"Bagaimana kau bisa tahu? Itu kan hanya coretan abstrak biasa?" Tanya JB yang masih kebingungan dengan perkataan Hyunjin.
"Ini bukan coretan biasa. Ini punya makna. Simbol-simbol seperti ini sering dipakai diperadaban kuno dimana orang-orang menggambar di dinding gua-gua dan - "
"Langsung saja, dimana pintu itu?" Sela Felix yang sudah tidak sabar itu. Kalau menunggu Hyunjin selesai menjelaskan, bisa-bisa sampai besok mereka tetap ada di sana.
Hyunjin mulai meraba-raba dinding itu sambil menempelkan telinganya di sana. Ia mengelilingi dinding itu sambil terus mengusapkan telapak tangannya pada dinding-dinding yang terlihat rapuh itu. Hingga akhirnya berhenti dan mengalihkan pandangannya ke arah teman-temannya.
"Kurasa pintu itu di sini. Aku bisa merasakan garis dinding di sini berbeda dengan yang lainnya. Kurasa ini pintunya." Ucap Hyunjin, terlihat bangga dengan analisanya.
"Biar aku yang mencoba untuk membukanya." JB beranjak dari tempatnya dan mengambil posisi di sebelah Hyunjin sambil menatap dinding yang tadi ditunjuk oleh Hyunjin. Pria itu mulai merapalkan sebuah mantra yang sama persis dengan yang ia rapalkan saat membuka ruang bawah tanah itu.
Tidak ada yang terjadi. Dinding itu bahkan tidak bergerak sedikitpun hingga JB selesai merapalkan mantranya. Wajah pria itu mendadak bingung. Harusnya mantranya berfungsi. Kenapa dinding itu tidak bergerak?
"Kurasa pintu ini tidak dibuka menggunakan mantra. Kalau petunjuknya saja dengan cara kuno seperti itu, aku rasa cara membukanya juga secara manual. Maksudku, bukan dengan 'kekuatan' seperi itu." Ujar Hyunjin.
"Sudahlah, jangan terlalu banyak penjelasan. Sebaiknya kita segera mencari cara untuk membuka pintu itu." Felix yang sudah mulai kesal dengan Hyunjin segera beranjak dari tempatnya dan mencari apa saja yang bisa digunakan untuk membuka pintunya.
"Tenang saja...aku sudah menemukannya." Ucap Hyunjin diakhiri sebuah 'smirk' penuh kepuasan. Felix berhenti mencari dan memandang bingung ke arah Hyunjin.
"Kalian semua merapatlah ke arah dinding." Perintah Hyunjin. Teman-temannya segera menurutinya dan merapat ke arah dinding, begitu juga dengan JB dan Jackson.
Hyunjin masih berada di tempatnya, di tengah-tengah ruang bawah tanah sambil memperhatikan lantai kayu yang rapuh itu. Kini pandangannya beralih ke arah dinding dan kembali lagi ke arah lantai kayu. Teman-temannya begitu penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Hyunjin
"Oke.." Hanya ucapan singkat itu yang keluar dari mulut Hyunjin sebelum ia melompat dari tempatnya ke salah satu lantai kayu yang ada di dekat Yeji.
Tak...
Begitu Hyunjin menginjak lantai itu, kayu itu segera melesak beberapa senti ke dalam. Selanjutnya Hyunjin melompat lagi ke lantai kayu yang ada di seberang dan begitu terus selanjutnya hingga lesakan lantai kayu tadi membentuk persegi panjang dengan segitiga di tengahnya.
"Selesai." Ujar Hyunjin yang tampak puas dengan hasil karyanya itu.
Ddrrrttttttrrttdrtttttt
Brrakkkkk
Bruukkkk
Ruangan itu mendadak bergetar dengan hebat seperti gempa bumi. Mereka semua segera merapat satu sama lain. JB dan Jackson segera mengamankan Hyunjin dan teman-temannya. Perlahan dinding yang tadi ditunjuk oleh Hyunjin runtuh menjadi kepingin batu-batu yang besar. Mereka semua berusaha melindungi diri agar tidak terkena pecahan batu itu.
Ucapan Hyunjin terbukti benar. Setelah gempa itu berakhir, sebuah lorong panjang segera menyapa penglihatan mereka. Kondisi lorong itu tidak jauh berbeda dengan ruangan yang mereka singgahi. Dinding-dindingnya yang kusam dan kotor serta lantai kayunya yang rapuh. Di sepanjang dinding-dinding itu, kiri kanannya terdapat lampu kecil yang sepertinya tidak mungkin akan padam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension | ITZY X Stray Kids✔
FanfictionDunia itu tidak sesederhana seperti yang terlihat. Ada dua dimensi yang hidup berdampingan di bumi. Dimensi orang tanpa kekuatan dan dimensi orang yang memiliki kekuatan. 10 orang remaja berhasil memasuki dimensi yang tidak banyak orang ketahui itu...