MENTARI 4

33 5 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, aku langsung menghubungi bang laskar, sejak saat itu abang laskar tidak pernah keluar rumah mungkin dia ingin menjaga bunda

Sedikit demi sedikit aku mengerti apa yang terjadi, aku kecewa sangan terpukul bisa dikatakan ini hanya mimpi buruk, tapi aku tidak mungkin terlihat lemah, bunda saja selalu terlihat tegar meski didalam bunda punya nafas tapi tidak punya nyawa.

Pagi ini seperti biasa hujan, penghalang untuk menikmati sang mentari tidak apa hujan hal selanjutnya telah membuat bahagia setelah mentari, kenapa? Untuk apa nama raina terbuat

Sekarang jam 5 pagi, aku duduk dibalkon yap menonton hujan, untuk apa?

Hujan tetap sama, menurutku tidak disemua bulir hujan sudah diciptakan dengan berbagai tujuan, dulu biasanya saat hujan lebat begini ayah datang sebagai penghangat, tapi entah pria itu kemana sekarang mungkin dia pergi ke benua yang berbeda

Setelah lama aku terduduk, pintu kamarku terketuk, aku beranjak membukakan pintu bercat putih itu.

"Bang laskar"sapaku

Lelaki itu hanya terkekeh kecil, kemudia tanpa izin melewati ku dan duduk dipinggir ranjang. Dia menepuk pinggir ranjang, mengisyaratkan untuk diriku duduk disana, tapi aku memilih duduk di kursi dekat ranjang.

"Abang mau ngomong"kali ini dia yang membuka suara

"Abang ngomong aja kaya biasa" kataku

Dia tersenyum, tidak biasanya dia bersikap berbeda seperti ini, biasanya dia akan mencak mencak seperti anak kecil atau akan menarik rambut ku agar diriku mengeluh kesakitan

"Abang udah tau semuanya, tanpa kamu kasi  tau abang, abang mau kita tetap jagain bunda gimana pun caranya, kita harus buat bunda bahagia lagi, abang bisa jadi satu satunya laki laki sebagai pengganti ayah, abang mau kita lebih banyak lagi waktu dirumah buat bunda, bukan abang ngelarang kamu buat main tapi setidaknya kamu luangkan waktu untuk ajak bunda mengobrol lebih banyak lagi, jangan salahkan sesuatu yang tidak ada"

Katanya panjang lebar, aku mengernyitkan dahiku bingung

"Sesuatu yang tidak ada?" Tanyaku

"Kita tidak mungkin membenci ayah, ini memang sudah jalannya, ini takdir, kita tidak bisa membenci ayah secara sepihak, abang tau ayah salah, tapi dia tetap ayah kita orang yang sudah berperan besar bahkan orang hebat yang menghidupkan anak manja seperti kamu"

Katanya terkekeh kembali

Aku tersenyum

"abang aku mengerti, aku juga sudah besar, akan sekolah ditempat yang sama seperti abang" kataku tertawa

Abang tertawa dan berjalan kearah balkon kamarku, tanpa kami duga pagi sudah datang mentari tidak terlalu indah hari ini

"Menta memang sudah besar, lihat siapa yang datang, sana mandi aiden sudah dibawah"

Oke kejutan pagi hari yang sangat baik

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang