang dikenakan Jihoon. "Aku sudah menarik cukup banyak perhatian di sekitar sini." Mereka tertawa dan Taeyong memberi instruksi pada sopir untuk mengantar Jihoon sebelum akhirnya kembali dan menunggu.

Taeyong menarik napas dan mulai mengambil langkah, tak sabar untuk segera memberi tahu Jaehyun perihal rencana tur. Kaki ini akan menginjak Jepang, Hong Kong, dan Thailand untuk pertama kali! Jika berhasil melewatinya dengan baik, mereka mungkin saja akan menambah jadwal tur ke Amerika Serikat. Taeyong akan mengejutkan teman-teman Jaehyun dengan tiket VIP untuk tur ke Thailand, sebab tahu bahwa hal itu akan menyenangkan sang kekasih. Ia juga ingin melaksanakan segala hal dengan baik sebab—tak lain—ingin membawa Jaehyun ke Amerika. Itu terlihat seperti tempat yang sempurna bagi mereka.

:::

Flat white Jaehyun masih hangat di dalam cangkir besar. Ia menambah empat gula, sambil menatap Doyoung dan Johnny yang tengah tersenyum padanya. Teman-temannya itu selalu haus akan gosip. Jaehyun lantas mengambil napas panjang.

"Dia akan mengadakan turㅡJANGAN BERI TAHU SIAPA-SIAPA!" Tatapan mengancamnya membuat napas Johnny tersendat di paru-paru.

"Benaran?" Pemuda itu tidak mampu percaya.

Jaehyun mendesahkan napas. Mereka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Taeyong. Mereka hanya melihat lelaki itu sebagai rapper terkenal, membuat Jaehyun pikir sudah saatnya bagi mereka untuk tahu siapa Taeyong sebenarnya.

"Ya, dan aku akan pergi dengannya. Aku pergi selama enam minggu, setelah ujian dan selama liburan." Ia tersenyum tipis ke arah kopi. "Kau benar, Johnny. Jangan khawatir, aku menerima saranmu. Aku tidak akan menyia-nyiakannya," lanjutnya.

Johnny meraih dan meremas tangan Jaehyun. "Bagus."

Doyoung kemudian berdeham dengan gugup. "Aku punya berita untuk kalian."

Johnny dan Jaehyun langsung menoleh untuk menatapnya.

"Aku mengencani seseorang."

"Siapa?" keduanya bertanya dalam kurun waktu bersamaan.

"Wendy," kata Doyoung.

Jaehyun tertawa. "Bagus. Kalian berdua adalah biang gosip terbesar yang aku tahu." Doyoung ikut tertawa.

:::

Taeyong melangkah jauh, melintasi kesibukan kampus di bawah panas terik mentari. Sejak ke pantai waktu itu, ia jadi terus-terusan memikirkan lagu. Ia telah selesai merampungkan enam lagu, tetapi masih banyak yang ingin hatinya utarakan.

Tiba-tiba, tangannya diraih dari belakang. Hanya Jaehyun yang akan meraihnya seperti itu, sehingga Taeyong memutar badan dengan senyuman lebar. Namun, apa yang ia lihat sontak membuat kaku. Bukan Jaehyun, melainkan wanita itu. Si monster.

:::

Ten berlari dari dapur menuju meja yang ditempati Jaehyun dan kawan-kawan. Kepanikan mengisi wajah. "Jae-Jaehyun, kau harus pergi. Sesuatu yang buruk tengah terjadi."

Jaehyun langsung melompat panik. Ia berlari keluar dari kedai, memompa kekuatan di kedua tumitnya, mengikuti orang-orang menuju keramaian yang tercipta. Ia menyeruak melalui mereka, melihat kekasihnya tergeletak di atas tanah. Si monster berdiri di dekat Taeyong. Salah satu tangan meraih kerah bajunya, dan jarum suntik berisi cairan putih terpegang di tangan yang lain.

Wanita itu menyeringai ketika melihat Jaehyun. "Bagus. Aku senang kau di sini. Aku sudah bilang kalau dia sakit." Ia menekan suntik menembus kulit halus leher Taeyong. Wajah gilanya bercahaya melihat begitu banyak orang yang berkumpul. Kemudian menarik lepas jarum suntik dari leher Taeyong. "Dan memberitahunya bahwa aku akan menghancurkanmu."[]

[✔] Cure [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang