Setelah kemarau, datanglah hujan.
Taeyong tidak ingin berhenti mencium Jaehyun, tetapi mereka harus berhenti. Lelaki itu menjauh dari Jaehyun dan tersenyum, tiba-tiba merasa malu dan memilih memandangi lantai.
"Ayo keluar dari sini!" Jaehyun menarik tangannya dan membawa ia menuju ruang ganti.
Di sana, orang-orang mulai berkumpul. Taeyong menjadi gugup, sehingga Jaehyun menanyai Jihoon letak mobil mereka. Jihoon lantas menuntun pasangan itu menuju tempat parkir dan kembali untuk menangani orang-orang yang sudah memenuhi ruang ganti.
Mereka berlari menuju mobil dan langsung melompat masuk. Ini baru tengah hari, tetapi keduanya merasa sudah terperangkap di dalam gedung itu dalam waktu yang sangat lama.
Ketika mencapai tempat duduk belakang di mobil SUV, Taeyong memberi arahan pada si sopir untuk mengantar mereka pulang, sebelum akhirnya menutup jendela antara si sopir dan bangku mereka.
Taeyong naik ke pangkuan Jaehyun dan mulai memberi ciuman lembut, lidah bertautan, seiring dengan kendaraan yang melaju keluar dari area parkir. Melewati kerumunan yang masih menunggu akan TY, dan membelah kota menuju rumah.
Mereka berciuman sembari melewati kota, tetap berciuman di dalam lift, sepanjang koridor menuju pintu, dan hanya berhenti ketika harus melepas sepatu.
Jaehyun tidak harus menggendong Taeyong kali ini. Lelaki itu menuntunnya sendiri, dalam genggaman tangan dan ciuman, menuju kamar.
"Bisakah kita mandi? Tolong?" Taeyong bergumam di depan mulut Jaehyun.
"Mhhmm ...." Jaehyun hanya bisa mengatakan 'iya' pada segala keinginan Taeyong.
:
Air di pancuran terasa hangat, mengubah suhu tubuh mereka menjadi lebih panas.
Nafsu memenuhi diri Taeyong. Tangan-tangannya menjelajahi tubuh basah Jaehyun, merasakan setiap inci darinya. Ia menyusuri bisep, turun dan menyentuh puting dengan ibu jari, dan menemukan pesona dari bulu halus yang menjalar dari pusar hingga bawah.
Jaehyun serasa meleleh, seolah ia larut di dalam air. Tangannya bersandar pada kulit lelaki di hadapannya, yang tak lagi merasa kaku atau tersentak akan perlakuan itu. Ia mampu merasakan tulang Taeyong yang menyembul ketika ia meraih punggung si lelaki, dengan bibir mereka yang tak pernah terpisah.
Tubuh Taeyong terkendalikan. Ia menginginkan Jaehyun, membutuhkannya, dan harus mendapatkannya.
"Ingat hari di klinik?" Ia menyuarakan kalimat dalam telinga Jaehyun melalui napas berat. "Ketika kau bilang bahwa suatu hari aku akan memohon untuk sentuhanmu?"
Jaehyun hanya mengangguk dan melarikan ciuman menuju leher Taeyong.
"Aku mohon padamu. Tolong. Tolong sentuh seluruh tubuhku. Aku membutuhkannya. Aku butuh kau di dalam tubuhku, Jaehyun. Aku mencintaimu."
Jaehyun mematikan pancuran dan menggiring Taeyong menuju ranjang. Air menetes dari rambut dan tubuh mereka, tetapi keadaan kamar yang cukup hangat, beserta Taeyong yang berada dalam rengkuhan Jaehyun, membuatnya tidak terlalu peduli akan rasa dingin. Jaehyun membaringkan si lelaki di atas ranjang dan menindihnya.
"Kau indah, Taeyong. Kau tahu? Kau sempurna." Mulut Jaehyun meraih telinga Taeyong, kemudian turun menuju leher, dan mencium lembut kelopak-kelopak matanya. "Kau bisa menutup mata jika mau. Atau kau bisa membiarkannya tetap terbuka dan melihatku. Aku ingin menggunakan mulutku untuk menyentuhmu. Seluruh inci tubuhmu."
Pikiran mengenai kontaminasi memasuki otak Taeyong, berikut bayangan tentang kuman, kotoran dan bakteri. Ia memejamkan mata erat, kemudian membukanya tiba-tiba. Mulut Jaehyun tengah membungkus kemaluannya dan ada perasaan yang Taeyong tak percaya bakal ada.
![](https://img.wattpad.com/cover/216228909-288-k668989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
FanficTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...