MENTARI 50

12 3 0
                                    

"Aku minta maaf, gara gara aku liburan kita berantakan"

"Mentari, aku sudah bilang ini bukan salah kamu, kamu sehat itu yang terpenting lagi pula semuanya ga akan seru kalo ada yang sakit" rasya yang selalu disamping tempat tidurku.

"Tapi aku--"

"Mentari sudah"

Ini pertama kalinya aku mendengar aiden membentakku, aku takut semakin tidak berani mengangkat kepalaku, sampai aku melihat galaksi menepuk pundak aiden.

"Aku minta maaf, aku cuma khawatir sama kamu, aku cuma ga mau kamu kenapa napa sayang" katanya lirih

"Iya aiden, aku ga  marah aku paham" aku berusaha tersenyum setulus mungkin meskipun aku masih saja takut mengingat bentakan aiden tadi.

"Yasudah aku pulang dulu, nanti malam aku balik kesini, jangan kemana mana" dia mengelus rambutku dan keluar disusul oleh galaksi.

"Nanti gua juga bakal ikut jadi jangan kangen" setelah itu aryo berlari keluar padahal jalan juga sebenarnya bisa.

"Setelah ini kita kerumah sakit"

"Iya rasya"

🌹♥🌹

Rasya berjalan menggandengku keluar rumah, dia yang akan mengemudi karena bagaimanapun aku tidak bisa karena keadaanku sekarang.

Sebelum sampai kerumah sakit,kami mampir ke sebuah mini market karena sepertinya tenggorokanku kering.

"Sudah dapat?" Tanya rasya

"Iya sudah ayo"

"Mentari"

Seperti ada yang memanggilku dan saat aku menoleh, mati aku.

"Aku sudah bilang jangan kemana mana"

"Aiden ini tidak seperti apa yang kamu lihat, aku kesini cuma" aku gelagapan sekarang, aku tidak mungkin memberi tau aiden akan ke rumah sakit  bisa bisa dia tau nanti.

"Cuma apa menta" kali ini tatapannya semakin tajam

"Mentari cuma butuh pembalut makanya dia kesini" itu suara rasya

Terdengar helaan nafas dari aiden, dan saat itu juga aku bisa bernafas lega.

"Kenapa harus kamu yang kesini, kamu bisa minta aku atau rasya"

"Tadinya gua yang kesini  tapi kasian mentari harus diam dirumah sendiri" lagi lagi rasya yang menyelamatkanku.

"Yasudah udah kan,mau aku antar"

"Kamu pulang saja, aku pulang bersama rasya".

Hampir saja, aku melihat aiden memandang mobilku dari parkiran mini market tadi, untung saja aiden percaya dan sekarang aku hanya bisa meminta maaf dalam hati karena selalu membohongi aiden.

"Bagaimana dokter?" Tanyaku

"Begini menta, saya sudah bilang jangan terlalu menyepelekan penyakit ini, sebelumnya saya bertanya, apakah ada rasa sakit yang kamu rasakan?"

"Iya dok sakitnya semakin menjadi, pusing dan rasanya badan saya semakin pegal dan sering sekali darah mengalir"

"Maaf menta, tapi kamu harus tau ini sudah stadium terakhir, yang artinya sebelum semuanya terlambat lebih baik kamu melakukan kemoterapi"

Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena yang aku pikirkan efek samping dari semua itu.

"Lakukan yang terbaik dokter, saya akan menentukan keputusannya bersama adik saya"

Pintu ruang dokter terbuka dan yang bersuara bukan aku dan rasya.

"Tolong berikan saya jawaban secepatnya berlian, karena kamu tau kan apa jika ini sudah terlalu fatal"

"Iya dokter, terima kasih"

Sekarang aku sudah berada dirumah bersama kak berlian dan rasya, rasya tidak pernah membuka suara dari tadi, sepertinya sekarang air matanya akan jatuh.

"Sudah jangan menangis,kita butuh keputusan sekarang sebelum terlambat"

"Kak tapi kakak tau, kalo aku kemo apa yang akan dikatakan pada bang laskar aiden dan yang lain, kakak tau kan efek sampingnya"

"Kamu tau kan mentari kalo kamu tidak menjalankan kemo, mentari ingat kamu harus berjuang, banyak sekali orang yang sayang kamu,banyak orang yang mendukung kamu"

Aku memejamkan mataku, berfikir sekarang harus bagaimana.

"Waktumu berfikir hanya dua minggu, dan bersyukur saja obat penghilang rasa nyeri itu masih berpihak padamu"

"Kak, aku bingung apa tidak ada jalan lain, aku takut"

"Lakukan saja kemoterap itu secepatnya jangan menunggu dua minggu"

Itu suara rasya, gadis itu baru membuka suara, aku ingin membalas ucapannya tapi pintu sudah terbuka dan disana sudah ada tiga laki laki yang tadi siang berjanji untuk kembali.

MENTARI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang