MENTARI 39

16 3 0
                                    

Setelah kemarin dari pantai, hujan turun deras, tapi dengan besar hati aku menyambutnya, pulang basah basahan, setelah itu mandi dan bermain ponsel.

Maaf sempat hilang, but i really miss u;)

Aiden mengirim pesan sesingkat itu, tapi itu semua sudah membuatku bahagia, sepertinya dia juga baik baik saja disana.

Setelah itu aku tertidur dan sekarang jam 9 pagi aku terbangun.

Turun sarapan setelah itu membersihkan rumah, bayangkan saja aku membersihkan rumah ini sendiri, awalnya memang sangat lelah tapi lama kelamaan aku terbiasa seperti sekarang.

Setelah selesai membersihkan rumah, seperti gadis pada umumnya aku juga sangat senang dengan kata rebahan.

"Haii abang" teriak ku

Benar setelah bosan, bang laskar sangat mengerti, dia menelpon ku akhirnya.

"Abang sudah bilang jangan sering teriak"

"Maaf abang" kataku

"Sudah sarapan?"

"Abang kapan pulang?" Alih alih menjawab, aku melemparkan pertanyaan lagi pada bang laskar.

"Menta maaf, abang menunda kepulangan lagi, disini banyak tugas kampus seperti yang kamu tau, bagaimana disini"

"Yasudah, tidak apa bang, aku mengerti semangat belajar bang laskar"

Banyak obrolan obrolan receh setelah itu, tapi dia pamit ingin membeli makanan, aku iyakan saja.

Aku pergi kekulkas, melihat isi makanan, tapi tidak ada yang menarik, lebih baik meminum kopi.

Dengan secangkir kopi yang kubuat tadi, aku duduk kembali di sofa tadi, menikmati kopi buatan ku sambil menonto tv.

Ketukan pintu membuat ku harus meninggalkan acara yang sedang ku nikmati, kubuka pintu besar itu dan setelah banyak kejutan yang hilang, hari ini kejutan kembali.

"Ayah, sudah lama ayah tidak kesini"

Aku membuka suara, sebenarnya jujur aku belum bisa memaafkan ayah tapi bunda bilang sebaliknya, jadi aku mencoba memaafkan ayah.

"Kamu bertanya seperti itu, entah kamu merindukan ayah atau tidak?" Katanya menjawbku.

"Menta rindu ayah" aku memeluk pria ini, rasanya berbeda dari pelukan yang dulu.

Aku tersadar, disana ada perempuan itu lagi, mungkin sekarang raut wajahku sudah berbeda ketika melihat dia.

Kami duduk di ruang keluarga, hening, tadinya aku ingin sekali bercerita banyak pada ayah tapi karena disini bukan kami berdua, jadinya aku urungkan saja.

"Jadi bagaimana sekolahmu?" Tanya ayah tiba tiba

"Biasa saja, tidak terlalu menarik"

"Ayah kesini ingin menawarkan sesuatu"

Aku mengerutkan alis ku, apa ini? Sesuatu apa.

"Apa kamu tidak ingin tinggal bersama ayah dibandung, lanjutkan sekolah disana"

Lihat dia datang dengan sebuah tawaran yang sangat tidak tertarik untuk aku dengar, untuk apa juga harus hidup bersama perempuan yang sudah membuat sakit bunda.

"Bagaimana mentari?" Bukan ayah yang bertanya tapi istrinya.

"Tidak, mentari lebih bahagia disini"

Ayah menghembuskan nafasnya kasar, sepertinya jawabanku membuatnya sedikit kecewa.

"Baiklah ayah tidak bisa memaksakan apa yang kamu mau, tapi kalo pun kamu butuh sesuatu cepat hubungi ayah"

Ada apa dengan ayah, rasanya ingin memeluk ayah, bagaimanapun ayah sejahat apapun dia, bang laskar benar dia akan menjadi orang yang berperan besar dalam banyak hal

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang