Sekarang aku sedang berada diatas motor pemuda yang sudah lama menjadi bagian dari bahagiaku, menikmati semilir angin jakarta, memandang langit yang cerah, suara yang membisu, tentu selama perjalanan kami tidak ada yang membuka suara.
Setelah 15 menit perjalan pulang, aiden memberhentikan motornya didepan rumah bertingkat dua, rumah ber cat putih, rumah yang sepi.
Hari ini berbeda, selepas aku mengucapkan terima kasih kepada aiden, aku tidak langsung masuk, ada perasaan takut, perasaan cemas tapi sudah tidak kuperdulikan lagi perasaanku karena yang sekarang dipikiranku hanya bunda.
Aku berlari masuk rumah tanpa memperdulikan aiden disana, kulihat mobil ayah terpakir manis di garasi rumahku, pelan pelan ku buka pintu utama dan disana masih terlihat sepi. Perlahan aku langkahkan kaki, menuju ruang keluarga, yap disana benar yang kulihat pertama kali adalah ayah sedang memukuli bunda, dan ada satu perempuan muda, usianya jauh lebih muda dibandingkan bunda, ia berdiri didekat jendela besar yang ada dirumah ku.
Aku mendekat ke suara tangisan bunda
"Ayah"kataku lembut
Ayah hanya menoleh dan memperbaiki dasinya yang sedikit melonggar, aku ingin memeluk ayah, sudah satu tahun aku tidak bertemu dengan ayah, tapi sebelum itu ayah hanya berkata
"Ayah akan pergi, kalian tetap disini kamu dan abangmu satu lagi ayah akan mengirimkan uang setiap bulan untukmu"
Setelah itu ayah pergi, menggenggam tangan wanita muda itu, aku belum bisa mengerti, apa ini kenapa ini, tapi sudahlah nanti saja.
Aku menghampiri bunda, aku tidak ingin bertanya terlebih dahulu yang terpenting sekarang, hanya bunda.
Sudah lama setelah kejadian itu aku pergi ke ruang keluarga setelah mengantarkan bunda kekamar, tujuanku hanya untuk membereskan bekas barang barang yang dilempar ayah tadi.
Setelah itu aku melihat kearah kaca jendela besar, dan ternyata aiden disana, kakiku ingin menemui aiden tapi dia sudah lebih dulu melajukan motornya pergi dari rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI✔
Teen Fiction"Maaf mentari, aku harus pergi" "Kamu tidak pernah salah, jangan minta maaf" aku memalingkan wajahku, sungguh sulit, harus kehilangan untuk kesekian kalinya. "Ayo kita jalin sama sama, biarpun ini sulit menta" "Aku lelah aiden, semuanya selalu perg...
