Jaehyun mendengar ponselnya berbunyi. Ia meninggalkan benda itu di dapur dan belum mengeceknya hingga pagi ini. Mengabaikannya demi mengerjakan hal-hal yang lebih penting.
Taeyong berada di sofa dalam mode bayi burung dan Jaehyun asyik dalam tugasnya menyuapi panekuk dengan krim kocok dan sirup, serta beberapa potong arbei dan pisang yang ia tambahkan. Acara musik yang berlangsung di televisi menjadi latar mereka. Taeyong tahu bahwa penampilannya akan ditayangkan sebentar lagi, pada bagian-bagian akhir. Ia sangat bersemangat, tetapi lebih tertarik pada pemuda bersurai halus yang mengasuhnya selayak bayi.
"Jaehyun, kalau aku memutuskan melakukan tur, maukah kau ikut?" Taeyong kemudian bertanya pelan. Ia merasa senang ketika berada di atas panggung. Dengan Jaehyun di sampingnya, ia merasa bisa melakukan apa pun.
"Kalau sewaktu liburan musim panas, aku bisa mengambil cuti sejenak dari klinik." Jaehyun tersenyum dan menyodorkan potongan pisang lagi ke arahnya. "Asal aku berhasil lulus semua mata kuliah semester ini sehingga aku tidak perlu mengambil kelas pengganti selama liburan musim panas." Jaehyun memikirkan segala prioritasnya yang sudah banyak terlepas sejak bersama Taeyong. Bagaimana mungkin ia bisa jatuh sangat jauh hanya dalam waktu delapan minggu?
Lagu baru TY mengisi ruangan dan keduanya segera menolehkan kepala ke arah televisi.
Panggung pertama tampak luar biasa. TY bagai seorang bintang sebagaimana dirinya, dalam setelan hitam dan glitter, secara keren melintasi panggung. Sangat memesona. Kemudian panggung berikutnya. Taeyong tampak lima tahun lebih muda tanpa riasan mata serta pakaian sederhana. Lagu yang dinyanyikan benar-benar indah. Kedua mata Taeyong berkaca-kaca ketika ia melimpahkan seluruh hatinya untuk penampilan itu.
Jaehyun menoleh pada Taeyong. "Itu cerita kita, kan?"
"Ya." Si lelaki menunduk dan menatap kedua tangannya. "Aku menulisnya di pagi hari sebelum kita pergi ke toko buku dan taman. Aku sudah tahu bahwa akan jatuh cinta padamu. Aku bisa melihatnya datang." Tangan Taeyong bergetar. "Aku sangat takut, tapi untuk pertama kali, aku tidak bisa lari. Aku membutuhkanmu, Jaehyun. Aku membutuhkanmu selamanya. Tolong jangan pernah tinggalkan aku." Air mata memenuhi obsidiannya.
"Taeyong, dengarkan aku. Kau kuat, lebih daripada yang kau tahu. Aku tidak akan meninggalkanmu."
Jaehyun merasakan nelangsa merasuk hati. Bagaimana bisa memberi janji pada seseorang bahwa kau tidak akan pernah pergi? Hal-hal akan berubah. Hal-hal di luar kendali siapa pun yang terlibat, sedang Taeyong akan selalu butuh kemampuan untuk mengontrol segala hal.
Jaehyun menarik lelaki itu ke dalam pelukan dan menciuminya demi menghapus segala kesedihan.
Keesokan hari, ia hanya sendiri di apartemennya, tempat di mana Jaehyun menerima segala serangan pesan dan panggilan tak terjawab di ponselnya, dari tersangka yang sama. Jaehyun menelepon sang ibu yang mengatakan bahwa ia tampak tampan di televisi.
Perjalanan mereka menuju studio pun telah disiarkan di hampir setiap media daring selama beberapa hari sebelumnya. Jaehyun menyaksikan video dua puluh detik di internet, di mana si kurus Taeyong menggandeng tangannya dan melambai ke arah para penggemar seiring langkah memasuki gedung. Ia memeriksa semua pemberitahuan di sosial media. Ada beberapa artikel yang berspekulasi mengenai sosok diri Jaehyun dan apa hubungan antara Taeyong dan pemuda itu. Ia berpikir sampai kapan hal ini akan bertahan hingga seseorang menjual namanya demi tajuk yang lebih mahal.
Minggu pagi ia menemui Johnny dan Doyoung di kedai kopi yang langsung menyerangnya dengan beragam pertanyaan. Jaehyun sedikit memberi jawaban mengenai ini dan itu. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa orang-orang sangat bersemangat jika sudah membicarakan artis. Jaehyun menjelaskan mengenai studio, proses perekaman, hingga siapa saja yang ia temui. Sangat membosankan.
"Kenapa kau selalu mengecek jam tanganmu?" tanya Johnny.
Pintu kafe lantas terbuka. Seorang lelaki kurus dengan pakaian serba hitam, serta topi kupluk dan masker datang mendekat lalu duduk di meja mereka. Lelaki itu melepas maskernya dan tersenyum ke arah Jaehyun, sesaat sebelum mereka berciuman di depan semua orang.
"Ini Taeyong."
Doyoung dan Johnny duduk dalam kekakuan sebelum akhirnya memperkenalkan diri. Mereka kemudian memperhatikan Jaehyun yang mulai sibuk dengan si lelaki kurus, berpegangan tangan, mengusap lengan, memberikannya secangkir kopi hitam yang akhirnya jarang tersentuh.
Ketiganya berbincang-bincang dengan si rapper terkenal yang tersenyum dan berbicara sopan pada mereka, dengan mata yang tak pernah meninggalkan Jaehyun. Ten ikut bergabung dan berbincang selama beberapa saat sebelum akhirnya Taeyong dan Jaehyun memutuskan pergi.
Ketika mereka sudah pergi, Doyoung menoleh pada Johnny. "Pernahkah kau melihat sesuatu yang seperti itu?" Johnny menggeleng. "Jaehyun sudah bertekuk lutut. Sangat buruk." Mereka menggelengkan kepala, sebelum akhirnya tertawa.
:::
Jaehyun dan Taeyong bergandengan tangan sembari berjalan melintasi kampus. Beberapa orang melihat mereka, tetapi tak ada satu pun yang berniat mengganggu. Waktu semakin larut dan matahari telah menghilang di balik awan, mengubah taman ke warna abu-abu. Mereka duduk di balik semak lavendel dan Taeyong merasa mendapatkan satu lagi hari sempurna.
Ia meminta Jaehyun pulang bersamanya ke apartemen, tetapi pemuda itu menolak dengan halus. Jaehyun harus menghadiri kelas pagi dan ada pekerjaan yang menunggu besok. Jika ia mengikuti Taeyong, maka segala hal akan berantakan.
"Kau tidak mau aku gagal, kan?" Suara Jaehyun teredam di leher Taeyong seiring dengan ia yang bermanja sebanyak yang ia mampu.
"Agaknya, iya. Jadi kau bisa keluar dan menemaniku setiap hari." Taeyong meletakkan kedua tangan ke balik kaus yang Jaehyun kenakan dan memberi ciuman menuntut di mulutnya, berusaha membalikkan keadaan, tetapi berakhir sia-sia.
Si sopir yang mengantar mereka berhenti di depan apartemen Jaehyun, menurunkan salah satu penumpang, dan kembali melaju menuju apartemen Taeyong.
Taeyong menenggelamkan diri ke dalam kursi penumpang sambil berpikir apakah ia akan merasa bahagia lagi. Ia kemudian menaiki elevator dan menuju kamar apartemennya. Sebelum langkahnya mencapai kamar mandi, bel pintu terdengar.
"Ya?" Taeyong menjawab melalui alat interkom.
"Maaf mengganggu Anda, Tuan Lee, tapi Anda kedatangan tamu," kata si petugas keamanan.
Taeyong merasa bingung. Siapa yang akan datang ke apartemennya selain Jihoon dan Jaehyun? Rasa panik lantas menyerang. Ia mengulum bibir bawahnya. Bel kembali terdengar.
"Maaf, Tuan Lee, tapi dia tidak mau pergi. Dia bilang dia adalah ibu Anda."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
Fiksi PenggemarTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...