Jihoon baru saja melewati pertemuan dengan pengacara perusahaan satu jam lalu.
"Perawatan kesehatan mental seharusnya berjalan selama sepuluh tahun. Kenapa tidak ada satu pun dari kita yang tahu pembebasannya terjadi lebih awal?"
Pria itu marah, kesal dan khawatir. Ia sudah melewati enam tahun merawat Taeyong dan dengan kehadiran Jaehyun, hal-hal mulai tertata rapi bagi lelaki itu. Taeyong akhirnya sembuh. Namun sekarang, masalah seperti ini harus datang lagi.
Sang pengacara berada di titik kalah. Taeyong sudah dewasa sekarang. Tidak ada lagi cara legal untuk melindunginya. Taeyong hanya harus memilih. Jihoon tahu bahwa Jaehyun adalah satu-satunya pilihan bagi lelaki itu.
:::
Jaehyun tidak bisa tidur. Ia terbenam dalam buku materinya. Munchausen, OCD, misopobia, stockholm syndrom ....
Ia punya begitu banyak pertanyaan, dan sama sekali tidak menemukan jawaban. Jaehyun tahu jawaban satu-satunya ada di hatinya dan itu adalah menemui Taeyong; lelaki yang masih tidak menjawab telepon dan pesannya.
Jaehyun berguling di atas ranjang dan menutup wajah menggunakan bantal. Besok ia harus menyelamatkan lelaki itu. Besok, semua harus berakhir.
:::
Taeyong meringkuk di atas ranjang dan menangis. Ia berharap tidak pernah membiarkan wanita itu memasuki apartemen dan kembali ke hidupnya. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Wanita itu adalah ibunya, wanita yang mencintainya. Taeyong tidak bisa mengusirnya. Ia hanya terlalu lemah. Jaehyun bilang dia kuat, padahal nyatanya tidak.
Taeyong merasa sakit. Ia tidak makan hari ini. Makanㅡsekali lagiㅡmenjadi sesuatu yang sangat mengerikan baginya. Sosok monster lain mulai merangkak, berusaha memasuki pikirannya. Mungkin sang ibu benar. Mungkin dia sakit lagi.
Ibunya mendengar suara isakan sehingga wanita itu berjalan masuk dan duduk di sisi ranjang, sambil berusaha mengusap rambut Taeyong. Si lelaki menghindar dari sentuhan wanita itu, merasa geli akan kontaminasi yang menjalari kulitnya.
"Apa kau merasa sakit? Mau minum obat?"
Taeyong menggeleng.
"Taeyong, siapa ini? Dan kenapa kau membiarkannya menyentuhmu? Pemuda ini tampak kotor." Wanita itu memegang sebuah majalah, di mana di dalamnya terdapat foto Jaehyun, tampan dan tegar, dengan Taeyong yang menggandeng lengannya sembari tersenyum. Foto itu diambil dari jauh. Sudah sangat lama.
"Itu bukan aku, Bu." Isakan tertahan di dadanya. "Itu foto orang lain."
Setelah sang ibu meninggalkannya, Taeyong segera berlari memasuki kamar mandi. Perutnya mual walau sebenarnya kosong. Tidak ada yang keluar kecuali air. Ia kemudian meraih pancuran dengan tangan bergetar.
Taeyong mencuci rambutnya, secara putus asa berusaha membersihkan bekas sentuhan sang ibu yang terasa gatal di sana. Sesosok monster berusaha meraih otaknya! Ia menyabuni diri dan keramas, menggosok gigi, mencuci tangan, dan keramas lagi. Namun rasa itu tidak mau pergi. Hingga akhirnya, ia menjambak diri sendiri dan merasa lega ketika melihat beberapa helai yang rontok di antara jari jemarinya. Berwarna lavendel.
Lavendel. Ia merindukan aroma lavendel. Ia merindukan Jaehyun. Namun ia harus menyembunyikan pemuda itu, melindunginya dari monster.
:::
Taeyong berlari senang sepulang sekolah. Seseorang duduk bersamanya ketika makan siang. Sosok lelaki kecil dan kurus, berasal dari luar negeri, bernama Mark. Anak itu baik, dan memberinya roti keju. Itu adalah hal terbaik yang pernah Taeyong makan selama bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Cure [Bahasa]
FanfictionTaeyong adalah lelaki cacat dan Jaehyun adalah sosok yang andal memperbaiki hati yang rusak. Akankah itu cukup untuk membuat mereka tetap bersama, atau akankah segalanya lantas memisahkan mereka? -- Terjemahan fanfiksi Jaeyong karya abnegative (yo...