MENTARI 53

14 3 0
                                    

"Kalau begitu lakukan sekarang"

"Berlian tenang saja, gua yang akan bantu buat kesehatan adek lo, doa in aja"

"Iya ran"

Aku keluar dari ruangan dokter ranti, teman seangkatan ku bedanya memang dia mengambil jurusan seperti apa yang di butuhkan mentari, aku menghela nafas pasrah melihat mentari tidur dengan wajah pucatnya disana, bagaimanapun malam ini laskar harus tau.

"Rasya, tolong bawa laskar ke rumah sakit tapi jangan bawa aiden dan yang lain"

"Iya kak"

Setelah sambungan telpon itu terputus, aku mulai was was, bagaimana cara memberi tau laskar dari awal, aku takut dia kecewa, aku takut akan banyak hal yang terjadi, tapi jika tidak dilakukan mentari akan menjadi taruhannya. Memang tadi setelah acara selesai, dia sudah terlihat berbeda, dan akhir dari keputusan kami berada disini sekarang, mentari harus masuk rumah sakit lagi dan lagi, dengan alasan akan ke rumahku mengambil baju ganti dan menginap di rumah rasya bersama mentari.

"Ada apa?, siapa yang sakit? Kamu tidak apa apa kan? Mentari mana?"

Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan laskar membuatku semakin menggigit bibir bawahku, dia juga sudah nampak berbeda, dia membuka jasnya sekarang.

"Duduk dulu, rasya kamu juga duduk"

Mereka berdua hanya patuh saja lalu duduk didekatku.

"Mentari sakit"

"Sakit apa, sudah diobati kan"

Aku hanya menghela nafas lagi dan lagi sedangkan rasya hanya memijit pangkal hidungnya.

"Ayo sini"

Aku menggandeng laskar keruangan dimana mentari tertidur, dan dia terlihat terkejut melihat banyak alat yang terpasang di badan mentari.

"Mentari mengidap leukimia stadium terakhir, dia sudah lama bertahan,dia tidak ingin merepotkan orang lain, dia tidak ingin ada yang tau, dan sekarang kamu harus tau, mentari berada dalam titik terendah, sekarang dia hanya butuh kemoterapi, tapi aku butuh persetujuan kamu laskar"

"Lakukan sekarang, lakukan apa yang membuat mentari kembali"

Kemoterapi dilakukan karena sudah mendapat persetujuan keluarga, laskar terlihat sangat terpukul bahkan matanya sudah ber air, laki laki ini menangis, dan sekuat itupun usaha berlian menenangkan laskar, sekarang sudah dua hari mentari tertidur dengan damai, hanya wajahnya saja yang damai tentu tidak dengan keadaannya, dua hari juga rasya dengan kantung mata yang hitam karena bolak balik rumah sakit.

Dilain tempat

"Rasya"

"Iya aiden?"

"Mentari mana, kenapa tidak bisa dihubungi?"

"Dia pergi ke solo aiden, dia ikut ayah karena ada acara keluarga, ponselnya tertinggal di jakarta, dia menitip salam dan meminta maaf"

"Kapan dia kembali?"

"Mungkin lusa"

Terlihat aiden mengacak rambutnya frustasi, ada apa?

"Memangnya kenapa, sudah rindu ya?" Kekehku

"Aku mau pamit rasya, aku harus ke belanda"

"Apa?,kamu bercandakan aiden, kamu hanya sebentar kan"

"Aku melanjutkan disana rasya, mau bagaimana lagi"

"Kapan berangkatnya?"

"Besok malam"

"Kita bicara nanti"

Setelah itu rasya pergi dengan keadaan yang mungkin dibilang sangat kacau, dia tidak bisa berbuat apa apa, yang dia butuhkan sekarang hanya berlian.

Rumah sakit

"Bang laskar, kak berlian"

Pintu terbuka sedikit keras, menampilkan rasya dengan keringatnya padahal ini ruangan dingin karena AC selalu menyala.

"Ada apa?" Tanya bang laskar

"Aku ketemu dengan aiden, dia mencari menta"

"Dan kamu pasti punya alasan kan" berlian duduk didekatku.

"Tentu, aku bilang dia ke solo karena acara keluarga bersama ayah, tapi bukan itu sekarang, aiden akan pergi ke belanda, dia akan tinggal dan melanjutkan ke sana, lebih parahnya dia akan berangkat besok malam, sedangkan bagaimana mungkin menta bertemu dengan dia"

Bang laskar hanya menggeleng, dan kak berlian terlihat seperti memijat pelipisnya, karena bagaimanapun sebagai perempuan akan mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang kita sayang dalam keadaan yang tidak stabil seperti sekarang.

"Sa aa kit"

"Mentari"
Kami bertiga terlihat langsung berdiri dari duduk kami, apakah mentari mendengar semuanya?

Setelah dokter keluar dari ruangan mentari, terlihat wajah tidak setegan tadi, dan helaan nafas dari kami bertiga.

"Mentari, syukur kamu sudah sadar, apa ada yang sakit?"

"Bang laskar, maaf"

"Sudah itu tidak penting, sekarang yang terpenting kamu sehat itu sudah cukup bagi abang"

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang