Bab 24 :: Pantai

1K 145 4
                                    

Jaehyun membuka mata dan berkedip pada sinar mentari. Jam menunjukkan pukul 07:40. Syukurnya tidak ada kelas hari ini. Ia sudah merencanakan sebuah kejutan. Ketika berusaha bergerak, ia merasakan pelukan Taeyong yang terlalu erat.

Jaehyun mendesahkan napas dan diam. Tidur lelaki itu tidak tenang sejak ibunya datang dan pergi. Masih sering bermimpi buruk, jika tidak begitu, maka tidurnya mengalami keresahan yang melelahkan. Taeyong memang butuh tidur.

Taeyong membuat suara kecil di tidurnya. Ia bergerak semakin dekat dan yang mengejutkan Jaehyun adalah ereksi yang menyentuh kakinya. Si pemuda terkekeh, yang mana membuat Taeyong terkejut dan bangun dari tidur. Lelaki itu membuka mata dan ketika menyadari apa yang Jaehyun tertawakan, ia meringis.

"Maaf," gumamnya, menyembunyikan wajah di balik bantal, bantal favorit Jaehyun. Taeyong lebih senang tidur di ranjang Jaehyun dan pemuda itu tak keberatan asal si lelaki bisa tidur.

"Ayo bangun," kata Jaehyun. "Aku punya kejutan untukmu."

Mata Taeyong berbinar penuh harap. Kejutan untuknya? Ia jadi bersemangat, bangun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap.

Mobil yang dikendarai oleh sopir terasa sangat lama. Taeyong seperti anak kecil, melihat ke luar jendela, menyaksikan pemandangan lepas setelah mobil mereka meninggalkan kota.

Akhirnya mereka tiba di tujuan. Sebuah pantai pasir putih yang indah dengan pagar kecil di sekitar teluknya. Jaehyun membantu si sopir mengeluarkan segala barang yang telah mereka pilah dengan hati-hati sesaat sebelum si sopir berkendara pergi.

"Apa kita benar-benar akan melakukan ini?" Mata Taeyong melebar ketika ia melihat Jaehyun mendirikan tenda.

"Ya, baby bird." Jaehyun tersenyum padanya. "Kau butuh istirahat. Begitu pula aku. Untuk satu malam, kita akan menjauh dari pekerjaan."

Taeyong tersenyum sambil mendudukkan diri di atas tikar lebar.

Bagi ibunya, pantai adalah sarang monster, penyakit, dan kotoran. Taeyong selalu bermimpi pergi ke pantai. Bukan berarti ia ingin masuk ke airnya, ia hanya ingin melihat tempat itu.

Jaehyun selesai mendirikan tenda dan mengisinya dengan selimut serta bantal. Kemudian menambahkan kursi dan perapian di depan tikar; apa yang mereka butuhkan.

"Kau berenang?" tanya Jaehyun. Taeyong menggeleng. "Kau mau?" Pemuda itu tersenyum dan menjulurkan tangan ke arah Taeyong. Si lelaki tampak ragu dan meraih tangan itu. Ia meyakini bahwa bisa melakukan apa pun selama Jaehyun ada di sisinya, melindungi dari monster dan melawan segala keburukan.

Taeyong tidak benar-benar berenang. Ia hanya masuk ke air sebatas lutut dan itu sudah cukup jauh dari apa yang Jaehyun bayangkan.

"Pernah membuat istana pasir?" Jaehyun menduga jawabannya adalah 'tidak', dan benar. Ia menemukan sebuah ember lalu mengajarkan Taeyong cara membentuk pasir basah menjadi istana dan menambahkan sebuah parit melingkari bangunan pasir tersebut. Jaehyun tertawa ketika Taeyong memasukkan air ke dalam parit dan cemberut ketika airnya terserap ke dalam pasir.

"Aku merasa gatal," kata Taeyong sedih. Tapi Jaehyun bilang bahwa ia juga merasa gatal. Ia menjelaskan bahwa itu bukan karena penyakit, hanya pasir dan garam di kulit mereka, dan Taeyong tersenyum karena merasa normal.

Jaehyun menunjukkan sebuah kamar mandi terbuka dan mereka membersihkan kulit dari pasir di sana. Lelaki itu menggigil di senja yang semakin larut dan Jaehyun mengeringkannya dengan handuk lebar.

Mereka menyaksikan matahari terbenam. Tangan melingkar pada satu sama lain, bahagia akan kebersamaan dan momen yang mereka bagi.

Jaehyun menyalakan api unggun dan memanggang sosis untuk Taeyong. Kecemasan lelaki itu berada pada puncak tertinggi, tetapi ia juga merasa lapar akibat bermain-main dari tadi, dan instingnya menang kali ini. Ia memakan sosis yang enak. Jaehyun senang melihat kesayangannya makan, lebih dari apa pun.

[✔] Cure [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang